Hanya Kamu Hidupku - Bab 122 Menggoda Pria Lain Di Belakang Suami

Tangan William terhenti , Alisnya yang panjang menyipit, Sambil memandang kembali Ellen .

Wajah Ellen membeku, dengan cepat kembali seperti semula,Sambil tertawa berjalan mendekati William , "Paman, saya sangat bahagia , hari ini kamu bisa mengantarku ke sekolah , Mana bisa membiarkanmu melakukan hal seperti mengambilkan tasku. Biar aku saja,hehe. "

Ellen sambil berkata, mengambil tas sekolahnya dari sofa, jari-jarinya yang ramping memasuki rongga tangan besar dan elegan William yang berdiri di samping dan menggandengnya, berusaha menyenangkan William dan berkata , "Ayo paman."

Pandangan mata William yang dingin , menatap sejenak Ellen , Walau ia tidak berbicara apa apa , menggandeng tangan Ellen dan membawanya ke luar .

Ellen memandangi wajahnya yang dingin , Jantungnya berdetak sangat kencang hingga ia hampir tidak dapat bernafas .

...

Dalam perjalanan dari Coral Pavillion ke Sma Weiran, Ellen terus berbicara seperti Magpies kecil yang ceria di telinga William.

William tidak banyak bicara, sebagian besar waktu dia mendengarkan Ellen, walau kadang-kadang memberinya respons agar dia tahu bahwa dia sedang mendengarkan.

Suasananya harmonis sampai mobil berhenti di depan Sma Weiran.

"Paman, sudah sampai ."

Ellen yang terus berbicara sepanjang jalan , Kerongkongan nya sudah kering, sehingga ketika kali ini dia berbicara , terdengar agak serak.

"Ok," kata William.

“Kalau begitu aku pergi dulu ya .” Ellen meraih tas sekolahnya dan berkata kepada William.

William mengulurkan tangannya dan membelai telinganya, "Um."

Ellen memalingkan matanya, membuka pintu dan keluar dari mobil. Saat dia berdiri di luar mobil, dia memiringkan kepalanya dan melambaikan tangannya yang kecil kepada William yang berada di dalam mobil . Sambil meletakkan tas sekolahnya di bahunya, berbalik dan berjalan dengan cepat menuju gerbang sekolah. .

William menatap ke arah punggung Ellen. Dia tidak menyuruh Suno untuk segera membawa mobil ke perusahaan. Namun ia masih terus menatap ke arah pintu gerbang yang dilewati oleh Ellen dengan dalam .

Ellen yang berjalan memasuki gerbang sekolah, berbelok di tikungan, dan bayangannya pun menghilang dari pandangan William.William baru berkata dengan pelan, "Ayo pergi ."

Suno mengangguk dan menjalankan mesin mobil ,dan melaju menjauhi Sma Weiran.

Kira kira dua menit setelah mobil melaju pergi, sosok yang ramping dengan perlahan keluar dari sudut persimpangan kampus.

Ellen yang berdiri di persimpangan dengan wajah kecil yang pucat, Sambil melihat ke arah tempat mobil seseorang tadi berhenti di luar gerbang sekolah.

Orang ini benar benar sangat cerdas, terutama yang berkaitan dengannya, Sangatlah sensitif. Dia tahu karena William sangat peduli padanya.

Itu sebabnya kejadian pada pagi ini membuat Ellen gelisah, Khawatir apa yang akan dilakukan orang itu jika menyadari tindakannya.

Jika orang ini mulai sadar, Akan sangat sebentar waktu yang diperlukan bagi dia untuk membongkarnya !

Alis Ellen berkerut, Sambil melihat ke tas yang digendong nya dibelakang , Hanya saja merasa bahwa yang dia bawa bukanlah tas yang berisi buku , Namun sebuah batu yang memiliki berat lebih dari 1 ton.

...

Bilik toilet paling dalam di lantai pertama gedung sekolah.

Ellen dan Pani berdiri di dalam bilik, dan mata mereka semua tertuju pada deretan tongkat tes kehamilan di atas tutup toilet.

Setiap tes kehamilan tersebut menunjukkan Dua garis merah .

Hasil seperti ini , Kedua nya tidak perlu melihat buku manual untuk mengetahui apa artinya .

“Ellen, apa yang akan kamu lakukan?” Pani dengan kencang menarik nafas, Dengan sangat sulit memindahkan pandangan dari deretan tes kehamilan dan melihat wajah Ellen yang memucat.

Ellen menggigit bibirnya yang mulai membiru dan menggelengkan kepalanya.

Pani menelan ludah di tenggorokannya. Dalam menghadapi situasi ini, dia pun tidak berdaya. Karena pada usia mereka berdua seperti ini , Perihal kehamilan ,dapat digambarkan sebagai sesuatu yang "mengerikan".

“Apa sudah berbicara dengan Pamanmu ?” Pani berbisik.

Ellen mengerutkan kening, tidak mengangguk dan tidak menggelengkan kepalanya, tidak juga berbicara.

Pani menghela nafas, membuka kantong plastik di tangannya , dan memasukkan semua tes kehamilan yang berada di atas tutup toilet kedalamnya , Dia menggumpalnya dan memasukkan ke dalam jaket sekolah ,satu tangannya memegang perut untuk menghindari barang jatuh keluar , dan tangannya yang lain membuka bilik kamar mandi , menarik Ellen untuk pergi keluar .

Saat itu adalah waktu istirahat, dan hanya tersisa sepuluh menit .

Keduanya telah berada di toilet selama tujuh atau delapan menit, Sebentar lagi kelas akan dimulai , Jika sekarang keduanya memasuki kelas, dengan wajah pucat Ellen seperti ini ,pasti akan mendapatkan banyak pandangan aneh dari orang lain .

Sepanjang hari ini .

Ellen, selain kadang kadang termenung ke arah papan tulis, sebenarnya tidak menunjukan keanehan yang lain. , dia masih seperti biasa mengerjakan latihan ujian , Walau Pani tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan.

Setelah jam sekolah selesai pada sore hari, mereka berjalan ke gerbang sekolah dengan menggendong tas mereka.

“Pani, bantu aku mencari tempat untuk membuangnya,” Ellen tiba tiba berkata kepada Pani .

Pani termenung, namun dengan segera menyadari apa yang diminta Ellen untuk dibuang, dan berkata dengan serius, "Tenang saja ."

“Terima kasih.” Ellen tersenyum padanya.

“Buat apa berterima kasih kepadaku.” Pani menyentuhnya dengan siku.

Ellen memandang Pani, hanya menurunkan bulu matanya dan tidak berkata apa-apa lagi .

Melihat kondisi ini, Pani hanya bisa menghela nafas dalam hati dan berkata kepada Ellen , "Ellen, masalah ini aku pikir lebih baik beritahukan kepada Paman , Dia lebih tua dari kita , Pengalaman yang dialami juga sudah lebih banyak dan matang, Jika kamu memberi tahunya , Dia akan memikirkan jalan keluar, Jangan kamu simpan hal ini sendiri, Tau kan? "

Ellen mengerutkan kening, saat dia mendengarkan Pani . Kesuraman dalam matanya menjadi lebih kuat.

Dia bukan tidak ingin memberitahunya, karena dia tahu.

Jika dia memberi tahu orang itu tentang kehamilannya, Dia pasti akan menyuruhnya untuk melahirkan anak itu, dan tidak akan setuju membiarkannya untuk menggugurkannya .

Selain itu .

Sebenarnya hal yang paling membuatnya gelisah bukan mengenai apakah harus memberitahu William, Tetapi , dia sendiri pun tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap benih yang berada di dalam perutnya .

Menggugurkan dan membunuhnya dengan kejam dan melanjutkan pendidikannya ?

Ellen merasa hatinya seakan ditusuk dengan kesakitan dan kesedihan, Pikiran ini , dia merasa bahwa dia sangatlah kejam.

Meskipun saat ini janin di perut mungkin masih sebesar butir beras , Namun saat dia membayangkan beberapa bulan lagi akan menjadi seorang manusia yang hidup, Dia merasa bahwa dia sedang membunuh sebuah nyawa .

Terutama nyawa ini masih merupakan kelanjutan hidup dari dirinya dan dia ...

Tetapi jika anak ini dibiarkan, bagaimana dengan pendidikannya?

Ujian masuk perguruan tinggi akan segera dimulai. Setelah bertahan sekian lama, dan akhirnya melihat ujung nya . Apakah harus menyerah di tengah jalan, melepaskan semua nya? !!

Bagi Ellen, dua keputusan ini sangat sulit dibuat!

Karena itu, Saat ini Ellen merasa tidak nyaman, tersiksa dan bingung pada waktu yang sama.

Sebelum hari ini terjadi, dia tidak pernah berpikir , Bagi dia yang baru memasuki umur 18 tahun , Harus menmbuat keputusan yang begitu sulit.

Situasi saat ini bisa dikatakan , bagi Ellen, agak kejam.

Setelah Pani selesai berbicara, Ellen tidak meresponnya , karena mengetahui bahwa dia sedang dalam suasana hati yang sulit, Pani pun tidak mengatakan apa-apa, menghindari menambah tekanan pada diri nya .

...

Kali ini, Pani tidak menumpang mobil Nie Niesi, namun ia naik bus pergi ke Jalan Yuyang.

Setelah turun dari bus, Pani dengan sengaja berjalan menjauh dari arah rumahnya dan berjalan melewati dua jalan. Dia berhenti di sebuah gang yang tidak banyak orang. Dia mengambil tas sekolah dari pundaknya , melihat ke sekitar seperti pencuri.Setelah melihat tidak ada orang yang melihat ke arahnya , Ia menghela nafas, membuka tasnya , mengeluarkan kantong plastik yang berisi tes kehamilan di tangannya, berjalan cepat ke tempat sampah dan melemparkannya ke dalam.

Pani merasa beban berat terlepas dari badannya ketika benda itu dilepaskan dari tangannya, dan bibirnya menghela nafas dalam dalam .

Dan, ketika dia hendak berbalik sambil memegang tas sekolah, suara lembut seorang laki-laki terdengar dari belakang.

"Apa yang kamu lakukan secara diam-diam?"

"..." Punggung Pani terasa mati rasa, dan Keringat dingin mengalir dari keningnya, dia memutar kepalanya dengan panik dan melihat ke belakang.

Ketika dia melihat pria yang berdiri di belakangnya, Pani terkaget hingga berteriak ringan, dengan panik mengangkat tangan dan menutup mulutnya sebelum dia kehilangan kendali dan berteriak, sepasang mata berwarna aprikot yang jernih seakan melihat hantu menatap pria dengan wajah hangat.di depan nya .

Sumi Mengerutkan kening, bibirnya yang tipis tersenyum ringan, dia memandang dengan santai ke arah Pani yang seakan akan telah melakukan sesuatu yang salah dan tertangkap basah. Dengan suara yang hangat dan gembira bertanya , "Pani, kau tahu saat ini tampangmu seperti apa ?"

"... Seperti, seperti apa ?" Pani yang kesulitan berbicara dengan normal.

"Yah, seperti seorang yang menggoda lelaki lain , dan tertangkap basah oleh suami mu," kata Sumi.

"..." Pani terdiam, perlahan-lahan berdiri dengan tegak, berpikir bahwa dia dengan kebetulan berdiri di depan tempat sampah, sambil menatap Sumi Dengan matanya yang cerah, "bagaimana kamu bisa di sini?"

"Mengikuti kamu," kata Sumi.

Mengikutiku ...

Pani yang takut, "Kamu, kenapa kamu mengikuti saya?"

Suami Menatap Pani dengan santai, "Yah, aku menunggumu di depan pintu rumahmu, rencananya mau memberi kejutan. Namun, kebalikannya kamu lah yang memberiku kejutan."

Kejutan apa !

Lebih ke menakuti orang !

Mata Pani membelalak, kulit kepalanya menegang, dan saat berbicara , lidah nya pun menyimpul dengan tidak tenang, "Aku, aku memberimu, kejutan apa?"

Sumi Melirik tempat sampah di belakang Pani dengan tenang, lalu mengangkat alisnya dan mengerutkan kening pada Pani, "Seperti berdiri di samping tempat sampah dan berbicara dengan orang? Apakah baunya enak?"

"..." Bukan urusan mu! Wajah Pani mengejang dan memelototinya.

Sumi Melihatnya seperti ini, ekspresinya mulai menggelap dan berteriak , "Berdiri diam!"

Pani terkejut, secara naluriah menjangkau memegang jantungnya , dan menatap Sumi.

Mengapa perubahan emosi orang ini lebih cepat dari membalikkan lembaran buku? !! Aku kan jadi takut!

Sumi menyipitkan mata, kelembutan di wajahnya menghilang, matanya menatap dengan tajam dan dingin, dan wajahnya terlihat serius namun tidak murka, dengan dua bibir yang lurus, terus menatap orang tanpa bicara, hal ini bisa membuat orang yang dilihat dalam hitungan menit gelisah.

Pani menelan ludah di tenggorokannya, sudah jelas dia ketakutan di dalam hati , namun masih dengan keras kepala , mengencangkan leher dan berkata. "Kenapa jadi galak seperti itu, Saya tidak takut kamu , Laki laki tua!"

"Kalau berani katakan sekali lagi!" Kata Sumi dengan tajam.

"..." Pani tidak bodoh. Dia menjilat bibirnya dan bersenandung pelan. "Kamu, Jika kamu suruh aku katakan lagi dan aku katakan , Saya akan kehilangan wajah , Lagipula buat apa saya mendengarkan kamu? Hah ~ "

Urat nadi Sumi hampir pecah , ia mengerutkan kening dan menahan diri.

Menarik keluar tangan dari saku celananya, menunjuk ke arah Pani dengan jarinya, "Kemari."

Pani melirik tangannya dan dalam diam memelototinya .

Oh my God, Cara yang dia lakukan sangat membosankan dan vulgar! Hanya orang tua seperti dia yang bisa melakukannya!

“Kamu dengar tidak ?” Teriak Sumi.

"... Aku tidak tuli!" Pani tertekan, tapi dia takut dengannya!

Yah, sejak terakhir kali kejadian di KTV , dia yang hampir menendang seseorang hidup-hidup, Pani menjadi sedikit takut padanya. Wajahnya yang murka , hingga hari ini masih tersimpan dalam pikirannya ,Impresinya yang dalam sangat sulit untuk dilupakan !!

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu