Hanya Kamu Hidupku - Bab 63 Sengaja Membuat Dia Marah

Tetapi detak jantungnya berdetak dengan kuat lagi di luar kontrol.

"Ellen, paman ketiga kamu sininya terlalu keras"

Hansen menunjuk ke jantungnya.

Ellen hanya menatap ke Hansen.

Sementara Hansen tertawa, "Tetapi kalau dengan kamu, sininya lembut"

"Kakek......"

Pada saat Ellen ingin berbicara, Hansen melambaikan tangannya, "Ellen, kakek hidup sampai usia segini, ada banyak hal kakek sudah mengerti. Personalitas paman ketiga kamu sangat dingin, dia hanya bersikap hangat dengan orang yang terdekat dengannya, meskipun tidak pernah melihat dia bersikap emosional terhadap keluarganya, kakek juga jarang melihat dia menunjukkan perhatian. Tante mudamu cemburu padamu, sementara Gerald dan Louis belum bisa terima dan mengerti kamu. Pamanmu yang memiliki personalitas seperti begini malah begitu menyayangi kamu yang tidak memiliki hubungan darah dengannya dan hanya memberi sedikit perhatian kepada orang-orang yang mencintainya. Bagaimana mereka bisa tidak marah? Tetapi bagaimanapun, paman ketiga kamu adalah anak kandung Louis dan Gerald, dia adalah abang kandung tante muda kamu, mereka tidak bisa dan tidak tega membenci dia, sehingga mereka hanya bisa menunjukkan ketidakpuasan mereka kepada kamu"

Alis Ellen mengerut, dia menjawab dengan suara kecil, "Kakek, saya mengerti semua kata-kata anda"

Jadi, meskipun Louis dan Gerald sengaja bersikap dingin kepada Ellen, Elle juga hanya merasa sedih dan sakit hati, dia tidak menyalahkan mereka dan selalu menghormati mereka.

Ellen tidak bisa menghindar kebencian Vania, walaupun merasa marah, Ellen tidak memasukkan hal itu ke dalam hati.

Karena Ellen ada bertanya kepada dirinya.

Kalau posisi dirinya hari ini bertukarang dengan mereka, Ellen juga tidak bisa menjamin dirinya akan menyukai keberadaan seperti begini.

Hansen mengelus kepala Ellen dan berkata dengan nada suara lembut, "Kakek tidak ada maksud lain, kakek hanya ingin kamu mengerti bahwa paman ketiga kamu itu menyayangi kamu secara tulus. Tetapi personalitas paman ketiga kamu teralu keras kepala dan terus terang, dia tidak mengerti pemikiran gadis dan kadang-kadang kata-kata yang dikatakan olehnya juga agak kasar, bahkan ekspresinya juga tidka dilihat, kamu jangan masukkan semua itu kedalam hati"

"..................." Ellen merasa bingung dan tidak mengerti.

"Lalu, masalah seperti semalam tidak boleh terjadi lagi! Kamu berpikir saja, kamu adalah gadis yang begitu muda dan imut, kalau kamu mengalami insiden apa di luar, kamu mau menyuruh paman ketigamu sama kakekmu yang tua ini bagaimana? Ellen, kamu harus berjanji kepada kakek, tidak boleh melarikan diri dari rumah lagi. Kalau paman ketiga kamu membuat kamu tidak senang, kamu datang ke kakek sini saja. Tidak boleh bertindak seperti semalam lagi, mengerti?"

Semakin berkata sampai belakang, Hansen merasa semakin cemas, wajahnya bahkan menjadi keriput.

Jantung Hansen hampir berhenti berdetak setelah mengetahui Ellen 'menghilang' semalam.

Berpikir lagi baru-baru ini di internet dan tv sering ada berita kasus kehilangan gadis muda, Hansen merasa semakin takut.

Meskipun setelah itu Hansen mendengar berita mereka sudah berhasil mencari Ellen, Hansen tetap tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam.

Akhirnya dia pun segera datang ke sini pagi-pagi.

Melihat ekspresi Hansen yang cemas, Ellen akhirnya mengerti maksud kata-kata Hansen.

Ellen memegang lengan Hansen dengan erat dan meminta maaf, "Kakek, maaf, saya membuat anda khawatir"

"Ellen, apa pun yang Louis dan Gareld mereka lakukan kepada kamu, di dalam hati kakek dan paman ketiga kamu, sejak paman ketiga kamu membawa kamu masuk ke keluarga ini, kamu sudah merupakan salah satu anggota dari keluarga kita, keberadaan kamu adalah keberadaan paling dekat yang tidak bisa dihilangkan lagi. Apakah kamu mengerti maksud kakek?"

Mata Ellen memerah, dia mengangguk, "Mengerti. Kakek, saya tidak akan melakukan hal yang membuat anda khawatir lagi"

Hansen menghela sebuah nafas, "Gadisku yang polos"

Ellen berusaha menahan air matanya dan menyandar kepalanya di lengan Hansen.

Alis Hansen yang mengerut akhirnya tidak terlhat lagi, dia tertawa dengan dingin di dalam hati ketika dia melihat tatapan seseorang yang dingin di belakangnya.

Hansen menyipitkan matanya, seolah-olah teringat sesuatu, dia menundukkan kepalanya dan melihat ke Ellen dengan senyuman, "Ellen, kakek sudah membantu kamu memeriksa"

"........." Ellen mengedipkan matanya dan melihat ke Hansen dengan mata tidak mengerti.

"Tentang itu, itu" Hansen bersikap misterius.

"Yang mana?" Ellen bertanya.

"Bintang kecil" Hansen mengedipkan matanya.

Bintang kecil?

Wajah kecil Hellen memasang ekspresi aneh.

"Alah, Bintang Hamid, anaknya Ahmad Hamid. Itu, pria yang bersama denganmu waktu hari ulang tahun kamu" Hansen menjelaskan.

"...........Oh"

Ekspresi Ellen tiba-tiba menjadi tegang, matanya juga melihat ke arah belakang secara refleks.

Setelah melihat seseorang itu berada di jarak jauh dari mereka, Ellen baru menghela nafas lega.

Malam itu, Ellen membawa Bintang Hamid dan memperkenalkan bahwa pria itu adalah pacarnya, makanya........

"Ellen, kakek merasa pemuda itu bagus, boleh" Hansen senyum dengan mata menyipit.

"Ellen........"

"Apakah kamu pernah mendengar Ahmad Hamid?" Hansen bertanya.

"Iya" Ellen mengangguk dengan mata berkedip.

"Keluarga Hamid telah bergerak di bidang politik selama beberapa generasi, di kota Tong uga termasuk keluarga bereputasi. Anak putra Ahmad Hamid juga sangat berprestasi meskipun usianya tidak beda jauh dengan kamu, semua orang yang mengenal dia berkata pemuda yang memiliki masa depan ini lebih hebat dari ayah kandungnya" Hansen berkata.

Telinga Ellen berdering, dia tidak mendegar kata-kata Hansen dengan jelas, matanya terus melihat ke arah belakang, takut ada seseorang yang mendengarnya.

"Ellen, seharusnya kakek sekarang tidak setuju kalian berpacaran pada usia begitu muda. Tetapi setelah melihat pemuda keluarga Hamid itu bagus, untuk sementara kakek tidak melarang kalian dulu, kakek akan mengawasi dulu. Oh iya, sabtu ini kamu bawa dia datang ke sini makan bersama" Hansen berkata. Dia tidak memperhatikan ekspresi Ellen yang tidak natural.

Mengundang Bintang Hamid datang makan bersama?

Ellen menarik nafas dan menatap ke Hansen, "Jangan saja, kakek"

"Kenapa jangan? Sekarang hubungan kalian adalah pacaran, kamu harus membawa dia datang, kakek mau memberikan percobaan kepadanya" Hansen menatap ke Ellen dengan wajah serius.

"Kakek, kami bukan............"

Ellen ingin berkata hubungan dia dengan Bintang Hamid bukan pacarna, tetapi Ellen teringat lagi dengan kata-kata yang dikatakan olehnya pada hari ulang tahunnya.

Kalau Ellen tiba-tiba berkata dirinya tidak memiliki hubungan seperti itu dengna Bintang Hamid, bukannya Ellen itu menunjukkan dirinya sedang berbohong?

Melihat wajah Ellen yang memerah, Hansen mengira Ellen malu, tetapi sebenarnya Ellen sedang merasa cemas.

Hansen tertawa, "Kamu, masih malu ya. Mengapa kamu tidak malu waktu memperkenalkan dia kepada kakek kemarin?"

"..........." Ellen meragu, "Kakek, kami masih terlalu kecil, bukannya terlalu cepat untuk bertemu dengan orang tua? Nanti saja"

"Cepat apaan. Mengapa kalian tidak merasa terlalu cepat ketika mau berpacaran?"

Hansen merasa semakin pasti bahwa Ellen itu sedang malu.

"..... Kalau begitu, kalau begitu aku putus dengannya saja" Ellen berkata.

Hansen merasa kaget dan alisnya pun mengerut, "Sembarang bertingkah! Kakek bukan sedang melarang kalian bersama, buat apa kamu begitu cemas? Kakek bukan orang yang masih memiliki pemikiran kuno, kalian sudah dewasa, masalah pacaran, Kakek akan menghormati kalian"

Ellen ingin menangis.

Jadi, meskipun dia ingin 'putus' sekarang, pun tidak bisa lagi?

Melihat ekspresi Ellen yang pahit, Hansen baru melembutkan suaranya dan menepuk lengan Ellen, "Kalau kamu putus dengan dia karena masalah ini, bukannya sama dengan sedang mempermainkan perasaan orang?"

Mempermainkan?

Kakek, apakah kata-kata anda tidak terlalu serius?

Ellen mengigit bibir bawahnya.

Sepertinya Hansen juga merasa kata-katanya terlalu berat, dia mengeluarkan sebuah batuk ringan sebelum berkata, "Kakek sudah memberi tahu nenek kamu untuk menyiapkan makan malam pada hari sabtu dan mengundang bintang kecil makan ke rumah. Masalah ini akan ditetapkan begitu. Jadi, malam sabtu, kamu tidak boleh mencari alasan tidak membawa dia datang, oke?"

"............." Apakah Ellen bisa memilih tidak mengerti kata-katanya?

Membawa Bintang Hamid pergi makan ke rumah kakek, bukannya hal ini sama dengan sedang mencari masalah?

Wajah kecil Ellen sudah merasa risau sampai terlihat seperti sebuah pao.

Setelah menatap wajah Ellen beberapa saat, Hansen merasa sepertinya kata-kata dia tidak cukup tegas untuk membuat Ellen merasa ketakutan, akhirnya dia menyipitkan matanya dan berkata dengan nada suara semakin serius, "Kalau kamu tidak membawa dia datang, kakek akan membuat kamu menyaksikan kemarahan kakek, kakek beri tahu kamu, kakek memang jarang marah, tetapi kalau sekali marah kakek sendiri saja merasa menakutkan! Jadi kamu siap-siap saja!"

Ellen, "............." mengapa dia sama sekali tidak merasa ketakutan dan malahan merasa kakeknya menjadi imut.

......................

Hansen saja baru saja pergi, Ellen langsung ditarik ke kamar lantai dua kemudian ditekan di atas pintu oleh seseorang.

Ciuman menyerang Ellen.

Uh.......

Ellen memejamkan matanya dengan erat, kedua tangannya ditahan oleh orang itu dengan kuat sampai tidak bisa bergerak.

Dada pria itu menekan di atas tubuh Ellen dan ciumannya sangat dalam.

Satu ciuman itu berlangsung hampir 20 menit.

Pada detik orang itu melepaskan Ellen, Ellen memiliki perasaan hidup kembali setelah berjalan beberapa lingkaran di neraka.

Ellen membuka mulutnya dan menghirup udara segar dengan kuat, matanya beruap dan dia merasa kekuarangan oksigen sampai tidak bisa melihat wajah di depannya dengan jelas.

Pria itu melingkari pinggang Ellen dengan kuat.

Untungnya juga pria itu ada melingkari pinggang Ellen, kalau tidak Ellen akan jatuh ke lantai.

"anak bodoh, kamu sengaja membuat aku marah ya?" William menyandarkan dahinya ke dahi Ellen, hidungnya yang mancung juga menyandar di atas hidung Ellen dan berkata dengan suara serak.

"............" Kedua kaki Ellen sangat lemah, seolah-olah sedang menginjak di atas awan, dia menatap ke William dengan mata menyipit.

Sudut mulut Ellen terangkat, dia mencium pipi Ellen sebelum berkata, "Tadi di taman bunga, kakek berkata apa saja dengan kamu?"

Jantung Ellen berdebar dengan kuat, mata dia membesar dan ekspresi dia menjadi kaku, "Tidak ada"

Pupil hitam William memancarkan cahaya, dia terus menatap ke Ellen dengan dalam tanpa berkata apa-apa, akhirnya dia mengangkat tangan dan mengelus bibir Ellen yang merah dan bengkal.

Ekspresi William yang sedang berpikir dalam membuat hati Ellen terangkat dengan ketakutan.

Dia tidak berani memikirkannya.

Adegan berdarah apa yang akan terjadi pada Sabtu ini ketika dia membawa Bintang Hamid makan ke rumah kakek..........

"Ellen."

William memanggil dengan suara rendah dan lembut.

"Iya?" Ellen menatap ke William dengan bulu mata panjang yang bergetaran.

"Kamu melarikan diri dari rumah dan aku menangkap kamu kembali, aku menganggap kamu sedang ngambek, aku memanjakan kamu dan menyayangi kamu, jadi masalah apa pun aku bisa menuruti kamu. Tetapi syarat untuk semua hal ini adalah........"

Di dalam tatapan William, memancarkan sebuah kegelapan yang kebetulan tertangkap oleh Ellen.

Jantung Ellen berdebar dengan kuat dan bagian belakang tubuhnya berkeringat dingin.

"Tidak melampaui batasku" William berkata dengan ekspresi gelap.

Ellen, "........."

Novel Terkait

My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu