Hanya Kamu Hidupku - Bab 214 Apakah Kamu Ingin Aku?

Samir yang sedang menunggu William yang tak kunjung pulang, dia hendak berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk mencarinya.

Saat Samir baru saja berdiri, dia melihat William berjalan keluar dengan membawa seorang wanita, wajahnya serius dan sikapnya tegas, kemudian berjalan ke arah luar.

Sikap William seperti itu, membuat orang tidak berani menghentikannya atau menanyakannya.

Samir terkejut, dia segera menyadarkan diri, meninggalkan Tabita yang masih terbengong, dia langsung berlari ke arah luar.

Tabita melihat William membawa wanita itu dengan tatapan bengong, dia sama sekali tidak menyadari Samir sudah pergi dari Wangi Sedap, dia juga tidak menyadari siapa wanita yang dibawa oleh William.

Hal yang bisa dipastikan, Setelah Agnes pergi ke kamar mandi, Tabita sudah dalam keadaan terbengong.

Sepertinya saat ini, jika menjualnya, dia juga tidak tahu apa yang terjadi.

……

Sebelum datang Wangi Sedap, Samir sudah bersama dengan William.

Hanya saja, saat turun dari mobil, Samir yang turun terlebih dahulu, dan William menunggu sampai Agnes danTabita masuk ke dalam Wangi Sedap, dia baru turun dari mobil.

Samir berlari keluar, dia melihat William membuka pintu kedua mobil dengan satu tangan, kemudian memasukkan wanita yang ada dibahunya dengan kasar.

Alis berkedut sebanyak dua kali, Samir segera berlari ke sana.

Saat ini, William tetap naik ke mobil, Samir berdiri di pintu belakang mobil selama dua detik, kemudian dia baru melangkah maju, membuka pintu mobil dan masuk kedalam.

Samir duduk di dalam, dia melihat ke belakang dengan kaca spion, wanita yang diikat kedua tangannya oleh William, terbaring di atas tempat duduk mobil, wajah ditutup oleh rambut panjangnya.

Jantungnya berdetak dengan cepat.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Meculik wanita di pagi hari?

Samir menatap William dengan tatapan kaget dan kacau.

Dia ingin mengatakan, bahkan jika sudah tidak bisa menahan diri lagi, kita bisa menyelesaikannya dengan cara damai, kenapa harus menggunakan cara licik seperti ini?

“Ayo jalan!”

William tidak melihat Samir, mata dingin itu terus menatap Agnes .

Samir: “…”

Meskipun ada banyak pertanyaan di benaknya, tapi melihat tatapan William benar-benar sangat aneh, dia berusaha menahan diri, menyalakan mobil dan melaju ke arah hotel bintang lima yang mereka tinggal.

“… Kemana kamu membawaku pergi?”

Terdengar suara lemah dari Agnes .

Wajahnya ditutup oleh rambut panjangnya, rambut bagian depan terus menusuk matanya, sangat gatal, membuat Agnes terus mengedipkan mata.

Hatinya ketakutan dan tidak tenang, baru saja di kamar mandi, dia mengira William akan…

Meskipun saat itu, William menghentikan gerakannya, tapi Agnes tidak boleh menganggap masalah ini sudah berlalu, karena kondisi pria sekarang, sama persis dengan film pembunuhan yang pernah dilihat oleh Agnes .

Satu-satunya hal yang tidak sama.

Dia lebih ganteng dari pembunuh-pembunuh yang ada di film.

Namun, jika mengatakan tindakan kekejaman, pria ini jauh lebih baik dari pembunuh yang ada di film.

Setelah mendengar suara wanita yang lemah, mata Samir berkedut, dia melihat ke belakang lagi lewat kaca spion.

Saat melihat William masih menatap wanita itu seperti serigala menatap singa, Samir langsung membalikkan tatapannya.

Jangan-jangan sudah menahan diri terlalu lama, sekarang akhirnya tidak bisa menahan lagi, dia ingin melakukannya?

William tidak menjawab pertanyaan Agnes, kedua kaki yang ada di atas paha William mengetat dengan erat.

Agnes sangat capek, kecapekan sepert ini, sama sekali bukan kecapekan tubuhnya, tapi kecapekan hati.

“Perjuangan” di kamar mandi sudah membuatnya kehabisan tenaga.

Jantung yang menanggung semua beban, membuat Agnes yang saat ini terbaring di tempat duduk belakang, muncul rasa putus asa.

Tidak mendapatkan respon dari William, Agnes langsung menutup matanya, lagipula kedua matanya sangat gatal.

Terserah William.

Lagipula William juga tidak akan membunuhnya?

Saat Agnes menutup mata.

Kejadian penculikan empat tahun yang lalu muncul dimimpinya.

Dia adalah orang yang ditinggalkan oleh semua orang…

Sudut mata yang menutup erat perlahan-lahan mengeluarkan air mata.

Gigi tanpa sadar mengigit bibir yang memucat.

Saat William melihat tubuh Agnes tiba-tiba gemetar, dia mengerutkan alis.

Mata dingin William melirik baju Agnes .

Saat di kamar mandi, rambut dan pakaiannya sudah basah kuyup, ditambah dengan pakaian yang dipakainya merupakan bahan tipis, membuat baju menempel ke tubuhnya, tentunya akan terasa dingin.

Hati William tanpa sadar melembut, dia berkata, “Naikkan suhu AC!”

Samir, “…”

Dari kaca spion melihat William, Samir melihat wajah William yang dingin dingin, sudut bibirnya gemetar, dia langsung menaikkan suhu AC.

“Tidak cukup!” William melihat Samir.

Samir menyadari tatapan dingin dan tegas William dari kaca spion, Samir sedikit menggerakan tenggorokannya, mengulurkan tangan dan menaikkan suhu AC.

“Naikkan hingga suhu tertinggi.” Kata William.

Samir, “…” Dia diam-diam menaikkan suhunya.

Setelah AC dinaikkan, tidak lama kemudian, suhu di dalam mobil menjadi hangat.

Samir merasa sedikit panas, jadi dia mengulurkan tangan dan melepaskan beberapa kancing kemejanya, mengerutkan alis, dan melihat William dengan tatapan dalam.

William menatap Agnes lagi, melihatnya tetap gemetar tanpa henti, merapatkan bibirnya, mengalihkan tatapannya dan melihat tombol AC, setelah memastikan bahwa Samir sudah membukannya pada suhu tertinggi, dia baru menarik tatapannya, melihat Agnes dengan mengerutkan alis.

Saat William melihat wanita itu, hati Samir tanpa sadar merasa sedikit tidak nyaman, dia mengetatkan alisnya.

William melirik jas yang ada di tubuhnya sendiri, sepertinya William ingin melepaskan jasnya untuk menutupi tubuh Agnes, tapi pada akhirnya, entah kenapa, dia tidak melepaskan jasnya.

Mucul tatapan marah di matanya, William berkata, “Bawalah dengan laju!”

Samir merapatkan bibirnya, hatinya merasa sedikit tidak puas.

Jika tidak suka Samir membawa dengan kecepatan lambat, kamu bisa membawanya sendiri kok! Siapa yang tidak mempunyai mulut, tidak bisa berkata kah?

Pemikiranya seperti itu, tapi Samir tetap melajukan kecepatannya.

……

Begitu mobil merek audi berhenti di depan hotel, Samir langsung melihat William memeluk wanita itu, kemudian membuka pintu dan turun dari mobil.

Duduk di dalam mobil, Samir menatap William berjalan masuk ke dalam hotel dengan memeluk wanita itu, tatapannya terlihat dingin.

Sejak Samir mengenal William, selain Ellen, Samir tidak pernah melihat William memeluk wanita lain.

Dalam hati, Samir mengira selain Ellen, tidak ada seoarang wanita yang berhak mendapatkan pemanjaan William, walaupun Ellen sudah meninggal.

Samir juga tahu pemikirannya seperti ini sangatlah tidak benar.

Lagipula, Ellen sudah tidak ada, dia juga tidak bisa membiarkan William terus sendirian, demi Ellen, William harus tidak menikah lagi?

Kalau benar seperti ini, Samir merasa pemikirannya salah.

Samir mengangkat tangan dan merapikan rambut pendeknya, menarik napas, kemudian turun dari mobil, dia menyerahkan kunci mobil kepada penjaga parkir hotel, dia berjalan ke dalam hotel.

……

Presidential Suite.

William memeluk Agnes masuk ke dalam Presidential Suite, dia berjalan ke arah kamar, awalnya ingin melemparkan Agnes ke atas tempat tidur, tapi saat di depan tempat tidur, William malah berhenti, dia membungkukkan badannya, dengan pelan melepaskan Agnes di atas tempat tidur.

Agnes dipeluk oleh William dari mobil, sebenarnya dia juga menahan napas, meskipun ia mencoba untuk mengendalikan diri, tapi tubuhnya malah menjadi kaku.

Saat punggungnya di atas tempat tidur, alis Agnes berkedut, napas yang ditahan olehnya, perlahan-lahan menghembuskannya.

Setelah William melepaskan Agnes di atas tempat tidur, dia sama sekali belum pergi.

Dia melepaskan ikat pinggang yang diikat di tangan Agnes, kemudian melemparkan tali pinggang itu ke bawah tempat tidur.

Tangan yang kuat langsung menahan di kedua sisi tubuh Agnes, William melihat ke wajah Agnes dengan tatapan dingin, melihat bulu mata Agnes yang terus gemetar.

Agnes tahu William belum pergi, jadi dia belum berani melegakan punggungnya.

William mengangkat satu tangannya, tangan yang panjang merapikan rambut yang menutupi kedua pipi Agnes .

Setelah merapikan rambut, wajah putih dan cantik Agnes pun sedikit demi sedikit muncul di depan mata William.

Wajah Agnes terlihat kaku, dia terus menggerakkan bola matanya ke kanan kiri.

Wajah Agnes benar-benar terlihat di depan mata William.

William melihat wajahnya, tangannya berhenti di pipi Agnes, pandangannya tiba-tiba menjadi kacau, dengan cepat udara harus muncul di sekeliling William, kemudian udara itu perlahan-lahan menghilang.

William melihat dahinya dengan serius, alis, mata, hidung, bibir…kemudian, dada bagian kiri, yang menahan napas hingga kesakitan, “Kenapa tidak melihatku? Uhm?”

Dia berkata dengan nada suara serak, nada suaranya juga terdengar sedikit gemetar.

Perkataannya membuat hati Agnes dingin dan sakit.

Agnes perlahan-lahan membuka matanya, saat Agnes membuka kedua matanya, dua tetas air mata mengalir dari sudut matanya.

William mengusap wajahnya, menundukkan kepalanya dan menatap Agnes dengan mata dingin dan merah, “Apakah kamu ingin aku?”

“…” Agnes mengepal tangannya, sudut matanya menjadi merah.

William memejamkan mata.

Agnes melihat jelas cairan yang keluar dari sudut matanya, kemudian mengalir melalui hidungnya yang mancung.

Jatungnya merasa sakit, perlahan-lahan melepaskan jari-jari yang mengetat, dengan gemetar mengangkat satu tangannya, mengusap wajah Agnes, jari-jari yang putih melintas sudut matanya, menyeka air yang ada di sudut matanya.

Tenggorokannya seperti ditusuk oleh banyak jarum, hanya bergerak sedikit saja sudah merasa sakit.

Merasakan telapak tangan Agnes yang lembut dan dingin menyentuh wajahnya.

Alis William perlahan-lahan lega, kemudian tiba-tiba membuka kedua matanya.

Empat mata saling bertatapan, telapak tangan Agnes bergetar, dia takut dirinya bisa kehilangan kendali, dengan panik ingin melepaskan tangan.

Mata William mengetat, sebelum Agnes melepaskan tangan, William memegang pergelangan tangan Agnes dengan erat, membiarkan telapak tangan Agnes terus mengusap wajahnya.

Agnes membesarkan matanya, mengangkat bahu, kemudian melihat William dengan tatapan bingung.

Mata William berkedip, tenaga yang menahan hidung Agnes menjadi kuat.

Tindakan itu, membuat Agnes terasa sangat sakit, Agnes merasa tulang hidungnya sudah dipatahkan oleh William.

Mata William melihat bibir Agnes yang putih, dalam waktu sesaat, api yang padam tiba-tiba menyala, api yang menyala, api yang bercampuran dengan rasa marah, benci, pada waktu yang sama, membuat orang merasakan perasaan menakutkan.

Agnes menarik napas, satu tangannya tanpa sadar mengangkat bahu, pemikirannya tanpa sadar menjadi kacau dan tatapannya bingung.

Kedua mata William menatap Agnes, pada saat tertentu, William tiba-tiba memegang tangan Agnes, menahannya di tempat tidur, bibir William langsung menutup bibir Agnes .

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu