Hanya Kamu Hidupku - Bab 495 Mulai Sekarang Aku Menjemput Kamu Setiap Hari

Melihat adegan yang ramai ini, mata Pani malah memerah secara perlahan.

Bagian jantungnya terasa seperti ditarik oleh sebuah tangan besar yang dingin dan ditusuk berkali-kali oleh pisau.

Ini bukan pertanda yang baik, Pani tahu.

Rasa sakit hati ini sedang memberi tahu Pani bahwa dia lebih peduli dan lebih menyukai pria itu daripada yang dia pikirkan!

Kalau tidak, dia tidak mungkin merasa begitu sakit, begitu gelisah dan ketakutan....

Pani duduk di sana selama hampir 2 jam, setelah itu dia baru kembali ke rumah.

Tiba di rumah.

Di ruang tamu hanya ada Sandy.

Setelah mengganti sepatu, Pani pun berjalan ke arah kamarnya.

"Pani, kamu sudah pulang ya? Aku mengira kamu tidak pulang pada malam ini" Sandy tersenyum kepada Pani.

Seolah-olah tidak mendengar kata-kata Sandy, Pani langsung berjalan menuju kamarnya.

Senyuman Sandy membeku, dia menjilat bibirnya dan berkata lagi pada saat Pani sudah berjalan sampai depan kamarnya, "Pani, jangan bergadang sampai terlalu malam. Harus jaga kesehatan, itu lebih penting"

Pong...

Yang menjawab Sandy adalah suara Pani menutupi pintu kamar.

Sudut mata Sandy bergetar sejenak, dia duduk di ruang tamu dengan alis mengerut untuk beberapa saat sebelum naik ke lantai atas.

Pada saat Sandy memasuki kamar, Reta sedang mengoles krim perawat wajah ke mukanya.

Mendengar suara langkah kaki, Reta pun menoleh ke belakang. Reta lanjut mengoles krimnya ketika menyadari orang yang masuk itu Sandy.

Sandy duduk di atas tempat tidur dengan kedua tangannya berada di atas paha, "Reta, jangan-jangan ada sesuatu yang buruk terjadi pada Pani dan Sumi?"

Mendengar Sandy membahas tentang Pani, wajah Reta secara refleks menjadi cemberut, "Aku mana bisa tahu mereka ada kenapa atau tidak? Pani tidak akan mau memberi tahu aku juga!"

"Perusahaan sekarang paling lama hanya bisa bertahan 3 bulan. Dalam 3 bulan ini, aku harus membiarkan Sumi menyelesaikan pernikahannya dengan Pani. Kalau tidak, semuanya akan hancur" Sandy berkata dengan nada suara berat.

Reta berputar balik badan, "Sandy, apakah kondisi perusahaan sekarang benar-benar separah itu?"

Sandy mengerutkan alisnya, "Lebih parah dari pada yang kamu pikirkan!"

Reta menarik nafas dengan ekspresi gugup, "Dalam baru-baru ini, waktu Pani berada di rumah menjadi semakin banyak, aku tidak melihat dia menjumpai tuan Nulu juga. Jangan-jangan mereka merasa tidak sesuai dengan sesama dan berpisah setelah bersama...."

"Tidak boleh!" Tinju Sandy mengerat, ekspresinya terlihat kaku, "Satu-satu orang yang bisa menolong perusahaan Wilman sekarang hanya Sumi! Aku tidak akan membiarkan masalah seperti ini terjadi! Kalau tidak yang habis itu tidak hanya perusahaan Wilman, aku juga!"

Reta juga menjadi gugup karena reaksi Sandy.

Kalau perusahaan Wilman bankrupt dan Sandy pergi penjara, bagaimana Reta dan kedua anaknya melanjutkan hidup?

Karena merasa khawatir dengan hal itu.

Reta pun tidak mencari masalah dengan Pani dan Yumari lagi untuk waktu yang lama, dia bersikap sabar kepada mereka.

Hanya karena dia tidak ingin kehilangan kehidupan mewah dan kaya raya seperti sekarang!

"Besok aku akan pergi ke Firma Law Club!" Sandy berkata kemudian berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.

Reta menoleh kembali ke kosmetik di atas mejanya, dia bahkan sudah tidak memiliki suasana hati mau merawat wajah.

.......

Besok harinya, Pani keluar dari kamarnya pada jam 5 subuh.

Waktu bangun pagi, Yumari melihat Pani sedang membaca buku di ruang tamu, dia berkata dengan kaget, "Pani, kamu bangun pada jam berapa?"

Pani terus membaca bukunya, "Sudah lumayan lama. Nenek, kamu sudah mau memasak sarapan ya? Mau aku membantu kamu?"

Yumari mengira Pani itu sengaja bangun pagi untuk belajar, jadi dia pun tidak bertanya banyak, "Tidak perlu. Kamu belajar saja, nenek akan buat sarapan untuk kamu"

"Baik"

Jadi, Yumari pun memasuki dapur dengan senyuman sambil melipat lengan bajunya.

Setelah sekitar 30 menit, Yumari membawa semangkuk sup wonton hangat dari dapur, "Pani, nenek.... anak itu kemana?"

Pani sudah tidak ada di ruang tamu, tasnya yang tadinya masih di sini juga sudah menghilang.

Jangan-jangan sudah pergi sekolah?

Yumari melihat ke jam dinding.

Baru lewat jam 6.30...

"Pergi ke sekolah pada jam sepagi ini?" Yumari mengomel sendiri.

............

Pani tidak pergi ke sekolah, dia berjalan tanpa tujuan di jalan raya dengan tasnya.

Detak jantung Pani berdetak dengan kencang sejak tadi malam, hal ini membuat Pani merasa sangat panik dan frustrasi!

Sampai jam 8 pagi.

Pani menelpon ke wali kelasnya dan meminta izin dengan alasan tidak enak badan!

Waktu bekerja saja Pani tidak pernah tidak pergi ke sekolah.

Sekarang dia malah mengambil cuti, wali kelas yang mengira sakitnya lumayan parah pun segera setuju dan memberikan nasehat kepada Pani bahwa sekarang adalah masa paling penting sebelum ujian nasonal, jadi kesehatan tidak boleh bermasalah pada saat ini, selain itu wali kelas juga menyuruh Pani untuk istirahat dan makan obat dengan baik sebelum mengakhiri telpon.

Ini juga merupakan pertama kali Pani merasakan perhatian dari wali kelas. Ada sesaat Pani merasa agak menyesal mengambil cuti.

Setelah itu, Pani pergi ke sebuah toko dan makan sedikit bubur, kemudian dia berjalan dengan tanpa tujuan lagi di jalan raya. Benar-benar merasa bingung, Pani pun menelpon ke Ellen.

Ellen berkata dia kebetulan mau pergi ke rumah sakit, dia bertanya Pani berada di mana sekarang dan pergi menjemputnya agar berangkat ke rumah sakit sama-sama.

Kemudian.

Pani menemani Ellen pergi ke Rumah Sakit Yihe untuk melakukan pemeriksaan kebidanan.

Setelah pemeriksaan selesai dan mengetahui Ellen mengandung anak kembar, perasaan tertekan Rumah Sakit Yihe pun tiba-tiba menghilang setengah karena kejutan besar yang tiba-tiba ini.

Di perjalanan kembali ke Coral Pavilion, Pani tidak bisa menahan diri dan bertanya kepada Ellen masalah mengenai Linsan, meskipun hanya 1 pertanyaan.

Melihat reaksi Ellen, Pani sudah tahu kata-kata Linsan tidak salah. Ellen itu tahu masalah Sumi menyukai Linsan.

Pani tidak menyalahkan Ellen tidak memberi tahu dia masalah ini, berada di tengah Pani dan Sumi Ellen sudah sangat kesusahan.

Apalagi.

Linsan sudah menikah, bukannya sangat aneh kalau Ellen tiba-tiba membahas masalah Sumi menyukai Linsan selama bertahun-tahun?

Pani awalnya bermaksud mau menghabiskan waktu bersama Ellen di Coral Pavilion.

Tetapi dia merasa sudah menyesal ketika masih di tengah jalan.

Apa yang sedang dia lakukan? Sekarang itu masa penting sebelum ujian nasional, masa penting untuk mengubah litasan sepanjang hidupnya!

Bagaimana dia bisa bersikap malas dan menyerah pada saat seperti ini?

Pani, apakah kamu tahu kamu sangat bodoh?

Berpikir sampai sini, Pani pun meminta Ellen untuk mengubah rencana perjalanan dan mengantar dia ke Weiran.

.....

Mungkin karena sudah memiliki kesadaran, selanjutnya sampai pulang sekolah, Pani meletakkan semua fokusnya pada belajar dan mengerjakan soal.

Sore hari pulang sekolah, pada saat kelas sudah kosong Pani baru merapikan mejanya dan membawa setumpuk kertas beserta tasnya meninggalkan sekolah.

Pada saat baru berjalan keluar dari gerbang sekolah.

Tidak tahu apakah ada beberapa orang yang dilahirkan dengan unsur menarik perhatian, atau memang orang-orang itu terlalu menonjol.

Pani melihat seoarang pria berdiri di depan Bentley hitam yang parkir di depan tempat parkir gerbang sekolah.

Pani bisa merasakan hatinya bergetar dua kali dengan sakit.

Pani melihat pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku dan menunjukkan kepadanya dari jauh, gerakan yang sangat biasanya terlihat sangat mempesona karena dia.

Selanjutnya.

Ponsel Pani yang berada di dalam tas pun mulai bergetar.

Pani memegang tali tasnya dengan erat dan melihat ke pria itu dengan mata menyipit selama beberapa detik, tanpa peduli dengan ponselnya yang bergetar, Pani pun berjalan ke arah halte bus.

"Pani!"

Suara pria yang dewasa berdering dari belakang.

Pani, "........"

Bagian belakangnya terasa kagu, dia melirik ke pria itu dengan wajah tidak tahu harus berkata apa kemudian mempercepat langkahnya.

"Gadis yang mengenakan seragam sekolahnya dengan cantik, Pani..."

Pani segera menutupi wajahnya, pada saat itu dia ingin mati saja.

"Pani, pria ganteng itu memanggil kamu!"

Kebetulan, Pani bertemu dengan teman sekelasnya!

Wajah Pani menghijau, "Dia adalah orang gila, jangan menghiraunya!"

"Pria begitu ganteng mana mungkin adalah orang gila!" Teman itu berkata.

"Semakin gantengnya pria, semakin gila! Apakah kamu pernah melihat orang normal berteriak di depan gerbang sekolah? Dia itu orang gila!"

Pani berkata dengan marah.

Teman Pani, "...Kamu, terserah kamu saja!"

Wajah Pani menjadi kaku, dia menoleh ke belakang dengan cemas.

Tetapi Pani langsung menyesal ketika dia menoleh ke belakang.

Karena dia melihat pria itu sudah sedang berjalan menunjunya.

Pani berteriak di dalam hati dengan ketakutan dan melarikan diri secara refleks.

Sebelum dia sempat melangkah.

Pani menyadari melarikan diri pada saat seperti ini pasti bukan sebuah tingkah yang cerdas!

Dia tidak akan bisa belari melewati seorang pria dengan kaki sepanjang ini!

Sementara kalau tertangkap.

Di bawah kondisi masih ada teman yang mengenal Pani di sekeliling, Pani sudah tahu dirinya pasti tidak akan bisa menerima apa yang akan terjadi.

Kalau begitu, mulai besok dia harus pergi ke sekolah dengan menutupi wajahnya!

Pani berpikir dengan cepat.

Kemudian menarik nafas dalam dan berputar balik badannya, berjalan ke arah pria itu.

Pada saat jarak mereka sudah mendekat, Pani beraksi duluan, "Aku sudah selesai berpikir, kita berbicara sebentar!"

Tangan pria itu yang telah diulurkan sampai setengah berhenti sejenak, dia menatap ke Pani dengan mata menyipit.

Pani mengeratkan kedua tinjunya dan berjalan melewatinya, "Ayo"

Pria itu, "...."

....

Pani masuk ke dalam mobil dengan aman.

Pani menghela nafas lega.

Dia terlalu mengagumi kecerdasan dirinya!

"Katakan saja, kamu mau berbicara tentag apa dengan aku?" Sumi menatapnya dari samping.

Pani menjilat bibirnya dan melirik kepada Sumi dengan wajah dingin, "Kamu bilang dulu, datang ke sekolah mencari aku buat apa?"

"Kamu adalah pacarku, sebagai pacar, aku menjemput kamu pulang sekolah. Ada apa yang salah dengan itu?" Sumi berkata.

"Ada apa yang salah dengan itu?" Pani tertawa dengan penuh penghinaan, "Kalau begitu mengapa kamu tidak menjemput dari kemarin?"

Sumi menjawab, "Kalau kamu mau, aku akan menjemput kamu setiap hari mulai hari ini!"

Pani mengerutkan alisnya.

Melihat noda hitam dan biru di bawah mata Pani, tatapan jernih Sumi memancarkan sakit hati untuk sejenak, "Baru-baru ini tidak cukup tidur ya? Sampai lingkaran hitam kamu begitu berat?"

Pani melihat ke jendela mobil, "Aku tidur dengan nyenyak setiap hari, kamu tidak perlu khawatir!"

Wajah Sumi bergetar sejenak, dia menjilat bibirnya, "Setelah beberapa hari tidak berjumpa, bicara saja sudah tidak bisa baik-baik?"

Pani diam beberapa detik sebelum menjawab, "Aku ini memang begitu. Kalau bisa menerima ya bagus, tidak bisa ya sudah!"

Sumi mengerutkan alisnya dengan erat dan menatap ke wajah dingin Pani dengan dalam.

Setelah diam beberapa saat, Sumi tiba-tiba bersandar ke Pani.

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu