Hanya Kamu Hidupku - Bab 321 Tergila-Gila Dengan Tanpa Penyesalan

DIPERBAIKI 7/4/2020

Dalam perjalanan, Ellen mengirim sebuah pesan kepada William, dan memberi tahu William bahwa dia akan pergi ke rumah sakit.

William tidak membalasnya.

Ellen mengira William sedang smamak, dan memutuskan menelepon dia ketika tiba di rumah sakit.

Tiba di rumah sakit.

Setelah Ellen memarkirkan mobilnya, dan hendak mengeluarkan ponselnya untuk menelepon William.

Panggilan William masuk terlebih dahulu.

Ellen tertegun sejenak, dan mengangkatnya.

“Keluar dari mobil.” William berkata.

Ellen mengedipkan matanya, dan dengan buru-buru keluar dari mobil, kemudian Ellen menoleh, dan melihat ada seorang pria tampan yang mengenakan jas berdiri di depan mobil.

Ellen sangat senang, dia mengakhiri panggilannya dan bergegas untuk memeluknya, “Suamiku.”

William mengerucutkan bibirnya, memeluk, dan menatap Ellen dengan penuh rasa sayang, “Bocah naif”

Ellen menjulurkan lidahnya, menyudahi pelukan William, dan menarik tangan William menuju mobil, “Dalam perjalanan aku membeli bunga dan buah-buahan……Aku tidak tahu mau beli apa, jadi aku hanya membeli dua ini.”

William menatap Ellen dengan lembut.

Ellen membuka pintu mobil, dan melepaskan tangan William, kemudian mengeluarkan sekeranjang buah dari dalam mobil, dengan langsung, dia memberikan kepada William.

William menerimanya dengan tenang, akan tetapi dia mengernyit.

Ellen mengambil bunga dari dalam mobil, kemudian menutup pintu mobil, dan mengunci mobilnya, dia mengambil bunga dengan satu tangan, tangannya yang satu lagi menggandeng lengan William, dan senyum kepadanya, “Kamu terlihat sangat tampan ketika mengambil keranjang buah!”

William terdiam.

William tidak harus setampan ini!

……

Ketika sampai di luar kamar rawat VIP Louis, Ellen sedikit gelisah, dia mempererat gandengannya terhadap William, dan menariknya.

William sedikit terkejut, dan menatap Ellen.

Ketika melihat wajah kecil Ellen, William menyadari sesuatu, dan mengernyit sambil mengatakan, “Menantu jelek juga harus menghadapi mertua.”

Menantu jelek?

Ellen menatap William dengan tatapan ketidakpuasan.

William diam sambil tersenyum, “Siapa yang mau datang? Hmm?”

Baiklah.

Ellen yang mau datang!

Pilihanku sendiri, betapa gugup juga tidak boleh menyerah!

Dengan pemikiran seperti ini, Ellen mengulurkan tangannya dengan tegas, dan berjalan menuju depan pintu kamar rawat, kemudian dia mengetuk pintu.

Tetapi tangan seseorang lebih cepat dari pada Ellen, dan orang itu sudah langsung membuka pintu itu, sudah dmamaka, dan……

Ellen:-_-|||

Mental yang baru saja dibangun oleh Ellen, seketika runtuh, dan berdiri di depan pintu seperti orang bodoh.

Beberapa orang yang berada di dalam kamar rawat mendengar suara buka pintu, dan mereka menoleh ke sana.

Meskipun yang membuka pintu adalah William, tetapi justru Ellen yang berdiri di depannya.

William dengan postur tubuh tingginya, tetap terlihat mencolok di belakang Ellen.

Tetapi Ellen yang memegang buket bunga terlihat lebih mencolok dari pada William.

Tatapan semua orang mengarah pada Ellen.

Kelihatannya seperti layar televisi yang ditekan tombol jeda, menggambarkan keadaan yang terdiam.

Ellen menunjukkan ekspresi yang kaku, dia menelan air liurnya dan baru melangkahkan kakinya menuju ke dalam.

Ketika Ellen mulai menuju ke dalam, beberapa orang di dalam kamar rawat menarik nafas secara bergantian, dan tiba-tiba mereka menyadari sesuatu.

"Ya Tuhan! Ya Tuhan!"

Mila bergegas dengan matanya yang merah, kedua tangannya diangkat dan ragu sejenak di atas bahu Ellen, baru memegangnya, dan melihat Ellen dari berbagai arah, “Ya Tuhan, Ya Tuhan……Ellen, Ellen, Kamu adalah Ellen?”

Demian merasa kaget dan tercengang, dan menatap Ellen sejenak, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah William yang masuk dari pintu.

Baiklah.

Bahkan akhir-akhir ini ketika William meminta Demian untuk membantu keluarga Nie di Kota Rong, mulut emas William ini juga tidak menyebutkan Ellen sama sekali!

Ellen melihat Mila seperti ini, dia merasa sangat sedih, ingin memeluk Mila, tetapi Ellen memegang buket bunga yang besar, hanya bisa menghentikan niatnya, dan berkata sambil menatapnya dengan mata yang berair, “kakak kedua.”

Kakak kedua?

Mata merah Mila tertegun sejenak, melupakan hal sepele seperti pergantian sebutan, dan air matanya jatuh, “Apa yang sedang terjadi? Aku mengira……Dasar gadis nakal.”

Ellen mengendus hidungnya dengan keras, dan tersenyum menyeringai padanya.

Vania merasa senang yang disertai dengan kemarahan, dan mengguncang bahu Ellen dengan kuat.

Ellen mengedipkan matanya, dan menatap Demian, “Kakak pertama.”

Demian mengepalkan kedua tangannya, dan menjawab, “Umm.”

Air mata Ellen mulai menetes lagi, dia menundukkan kepalanya, dan menarik nafas, menatap Mila, “Kakak kedua, aku pergi melihat mama.”

Demian dan Mila tidak dapat menghindar dan terkejut dengan kata “mama” yang dipanggil oleh Ellen.

Tetapi semuanya beradaptasi dengan sangat cepat.

Umm, Apa yang bisa dilakukan jika tidak dapat beradaptasi? Tidak mungkin memanggil nenek? Benaran berantakan jika begitu!

Mila terpaksa menahan perasaannya, melepaskan Ellen, dan membiarkannya pergi.

Dengan tidak dihalangi oleh Mila, Ellen dengan Louis yang duduk di atas ranjang rawat inap saling berhadapan.

Wajah Louis menunjukkan ekspresi yang penuh dengan keraguan, dan menatap Ellen dengan teliti.

Ellen menarik nafas, berjalan mendekati ranjang rawat inap Louis, dengan hati-hati meletakkan buket bunga di sampingnya, dan menghadap Louis, lalu berkata, “mama, Ellen datang untuk melihatmu.”

Mata Louis mengecil, Tangannya yang sedang di infus pun bergetar, “Kamu, Kamu adalah Ellen?”

Air mata Ellen mulai menetes, dan dia menganggukkan kepalanya, “Aku adalah Ellen.”

Louis membuka lebar mulutnya, nafasnya terlihat sedikit sesak.

Dengan terburu-buru Ellen duduk, dan mengulurkan tangannya ke depan dada Louis, “mama, kamu……”

“Bibi,kakak pertama dan kakak kedua, Kalian sudah menunggu lama. Sekarang sudah siang, restoran lebih ramai, membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu makanan.”

Ellen belum selesai berbicara, terdengar suara lembut seorang wanita dari pintu.

Ellen terdiam, dan mengerutkan kening melihat ke arah itu.

Ketika melihat Rosa yang tiba-tiba berdiri di depan pintu dan membawa kantong besar yang berisi makanan, Ellen merapatkan bibirnya.

Louis tiba-tiba menatap Rosa, dengan ekspresinya yang campur aduk.

Demian dan Mila saling menatap sejenak, dan memandang ke arah William.

William menghadap ke dalam, dalam pandangannya hanya terlihat Ellen yang duduk di samping ranjang rawat inap.

“Eee, Ellen?”

Rosa memandang Ellen dengan ekspresi yang tak percaya, wajahnya karena terlalu kaget atau lainnya, terlihat pucat.

Ellen menganggukkan kepala terhadapnya.

“……Benaran adalah kamu! Kamu……masih hidup?!”

Rosa mengenggam kantong di tangannya semakin erat, dan mengigit bibirnya yang pucat.

Ellen tidak berkata, malahan menatap William dengan sepasang mata besarnya.

William tetap tenang.

"Ya Tuhan!"

Rosa menarik nafas yang dalam, dia melangkahkan kakinya ke depan, lalu meletakkan kantong yang di bawanya ke atas meja, kemudian berjalan menuju ke hadapan Ellen, dia memegang tangan Ellen, dan air matanya mulai menetes, “Ellen, Apakah ini benar-benar kamu? Aku sungguh tidak percaya? Aku mengira kamu……”

Sambil berkata, Rosa menarik Ellen untuk berdiri, lalu memandang Ellen dengan serius, Rosa tersedak dan berkata, “Bagus sekali, Kamu masih hidup! Aku sangat senang.”

Ellen tetap saja menatap William.

William menyipitkan matanya dengan pelan.

“Bibi, kamu lihat, Ellen masih hidup! Kamu melihat Ellen, menjadi lebih dewasa, dan terlihat semakin cantik.” Rosa lebih gembira dari pada Mila dan Demian, dia berkata dengan senang sambil menarik tangan Ellen.

Louis melihat Rosa seperti ini, suasana hatinya menjadi dalam.

Ellen masih hidup, Louis seharusnya merasa senang.

Bagaimanapun, Ellen juga memanggilnya “Nenek” selama puluhan tahun.

Sebelum Rosa datang, Louis selain merasa kaget, juga merasa gembira dan bersukacita.

Tetapi sekarang melihat Rosa.

Louis dengan kaget merasa perasaannya yang tadi sudah tidak ada lagi.

Melihat Rosa dengan ketulusannya yang merasa terharu dan senang karena Ellen masih hidup, Louis hanya merasa sakit hati, dan juga mulai muncul rasa ketidaksukaan dari kehadiran Ellen.

……

Ellen harus pergi kerja pada jam setengah tiga, jadi tidak menyinggah terlalu lama di sana, tidak sampai setengah jam, Ellen dan William meninggalkan rumah sakit.

Dalam mobil.

Ellen terlihat sangat diam.

William tidak berkata, dan hanya fokus membawa mobilnya.

Di tengah perjalanan, Ellen tiba-tiba menatap William, dengan ekspresi yang tenang, tatapannya juga menjadi biasa seperti ketika mereka kembali bertemu setelah empat tahun, “Kamu melarang aku untuk pergi melihat mama di rumah sakit, itu karena Rosa?”

William melihatnya dari kaca spion, dengan tatapan yang mendalam, dan tidak berkata apa pun.

“Dua hari ini, Rosa merawat mama di rumah sakit?”

William tidak menjawab, Ellen menganggap dia diam-diam mengakuinya, wajah kecilnya menjadi dingin, dan lanjut berkata.

William tetap saja diam.

Ellen mengepalkan tangan di atas pahanya, “Malam itu kamu mendampingi mama di rumah sakit, Rosa juga di sana?”

William mengerutkan alisnya, akhirnya dia tidak diam lagi, dan berkata, “Tidak bisa mengusirnya!”

Setelah Ellen mendengar kata itu, dia pun tidak tahu harus merasa senang atau tetap marah!

Ellen memelototi William, “Wanita itu benaran tergila-gila dengan tanpa penyesalan terhadapmu!”

William mengerutkan alisnya, seolah-olah tidak suka diperlakukan seperti ini.

“Aku sangat bodoh.” Ellen melihat William, dan berkata dengan cemburu, “Percaya dengan kamu bahwa beberapa tahun ini kamu tidak memiliki wanita lain!

“Tidak ada!” William berkata.

“Tidak ada, jadi Rosa itu pria? Dulu Rosa adalah calon istrimu!” Ellen terlihat sangat cemburu, hatinya sangat tertekan, dan menjadi tidak semangat.

Amarahnya semakin meledak, tetapi tidak dapat melampiaskannya!

William mengerutkan keningnya, mengangkat alis dan berkata, “Omongan kosong!”

“Apa omongan kosongku? Wanita itu mengikuti jejakmu, di Kota Rong juga! mamamu dirawat di rumah sakit dia lebih agresif daripada siapa pun! Terhadapkakak pertamadan kakak kedua juga, dengan sangat penuh perhatian. Jika bukan kamu yang memberinya harapan, bagaimana dia bisa seagresif itu?”

Yang paling membuat Ellen tertekan.

Rosa kelihatannya seperti tuan rumah, menuangkan air dan mengupas apel untuknya di kamar rawat inap, ketika hendak meninggalkan rumah sakit, Rosa sempat mengantar mereka keluar, bahkan dengan “Lembut” mengatakan bahwa, William hati-hati membawa mobil!

Ketika Ellen memikirkannya, dia tertekan dan membuatnya ingin mencubit orang!

Dan Ellen melakukannya.

Ellen mengulurkan tangannya ke lengan William.

William dengan naluriah meregang otot lengannya, tetapi seketika dia melemaskan ototnya, agar Ellen dapat mencubitnya dengan mudah, dari kaca spion melihat Ellen marah dengan wajahnya yang memerah, dengan nada yang acuh tak acuh", “Demi seorang wanita yang tidak jelas kamu marah, apakah tidak bodoh?”

Ellen menjadi lebih marah, mengubah posisi di lengannya, dan terus mencubit, “Apakah pria suka dikejar oleh beberapa wanita? Apakah kalian merasa seorang pria yang memiliki beberapa istri harus menjadi norma di masyarakat?”

Tenang dan dengarkan aku, William semakin mengerutkan alisnya, membiarkan Ellen melampiaskan amarahnya, Ellen berhenti mencubitnya dan memelototinya dengan marah, baru William dengan dingin berkata, “Jangan menyamakan pemikiran pria lain dengan aku!

Setelah terdiam sejenak, William melirik bagian lengannya yang dicubit dan membuatnya merasa sakit, lalu menyipitkan matanya terhadap Ellen, dan mengeluh, “Aku sudah cukup memilikimu, apabila ada beberapa lagi, bagaimana dengan lenganku ini?”

“……”

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu