Hanya Kamu Hidupku - Bab 48 Rahasia, Tidak Boleh Dikatakan

Dan bibirnya mendekat tepat ketika Ellen mengangkat kepalanya.

Mata Ellen langsung membesar, masih belum sempat menunjukkan reaksi, bibirnya sudah menjauh dengan cepat.

Ellen mengatupkan bibirnya dengan perasaan kacau.

Membuatnya sedikit ragu apakah dia benar-benar…. Menciumnya.

William melihat Ellen yang termenung, matanya yang dingin memancarkan kelembutan, “Gaun ini seperti yang kubayangkan, sangat cocok denganmu.”

William berkata dengan tenang, mendekat dengan tiba-tiba, bibir tipisnya mendekat ke telinganya, berkata dengan suara seraknya yang terdengar begitu keren, “Sangat cantik!”

Membuat seluruh telinga Ellen memerah.

Melihat William menegakkan tubuhnya bagai tidak terjadi apapun, senyum tipis menggantung di bibir tipisnya, mata hitamnya yang besar menatapnya lembut.

Kenapa dia merasa seperti Paman Ketiganya sedang sengaja mengerjainya…..

……

SMA Weiran kelas 3.1.

“Pani, tiga hari lagi adalah pesta ulang tahunku, kamu akan datang kan?”

Di jam istirahat, Ellen mengobrol dengan Pani sambil berhadap-hadapan di meja masing-masing, setelah mengobrol banyak hal Ellen bertanya.

Pani berpikir sesaat lalu berkata sambil tersenyum, “Kamu beritahu aku dulu, kalau aku tidak pergi, apa yang akan kamu lakukan?”

“Putus hubungan lah!” Ellen menjawab dengan cepat dan yakin.

“…. Wah!” Pani langsung membalikkan bola matanya.

Ellen tertawa terkekeh, “Aku tidak sedang bercanda, kalau kamu sampai benar-benar tidak pergi maka aku akan putus hubungan denganmu.”

“Aku sudah menunggu putus hubungan denganmu sejak lama, jadi aku memutuskan untuk tidak pergi. Kamu cepat putus hubungan denganku saja.” Pani berkata sambil mendengus.

Ellen tidak percaya dia tidak datang, lalu berkata sambil tersenyum, “Gaunmu sudah kusiapkan, besok akan diantarkan kerumahmu, ingat untuk menerimanya.”

“Aku tidak pergi!” Pani berkata sambil memelototinya.

“Uhm, kamu jangan datang, ingat ya, jangan datang!” Ellen berkata.

Pani menggertakkan giginya, lalu membuat gaya menerkam seolah ingin mencekiknya.

Ellen menghindar sambil tertawa, “Mau apa kamu? Kamu yang bilang tidak pergi. Kamu itu sebenarnya mau pergi atau tidak?”

“Kalau aku tidak pergi bukankah kamu mau putus hubungan denganku? Mana berani aku tidak pergi!” Pani menggenggam kedua bahu Ellen sambil mengguncangnya dengan kuat.

Otak Ellen terasa seperti terkocok dan hampir akan lepas karena diguncang oleh Pani seperti ini!

“Ellen, pesta ulang tahunmu, apakah tidak berencana mengundang teman-teman sekelas kita?”

Entah siapa yang tiba-tiba berkata dengan suara keras.

Karena suara ini, seisi kelas seketika menjadi begitu sunyi.

Ellen menggerakkan alisnya dan berkata pada teman dikelasnya, “Kalau kalian bersedia datang, aku tentu saja akan sangat senang. Mau datang?”

“Ellen, kamu mengundang dengan cara seperti rasanya tidak sopan. Aku baru saja mendengar kalau kamu sudah menyiapkan gaun pesta untuk Pani. Kalau kita sekelas pergi, bukankah kamu juga harus menyiapkannya untuk kami.”

Seorang gadis berkata dengan nada sinis.

Pani terkekeh, satu tangannya sudah menopang di meja hendak berdiri.

Ellen memperhatikan gerakan ini, langsung mengulurkan tangan dan menahan tangan Pani.

Pani menatap Ellen sambil mengerutkan alisnya.

Ellen menggeleng padanya.

Pani mengkerutkan bibirnya, untuk sementara menahan emosinya.

Ellen menoleh kearah gadis yang berkata, “Apakah ketika keluargamu mengadakan pesta juga harus membuatkan gaun pesta untuk semua tamu?”

“Keluarga kami tentu saja tidak akan. Keluarga kami tidak sekaya dirimu.” Gadis itu tetap bicara dengan nada bicara yang begitu sinis dan tajam.

Ellen tertawa, suaranya terdengan hangat dan lembut, “Penjelasanmu menarik sekali. Orang kaya sudah seharusnya menyiapkan gaun untuk semua tamunya, dan orang miskin tidak perlu menyiapkan. Kalau begitu apakah aku harus mengartikannya demikian, orang kaya memang sudah seharusnya menjadi orang yang dikorbankan, dan orang yang miskin malah harus mengambil keuntungan dengan bangganya, merasa semua memang seharusnya. Kamu tidak punya uang, kamu lemah, dan kamu masuk akal!”

Ekspresi wajah gadis itu langsung berubah, matanya yang memelototi Ellen penuh dengan amarah dan salah tingkah.

Ellen mengangkat dagunya dan menatap setiap orang dikelasnya sambil berkata dengan santai, “Kalau kalian ingin menghadiri pesta ulang tahunku, tentu saja aku akan merasa sangat senang. Kalau tidak datang, maka aku hanya akan menganggap kalau aku tidak memiliki kehormatan untuk itu.”

“Ellen, kamu menyiapkan gaun untuk Pani kenapa tidak menyiapkan gaun untuk kami juga?” ada yang bertanya.

“…….” Ellen sungguh merasa ajaib, dia menyiapkan gaun untuk Peni, itu karena mereka adalah teman baik, dia senang, dia ikhlas.

Tapi apakah dia punya alasan untuk membuatkan gaun untuk mereka semua?

Atas dasar apa?

Hanya karena dia punya Paman Ketiga yang kaya?

Ellen agak mnearik nafas, lalu melihat kesemuanya, “Menurutmu kenapa aku tidak menyiapkan untuk kalian?”

Orang itu mengangkat bahunya, “Karena kami tidak selevel denganmu, kamu itu nona besar, orang kaya. Dan kami hanya anak dari keluarga biasa. Kamu tidak menyiapkan untuk kami, namun menyiapkan untuk Pani, mungkin karena kamu tidak memandang kami, sehingga merasa kami tidak pantas menerimanya.”

Semakin Ellen mendengar semakin merasa ini berlebihan, “Aku ingin bertanya, orang dikelas kita, apakah masih ada yang memiliki pemikiran yang sama dengannya?”

Sekarang mereka kelas 3 SMA, bukan kelas 3 SMP, lebih-lebih bukan kelas 3 SD!

Ucapan yang tidak masuk akal dan tidak bisa diolah ini bagaimana bisa keluar dari mulut mereka?

Ellen sungguh tidak ingin menganggap teman sekelasnya dengan pandangan seperti ini.

Namun sekarang, detik ini juga, dia sungguh merasakan satu hal : Otak itu barang yang bagus, sayangnya orang itu tidak punya!

“Sudahlah Ellen, kami juga hanya bicara saja, ulang tahunmu kami mana pantas datang. Kami mengucapkan selamat ulang tahun lebih awal.”

Ada yang berkata dengan sedih.

Ellen mengangkat alis, melihat kearah teman sekelasnya sekali lagi.

Setelah sesaat, Ellen tertawa dan berbalik.

”Aku sudah bilang bukan, dia itu sama sekali tidak merasa kita pantas menghadiri pesta ulang tahunnya, hanya sengaja membuat sensasi saja.” Ucapan yang panuh dengan rasa sinis dan pedas berdengung di telinga Ellen.

Ketika Ellen mendengarnya, senyum diwajah Ellen semakin lebar.

Bukannya dia ingin berpura-pura tegar.

Hanya merasa ini sungguh lucu.

Beberapa temannya ini sungguh unik ya!

“Ellen.” Pani memanggilnya dari samping.

Ellen menoleh dan melihatnya dengan wajah bingung, “Kenapa?”

“Aku merasa rasa malu juga merupakan barang bagus, namun banyak orang yang tidak menginginkannya!” suara Pani tidak kencang juga tidak lirih, suaranya pas membuat seisi kelas mendengarnya.

Semua teman sekelas, “……”

Ellen, “………”

……

Sorenya sepulang sekolah Ellen dan Pani membereskan tas sekolah mereka, berjalan keluar dari kelas sambil bergandengan, tiba-tiba ada seseorang yang muncul dari samping mereka.

Ellen dan Pani kaget sampai refleks mundur satu langkah.

“Ellen!”

Melihat Ellen dan Pani dibuat kaget olehnya.

Bintang tersenyum sambil menggaruk kepalanya dengan malu.

Pani tersenyum sambil memutar bola mata dengan wajah tidak berdaya.

Kadang dia merasa pria diusia muda itu sungguh kurang kerjaan.

Begitu bertemu dengan gadis yang ia sukai otaknya langsung menjadi sedikit geser bahkan sedikit aneh!

Dihadapan gadis yang disukai seharusnya menjadi lebih lembut, sesekali membuat lelucon untuk membuatnya senang.

Namun pria diusia muda malah selalu melakukan hal yang sebaliknya.

Mereka selalu menggunakan cara usil untuk menarik perhatian gadis incerannya.

Dan apa yang Bintang lakukan tadi, yah begitu!

Ellen terlihat menopang keningnya dengan pusing, berkata pada Bintang, “Ada apa?”

Wajah Bintang agak memerah ketika berjalan kesamping Ellen, ia berkata, “Kita jalan barengan ya… sambil jalan sambil ngobrol.”

Ellen merasa agak aneh, namun ia tetap mengangguk.

Mereka bertiga berjalan menuju pintu gerbang sekolah bersama.

Setelah berjalan sesaat, Ellen sama sekali tidak mendengar Bintang membuka mulut atau mengatakan apapun.

Membuatnya merasa aneh dan menoleh kearahnya.

Siapa yang menyangka begitu ia menoleh, tatapannya bertabrakan dengan tatapan Bintang yang sedang menatapnya, seketika wajah mereka memerah.

Ellen menggerakkan bola matanya, demi menghindari rasa canggung, Ellen berpura-pura tidak tahu dan mengalihkan pandangannya, lalu berkata, “Bukankah tadi kamu bilang ada yang ingin kamu katakana?”

Bintang tercengang, karena bingung ia hanya bisa tersipu, “Oh iya, hampir saja lupa.”

Ellen melihat kearahnya, menunjukkan kalau dia bisa mengatakannya sekarang.

Bintang mengepalkan tangannya, “Apakah aku boleh datang ke acara pesta ulang tahunmu?”

Wajah tampan Bintang yang masih begitu belia terlihat panik dan tegang, matanya berbinar-binar menatap Ellen karena penuh pengharapan.

Kedua mata Ellen agak menyipit.

Bintang itu sungguh bintang yang bersinar.

Wajahnya tampan, dari keluarga kaya, sifatnya juga begitu baik, tidak seperti tuan muda yang itu tuh, sejak lahir sudah memiliki sifat semena-mena yang membuat orang muak dengan sikapnya.

Ketika Ellen berpikir demikian, tiba-tiba muncul sebuah ide.

Karena ide ini, detak jantung Ellen menjadi begitu cepat, nafasnya juga menjadi begitu memburu.

Pani yang merangkul lengannya bisa merasakan kalau tubuhnya sedikit gemetar.

Pani melihat Ellen dengan bingung.

Dan wajah Bintang malah dibuat merah oleh pandangan Ellen yang begitu lurus.

“El…”

“Bintang, aku ingin minta bantuanmu.”

Tanpa menunggu Bintang selesai bicara, Ellen tiba-tiba melihat kearahnya dengan begitu semangat.

Bintang, “…….”

……

Pani menggendong tasnya, kedua tangannya ia masukkan kedalam kantung celana jeansnya sambil menendang sebutir batu yang berada dijalan dengan malas-malasan, alisnya tidak hentinya mengkerut, melirik Ellen dan Bintang yang berjarak kurang lebih 20-30 meter darinya.

Hari ini tukar shift, jadi Pani tidak perlu berangkat kerja.

Sehingga meskipun Ellen dan Bintang sudah berbicara hampir setengah jam pun tidak ia kejar sama sekali.

Akhirnya keduanya sudah selesai ‘rapat’nya, lalu berjalan kearahnya.

Langkah Ellen terlihat ringan, bibirnya yang merona tersenyum tipis, ada senyum yang menghiasi wajah putihnya yang bersih, seolah baru saja menyelesaikan masalah pelik yang sudah lama menggrogotinya dan sekarang sudah lega.

Sebaliknya Bintang.

Wajah tampannya begitu merah, daun telinganya juga begitu merah, kedua matanya tidak hentinya melirik kearah Ellen, dan dalam lirikan itu ada rasa cinta yang begitu dalam.

Pani diam-diam mengamati kedua orang yang baru saja selesai ‘rapat’ ini, alisnya yang cantik terangkat.

Diam-diam berpikir.

Jangan-jangan mereka berdua sudah jadian?

……

Ketika berjalan sampai depan gerbang, Ellen melihat supir sudah sudah memarkir mobil didepan gerbang sekolah bahkan sudah berdiri disamping mobil menunggunya.

Sehingga Ellen melihat kearah Bintang yang berjalan disampingnya, lalu berkata, “Bye Bintang.”

Bintang tersenyum, ia menatap Ellen dengan tatapan lembut yang masih begitu mencolok meskipun sudah ia tahan, “Bye.”

Ellen menarik Pani berjalan kedepan.

Setelah berjalan beberapa langkah, ia tiba-tiba berhenti.

Ketika Bintang melihatnya, langsung melayangkan pandangan bingung kearah mereka.

Ellen berbalik, lalu melambaikan tangan sambil berkata dengan suara yang begitu lantang dan renyah, “Terima kasih.”

Bintang tercengang, hanya bisa tersipu, “Aku rela.”

Ellen tercengang, lalu melambaikan tangannya lagi kearahnya sambil berbalik, lalu berjalan kearah mobil bersama Pani.

Pani menoleh kearah Bintang yang masih berdiri disana menatap Ellen dari kejauhan, ia menatap Ellen dengan wajah bingung, matanya menyipit, “Katakan, kalian berdua merahasiakan apa dibelakangku?”

“Rahasia, tidak boleh dikatakan.”

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu