Hanya Kamu Hidupku - Bab 439 Apa yang Harus Aku Lakukan Tanpamu?

"Untuk apa menyalahkan diri sendiri karena seseorang yang tidak mempedulikan kamu, bodoh!" omel William.

Ellen cemberut, kemudian ia bersandar di lengan William.

William terdiam sesaat, memandang kepala mungil yang sedang bersandar di depan dadanya, kemudian menghela napas: "Jika kamu jahat, bukan berarti aku juga jahat, apakah orang-orang di sekitar yang menyayangimu juga jahat?"

Bulu mata Ellen bergerak ke bawah, kemudian ia mendongak dan memandang William.

William menundukkan kepalanya, dahi mereka saling bersentuhan, kemudian ia menatap mata Ellen dengan dalam, "Yang jahat bukan kamu, tapi orang-orang yang tidak menghargai kebaikanmu, mengerti tidak?"

Mata Ellen mulai berkaca-kaca, kemudian ia memeluk William dengan erat, "Sayang, apa yang kamu katakan benar. Yang bermasalah bukan aku, namun orang-orang yang tidak bisa menghargaiku! Sayang, aku tidak akan mengatakan dan memikirkan hal seperti ini lagi ke depannya."

William memegang wajah kecilnya dan mengecup bibirnya, "Baguslah kalau kamu sudah mengerti."

Ellen memiringkan kepala dan mengarahkan pandangannya kepada William, kedua bola matanya masih berkaca-kaca, tapi ia terkekeh seperti orang bodoh, "Sayang, apa yang harus aku lakukan tanpamu?"

William memandang dan memegang wajah kecilnya, kemudian ia mengecup dahi, alis, mata, ujung hidung, dan bibirnya.

Ellen tersenyum, ia tersenyum hingga air matanya hilang.

William melihat itu kemudian menyipitkan matanya dan berkata, "Saat Pluto menjenguk Venus Rinoa di penjara, Venus Rinoa mengatakan sesuatu pada Pluto."

"Apa yang ia katakan?" Ellen bingung.

William memandang Ellen.

Ellen berkedip dengan kebingungan, "Apa?"

"Nyonya Rinoa pernah operasi plastik, kupikir kamu pasti tahu akan hal ini," ucap William menurunkan pandangannya, menghindari pandangan tajam dari Ellen.

Ellen mengangguk dan memandang ke bawah, "Wajahnya sedikit cacat karena kecelakaan tersebut, Plutolah yang menolongnya dan membawanya ke Jepang untuk mengoperasi wajahnya."

Willia Dilsen mengangguk dan meremas salah satu tangan Ellen, "Pluto juga memiliki mantan istri, apakah kamu tahu ini?"

Ellen memandang William dengan heran, memonyongkan bibirnya dan berkata, "Sayang, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan padaku? Katakan saja dengan terus terang."

"Baiklah, aku akan berterus terang."

Tampaknya William menantikan perkataan Ellen ini, saat Ellen mengatakan itu, ia langsung menjawab.

Ellen, "........"

Bulu mata William naik dan pupil matanya yang hitam itu memandang Ellen, kemudian ia berkata, "Wajah milik Nyonya Rinoa sekarang sangat mirip dengan wajah mantan istrinya."

Ellen terbelalak, ia memandang William dengan linglung.

William menggenggam tangan Ellen dengan semakin erat, "Setelah Pluto menjenguk Venus Rinoa di penjara, aku menyuruh seseorang untuk menyelidikinya dan menemukan bahwa operasi plastik nyonya Rinoa di Jepang adalah tanggung jawab Pluto, nyonya Rinoa tidak pernah mengajukan permintaan ataupun keberatan saat dioperasi plastik. Artinya, operasi plastik nyonya Rinoa semuanya diputuskan oleh Pluto."

"..... Kamu, maksud kamu, Pluto mengubah wajah ibuku menjadi seperti wajah mantan istrinya?" Ellen tidak habis pikir, ia sangat terkejut dan terlihat sulit mencerna hal ini.

William mengangguk, "Sepertinya memang begitu."

"Ha......"

Pertama-tama Ellen merasa sangat kaget, kemudian ia marah, tapi akhirnya ia tertawa terbahak-bahak.

William mengernyitkan dahi sambil memandang Ellen yang tertawa dengan amarah, "Sesuai penyelidikan, tampaknya hubungan Pluto dan mantan istrinya sangat baik, mereka bersama sejak SMP, saat SMA dan kuliah mereka belajar di sekolah yang sama. Setelah lulus kuliah, mereka berdua menikah. Namun kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama, mantan istri Pluto didiagnosis dengan kanker payudara stadium akhir, kemudian ia meninggal secara tak terduga saat dioperasi. Karena mantan istrinya tiba-tiba meninggal, ia depresi selama beberapa saat, tidak lama kemudian, ia mengadopsi Venus Rinoa."

"Hahahaha."

Ellen mengepalkan tangannya dan tertawa, namun wajahnya dipenuhi amarah, matanya besar membara dan dia menggertakkan giginya, "Pluto sungguh mencintai mantan istrinya, sangat mengharukan!"

William mengatup bibirnya dan tidak mengatakan apa-apa.

"Aku mau bertemu dengannya!"

Ellen membelalakkan matanya dengan emosi tersenyum menyeringai.

William memandang Ellen sejenak dan mengangguk, "Aku akan menemanimu."

Ellen mengigit bibirnya, kemudian melirik William dan memegang erat jari jempolnya.

.........

Hari kedua di kamar Paviliun Ming Yue.

Ellen dan William sedang duduk bersampingan, Pluto duduk berhadapan dengan keduanya.

William dengan mata layu menggenggam salah satu tangan Ellen dan meremasnya, ia bersedia untuk tidak melibatkan diri dalam percakapan mereka.

Ellen memandang Pluto, walaupun hatinya dipenuhi dengan amarah, namun ia tetap tenang dan berkata, "Aku dengar Tuan Rinoa sangat sibuk selama enam bulan terakhir ini, seorang yang sangat sibuk. Karena Tuan Rinoa sangat sibuk, maka aku tidak akan banyak berbasa-basi lagi. Aku akan langsung mengatakan tujuanku mengundang Tuan Rinoa ke sini."

Walaupun Venus Rinoa bukan putri kandung Pluto, namun, Venus Rinoa telah memanggilnya sebagai ayah selama 20 tahun lebih, secara emosional, Pluto telah menganggap Venus Rinoa sebagai putri kandungnya sendiri.

Saat mendengar Venus Rinoa dijatuhi hukuman mati, meskipun ia pantas mendapatkannya. Namun sebagai seorang ayah, Pluto pasti memiliki banyak keluhan terhadap William dan Ellen.

Saat mendengar Ellen mengatakan ini, Pluto menyipitkan matanya, dan mempertahankan sikapnya dan berkata, "Nyonya Dilsen, silahkan berterus terang."

Ellen tersenyum pada Pluto, "Aku selalu memiliki kesan yang baik terhadap Tuan Rinoa, Tuan Rinoa terlihat sopan dan lembut dengan pengetahuan yang luas, sungguh seorang seniman yang hebat. Tentu saja tidak hanya aku yang memiliki kesan seperti ini kepada Tuan Rinoa, aku rasa semua orang memiliki kesan yang sama denganku terhadapmu."

Pluto menebak bahwa Ellen mengajaknya ke sini karena Vima Wen.

Ia juga sudah menebak bahwa Ellen tidak akan bersikap baik saat bertemu dengannya.

Namun, ia sungguh tidak menduga, Ellen akan memujinya.

Pluto sedikit kaget.

Ellen merasakan William meremas tangannya, remasannya terasa cukup kuat.

Pandangan Ellen mengalih ke William, kemudian ia tersenyum padanya.

William diam-diam mengeluh.

Setelah Ellen tersenyum pada William, ia mengarahkan pandangannya kembali ke Pluto dan lanjut berkata, "Sejujurnya, kemarin aku menghabiskan waktu seharian menonton pertunjukkan teater yang dibintangi oleh Tuan Rinoa, sungguh, aku hanya bisa menggunakan dua kata untuk menggambarkan bakat akting Tuan Rinoa, sempurna dan luar biasa!"

Pluto, ".... Kamu mengerti seni teater?"

Ellen menggeleng, "Sebenarnya tidak mengerti percakapannya, namun aku bisa mengerti hanya dengan melihatnya saja."

Pluto memandang Ellen, "Nyonya Dilsen dan CEO Dilsen mengajakku kemari tidak hanya karena ingin membicarakan tentang pertunjukkan teaterku, kan?"

"Mengapa tidak?" ucap Ellen mengangkat bahunya dan tersenyum.

Wajah Pluto berkedut, memandang kedua mata Ellen dengan penuh kecurigaan.

Ellen tidak berkedip sama sekali dan berkata, "Orang-orang yang menyukai dan menghargai pertunjukkan teater milik Tuan Rinoa tahu bahwa kamu sangat berbakti dan memanjakan istrimu, sungguh membuat orang iri dengan istri Tuan Rinoa. Kemesraan dan cinta Tuan Rinoa dan istrimu yang sudah berlangsung puluhan tahun itu sudah menjadi sebuah legenda yang menjadi perbincangan orang-orang di dunia pertunjukkan teater."

Setelah Ellen mengatakan ini, jarinya dicubit oleh William.

Saat ini, Ellen tidak lagi memandangnya, ia hanya menaikkan ujung bibirnya dan memandang wajah Pluto yang kebingungan dengan pandangan yang lembut, "Aku percaya akan bakat dan reputasi Tuan Rinoa dalam pertunjukkan teater, Tuan Rinoa pasti akan memiliki pencapaian yang lebih tinggi dan akan semakin dihargai dan dihormati oleh semakin banyak orang dalam lingkungan seni teater dimasa yang akan datang. Pencapaian-pencapaian tinggi yang ingin diraih oleh orang-orang yang terlibat dalam pertunjukkan teater sepanjang hidupnya, aku percaya pasti Tuan Rinoa dapat mencapainya."

Ellen memuji Pluto dengan penuh semangat, ia dengan sangat jelas terus-menerus menyanjungnya.

Pluto memandang Ellen dengan pandangan yang menggambarkan sebuah kata: Bingung!

Ia semakin lama semakin tidak mengerti sebenarnya apa tujuan Ellen mengajaknya kemari.

Apakah ini semua gara-gara ia menonton pertunjukkan teaternya kemarin, terpesona oleh pertunjukkan dan akhirnya menjadi penggemarnya?

Ellen diam-diam memandang raut wajah Pluto yang menunjukkan perasaannya yang campur aduk.

Setelah cukup lama, ia baru berbicara dengan perlahan, "Aku tahu bahwa hal yang paling dipedulikan oleh seorang seniman ialah popularitas. Maka dari itu Tuan Rinoa tidak perlu khawatir, aku tidak akan membeberkan berita tentang Tuan Rinoa yang selingkuh dan menghamili gadis muda yang sedang di awal usia 20 tahun."

Ellen tidak mengatakan hal ini secara tiba-tiba karena emosi.

Nada bicaranya terdengar sangat tenang dari awal hingga akhir, nada bicaranya tidak tinggi maupun rendah, ia langsung mengatakannya dengan lancar.

Pluto sungguh tidak menduga ini, ia langsung terdiam sambil memandang Ellen.

Wajah Ellen saat tersenyum pada orang lain terlihat tidak agresif sama sekali, wajahnya sungguh lembut, ia kemudian lanjut berkata, "Tuan Rinoa tidak perlu khawatir, aku akan membantu mengurus gadis muda ini, serta kelahiran anaknya. Setelah anak itu lahir, aku akan membawa gadis tersebut serta anaknya untuk pergi ke sebuah kota di mana ia tidak akan bisa menganggu Tuan Rinoa. Aku akan mengatur tempat tinggal untuk gadis muda itu, serta akan memberikannya uang untuk menyelesaikan hal ini, dan untuk menafkahi anak itu sampai ia berumur 18 tahun."

"......." Wajah Pluto memucat, memandang Ellen dengan napas berat.

"Dengan begini, Tuan Rinoa tidak perlu khawatir gadis muda dan anak kecil tersebut akan menganggu perkembangan pertunjukkan teater Tuan. Tuan Rinoa bisa menggapai segala pencapaian yang anda inginkan. Pada saat yang sama, Tuan Rinoa juga memiliki keluarga harmonis yang diinginkan semua orang," ucap Ellen.

Wajah Pluto gemetaran, ia memandang Ellen dengan emosi dan tatapan yang tajam, "Apakah kamu sedang mengancamku?"

Ellen tersenyum, "Tuan Rinoa, kenapa kamu berprasangka buruk bahwa aku sedang mencoba untuk mengancammu? Aku hanya menjelaskan tentang pro dan kontranya saja padamu. Tuan Rinoa anggap saja perkataanku tadi padamu adalah sebuah saran dariku."

Saran?

Pluto menyipit, "Lalu, bagaimana jika aku tidak mengikuti saranmu? Apakah kamu akan membeberkannya ke publik?"

Ellen tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Aku akan jamin, apapun yang diputuskan oleh Tuan Rinoa, aku tidak akan membeberkan hal ini ke media massa."

Pada titik ini, Ellen terdiam, dan kembali bersuara, ia memandangi mata Pluto, "Namun, walaupun aku bisa menjamin bahwa aku tidak akan menyebarkan hal ini, kita tidak tahu apakah gadis muda itu akan menurut dengan perkataanmu atau tidak, dan setuju untuk bersembunyi di belakangmu selamanya setelah anaknya lahir, tanpa memandang dunia luar."

Pluto, "....."

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu