Hanya Kamu Hidupku - Bab 397 Jantungnya Berdetak Lebih Cepat

Ellen langsung berhenti.

William berdiri di lantai 2. Dia memandangi Ellen untuk sementara waktu, membalik badannya lalu kembali ke ruang kerjanya.

Ellen tertegun lagi, mengedipkan matanya dan naik ke ruang belajar.

Saat memasuki ruang kerja, William sedang berdiri di tengah ruang kerja, membelakanginya dengan punggungnya tinggi.

Ellen berjalan mendekat, berjalan mengelilinginya, berdiri di depannya, menatapnya dengan wajah putih dan mata jernih. "paman ketiga, apa kamu tahu kakak keempat sudah punya pacar?"

"Tidak." William memegang tangan kecil Ellen dan membawanya ke sofa.

“Tidak?” Ellen mengerutkan kening.

William menariknya untuk duduk di sofa, menatapnya dengan mata yang gelap, “Kakakmu telah gagal menjadi orang yang lembek, sekarang terpaksa melakukannya.”

“Apa maksudnya?” Ellen bingung.

William menatapnya, terdiam sesaat dan hanya berkata, "Kamu meminta kakak keempat untuk memeriksa Venus, ada apa?"

Ellen menatap matanya, sedikit membeku, dan suaranya kecil, “Kamu mendengar semuanya?”

William tidak membantahnya.

Melihat ini, Ellen menghela napas dan berkata, "Masalah ini belum dikonfirmasi, dan banyak hal sulit untuk ditarik kesimpulannya."

"Yah," William mengelus kepalanya. "Kamu jaga bayinya baik-baik dan serahkan sisanya padaku."

Ellen mengigit bibirnya dan menatap William.

Dia mengatakan ini menandakan bahwa dia tidak ingin dia ikut campur. Lagi pula, dia memiliki bayi untuk dijaga diperutnya.

Tetapi, masalah ini melibatkan Venus, apakah dia benar-benar bisa tidak ikut campur?

Ellen mengerutkan keningnya, lalu tiba-tiba dia merasakan sentuhan dibibirnya.

Kelopak mata Ellen melonjak dan menatap wajah tampan yang tiba-tiba mendekat di depannya, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang. Wajah, telinga, dan lehernya memerah.

Ellen tanpa sadar menelan ludah, menatap sepasang mata hitam gelap yang dengan erat memegangnya di depan matanya.

Dia menutup matanya dengan panik dan seperti ada kata "malu" di dahinya.

Ellen merasa hidupnya telah berakhir!

Mereka berdua sudah lama menjadi sepasang suami istri, tetapi setiap kali menghadapinya, dia masih merasa tersipu olehnya, dan jantungnya berdetak lebih cepat.

Melihat wajah Ellen berubah menjadi merah dalam sekejap mata, serta dua bulu mata yang bergetar lembut tertutup rapat, William tidak merasa dia sedang digoda.

William menghela nafasnya, dia mengangkat pinggangnya yang "kurus" dengan lengannya dan meletakkannya di kakinya, tangan yang lain membelai leher belakangnya dan perlahan-lahan turun ke bawah, sambil menciumnya lebih dalam dan lebih panas.

Ellen bernapas semakin cepat. Sepuluh jarinya yang ramping meraih baju di bahunya, dicium dengan ciuman yang panas olehnya membuatnya gemetaran.

Sadar bahwa tangannya berada di sepanjang lingkar pinggangnya, \tangannya masuk dan terus menjelajahi tubuhnya dari rok hamilnya yang lebar itu, Ellen terengah-engah dan dengan erat memeluk lehernya.

William khawatir tentang anak yang ada di perutnya, dia tidak berani melanjutkannya dengan seperti ini, setelah beberapa saat, dia tiba-tiba menggendong Ellen dan bergegas keluar dari ruang belajar ke kamar tidur utama.

Darmi yang berada di lantai bawah, hanya merasakan akan ada sesuatu yang akan terjadi di lantai dua.

Belum terlihat jelas.

Bang----

Terdengar suara keras yang memekakan telinga.

Mata Darmi melebar, dan dia menatap pintu gemetar kamar tidur utama untuk waktu yang lama, sebelum dia menarik kembali tatapannya dengan bingung dan dia bergumam dan terus membersihkan vas dengan lap.

……

Vania dan Bintang awalnya berencana untuk pergi ke Biro Urusan Sipil pada tanggal 8 Agustus untuk mendapatkan izin menikah. Merika tidak terpikir kalau 8 Agustus itu hari Sabtu, jadi mereka menggantinya menjadi tanggal 10 Agustus.

Memang benar bahwa orang-orang akan menjadi lebih bersemangat ketika mereka sedang senang.

Akhir-akhir ini suasana hati Vania terlihat sangat baik.

Dan dia bukan orang yang sederhana, dia mengundang Venus dan Mizka untuk menghadiri pertemuan kecil untuk "berbagi" suasana hatinya yang baik.

Hanya saja Mizka tampaknya sangat sibuk akhir-akhir ini, sehingga jarang hadir.

Tetapi Venus selalu hadir.

Hari ini.

Vania juga mengajak Venus untuk datang dan menikmati teh sore bersama.

Mereka duduk di sebuah kedai teh outdoor selama kurang dari beberapa saat, Vania mengambil tangan kirinya dan mengibaskannya di depan mata Venus.

Hari ini.

Emosi Venus sudah terakumulasi di dalam hatinya hingga dia tidak bisa membendungnya lagi.

Menyiksa dirinya sendiri.

Venus melirik cincin berlian besar yang ada di jari manis Vania, satu tangannya dengan lembut memegang cangkir teh dan berkata, “Sudah membeli cincin pernikahan?"

“Sudah lihat?” Vania berpura-pura minta maaf, tapi jelas tidak tulus. Dia memperlihatkannya kepada Venus dan tertawa begitu keras. “Kan sebentar lagi aku dan Bintang akan pergi untuk mendapatkan izin menikah. Kemarin, dia mengajakku membeli cincin pernikahan. Aku bilang tidak usah, tetapi dia tidak mau. Dia memaksaku untuk membelinya. Kakak, cantik tidak? "

Venus menyipitkan matanya dan melihat cincin berlian itu.

Berlian itu sangat besar, sangat mengkilap, dan sedikit menyilaukan di bawah sinar matahari.

Meskipun berlian pada cincin itu agak berlebihan, tetapi tidak ada gadis yang tidak menyukainya.

Mulut Venus sedikit dingin. Dia menatap wajah merah Vania dan berkata, "Terlihat sangat bagus. Aku tidak menyangka bahwa Bintang ingin membelinya. Tapi, kemarin, kapan Bintang menemanimu untuk membeli cincin itu?"

Mata Vania mengecil, dan kemudian dia berkata dengan senyum alami, "Kemarin sore."

“Sore?” Venus mengerutkan kening, dan terlihat tidak percaya.

Senyum di wajah Vania juga membeku, memandang Venus, "Ada apa, kakak?"

Venus mengambil cangkir tehnya, meletakkannya di bibirnya, dan berkata dengan senyum ringan, "Bintang menghadiri acara yang sangat penting di sore hari. Dengar-dengar acara itu dimulai pada pukul dua dan baru berakhir di malam hari. "

Ketika Venus mengatakan itu, dia menyesap teh, meletakkan cangkir tehnya dan menatap wajah kaku Vania. "Di tengah acara yang sepenting itu, Bintang masih bisa meluangkan waktu untuk membeli cincin denganmu, Bintang sangat menghargaimu. "

Kalimat terakhirnya itu benar-benar palsu!

Vania bukan orang bodoh. Sudah jelas bahwa apa yang ingin diungkapkan oleh Venus hanyalah bagian pertama dari kalimat itu.

Dia hanya ingin mengungkapkan kebohongannya dan mempermalukannya.

Vania menarik kembali tangannya, meletakkan tangannya yang lain di atas cincin berlian dan memutarnya dengan lembut. Dia menyipit melihat Venus berpura-pura menjadi peminum teh alami. "Kakak, aku pernah mendengar gosip, tetapi aku tidak tahu apakah harus percaya atau tidak. "

“Kamu terus mengatakan gosip." Venus tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

“Kakak, sekarang dengar dulu. Ini terdengar seperti gossip bagiku, tetapi tidak tahu apakah kamu juga akan menganggapnya sebagai gossip atau bukan.” Vania mengangkat dagunya dan berkata.

Mata Venus sedikit melayang, menatap Vania.

Sejak kapan?

Dia merasa bahwa Vania telah banyak berubah. Sebelumnya, dia agresif, ceroboh dan tidak sopan. Terlebih lagi, dia tidak punya otak!

Tapi sekarang, Vania selalu memberinya perasaan licik dan yang tidak baik.

Wajahnya, seolah-olah memakai topeng yang tak terhitung jumlahnya, orang tidak bisa tahu, yang mana adalah wajah aslinya.

Oh, sekitar periode waktu sejak dia "menghilang", dia telah berubah!

Vania memiringkan kepalanya, dan menatap Venus dengan mata tajam, "Aku lupa siapa yang mengatakannya. Dia bilang Kakak bukan anak kandung paman."

Ekspresi wajah Venus runtuh dalam sekejap, dan matanya menegang.

Setelah Vania selesai berbicara, matanya tertuju pada wajah Venus, tentu saja, dia tidak melepaskan ekspresi yang berubah di wajah Venus.

Vania mengangkat alisnya dan mengikuti apa yang dilakukan oleh Venus sebelumnya. Dia mengambil cangkir teh dan meletakkannya ke mulutnya. Dia tidak meminumnya. Dia memandangVenus sambil tersenyum. Dia mencoba untuk membuat senyum, tetapi dia tidak bisa "Kakak, apakah menurutmu ini gosip? Paman dan bibi memperlakukanmu dengan sangat baik. Jika ada yang mengatakan kamu bukan anak kandungnya. Siapa yang akan percaya itu?"

Tanpa sadar, jari Venus yang sedang memegang cangkir teh bergetar, menelan ludah, dan menatap Vania, "Gosip yang tidak jelas sumbernya, sangat konyol."

Vania mengangkat alisnya, menyesap teh, meletakkan cangkir di atas meja dan berkata, "Ah, tiba-tiba aku ingat siapa yang mengatakannya."

Mata Venus kembali tegang. Melihat Vania, dia sedikit menahan napas.

Vania terlihat seperti tiba-tiba teringat sesuatu dan kedua matanya membesar, “Kak Rosa! Ya, itulah yang dikatakan oleh Kak Rosa!"

Detak jantung Venus tiba-tiba terasa berhenti, wajahnya pucat, menatap Vania, "Kak Rosa?"

“Ini juga salahku. Aku tidak peduli ketika Kak Rosa memberi tahuku sebelumnya. Akhir-akhir ini aku sering memikirkan Kak Rosa, lama-kelamaan, aku jadi mengingat apa yang pernah dia katakan." kata Vania.

Venus mengendurkan cangkirnya dan mencoba mengatasinya, "Mungkin itu bercanda. Ketika Kak Rosa masih hidup, dia sering bercanda seperti itu denganku."

“Kakak, Kak Rosa bukan orang yang suka bercanda,” kata Vania dengan suara dingin.

Venus tiba-tiba menggigit bibir bawahnya, dan napasnya tidak teratur sejak Vania mengatakan itu. Dia mencoba mengatasinya, "Vania, kamu tidak boleh mengatakan hal sembarangan seperti ini..."

"Jika itu tidak benar. Mengapa kamu sangat gugup, benar-benar membuatku merasa sedikit aneh." Vania tertawa kecil dan menyela Venus.

Wajah Venus kaku dan matanya tertuju pada wajah tersenyum Vania.

Penampilannya lebih menyebalkan daripada ketika Rosa tahu bahwa dia bukan anak kandung Pluto.

Karena ini, dia bingung dan ketakutan.

Venus menarik napas dalam-dalam, ujung jarinya bergetar, dan mengangkat cangkir.

Vania bersandar di kursinya dan menatap Venus. Dia menaruh cangkir teh itu ke bibirnya dan meminumnya. Tetapi sebenarnya dia tidak meminumnya sama sekali, sebagian tehnya tumpah karena tangannya yang gemetar.

Vania sedikit tersenyum dingin, "Kakak, apakah akhir-akhir ini kamu memperhatikan pencarian Weibo?"

Venus menekuk jari-jarinya dan menatap Vania.

Akhir-akhir ini dia menderita karena pernikahannya dengan Bintang semakin dekat, bagaimana dia bisa memperhatikan hal-hal yang tidak penting itu?

Vania memamerkan tangannya dan melihat cincin berlian besar di tangannya melawan sinar matahari. Dia berkata dengan perlahan, "Karena berita Ellenterlalu heboh, kematian Kak Rosa menjadi terabaikan. Sekarang berita Ellen itu memudar, tida tahu siapa yang membuat berita kematian Kak Rosa menjadi memanas lagi. Sekarang media besar memberitakan masalah ini dengan sangat cepat... "

Vania berkedip dan menatap Venus, "Mereka mengatakan bahwa penyebab kematian Kak Rosa tidak sesederhana itu."

Bang--

Tangan Venus bergetar hebat, cangkir yang berada di sebelah tangannya sampai jatuh tanah dan pecah.

Vania mengerutkan kening, menatap cangkir di tanah, dan menatap Venus yang saat ini sedang panik. Dia menatapnya dengan curiga.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu