Hanya Kamu Hidupku - Bab 548 Menuju Hotel, Takut Orang Kabur

“Maaf Ellen, aku tidak ingin mengingat kejadian malam itu itu, sungguh.” Kata Pani dengan suara serak dan tidak ingin mengingat kejadian memalukan itu.

Ellen ingin mengetahui kejadian selanjutnya, tapi mendengar perkata Pani, dia hanya bisa menahan, tidak bertanya lagi, dan mengatakan “Paman Nulu bagaimana pemikirannya tentang kehamilanmu? Dan, apa rencanamu?

Mata Pani memerah “Dia sekarang tidak tahu anak yang kukandung ini anak dia……”

“Tidak tahu? Bagamana bisa?” Ellen bertanya dengan terkejut.

Pani sedikit tertegun “…… Kenapa tidak mungkin?”

“……Karena, masalah kamu hamil, aku diberitahu oleh kakak kelima, dia dan kakak ketiga berpikir bahwa kamu hamil anak Paman Nulu!” Ellen berkata dengan ragu-ragu.

“Mereka berpikir seperti itu?” kata Pani dengan tak terduga.

“Aku masih berpikir, mungkin Paman Nulu yang berkata seperti itu kepada kakak ketiga dan kakak kelima. Makanya mereka baru sangat pasti.” Kata Ellen dengan ragu-ragu.

Pani mengkerutkan kening, dua mata melihat pintu kamar, tiba-tiba juga menjadi tidak pasti.

“Tidak pedulikan ini dulu. Pani, bagaimana kamu berpikir tentang hal ini?” tanya Ellen.

“Alis Pani semakin mengkerut, mengungkapkan semua tentang kesepakatan dia dan Sumi kepada Ellen.

“Satu bulan?” Ellen terdiam setengah ketuk, bertanya dengan ragu-ragu “Pani, jika paman Nulu benar-benar memutuskan hubungan dengan Linsan, apakah kamu akan menikah dengan paman Nulu?”

“Ellen, jujur saja, aku tidak percaya sama sekali dia bisa melakukannya.” Pani berkata dengan mengejek.

Ellen terdiam.

“Berkata dengan mundur sepuluh ribu langkah, meskipun dia bisa tidak mempedulikan Linsan dalam waktu satu bulan, tapi itu juga tidak menjamin setelah satu bulan, Sumi masih bisa bertahan untuk tidak mempedulikan Linsan .” Pani mengatakannya dengan tegas.

Sangat tegas hingga membuat hati Ellen tenggelam “Pani, kamu begitu tidak percaya kepada Sumi?”

Kelopak mata Pani berkedut beberapa kali, sudut bibir naik dan tertawa “Kenyataannya seperti itu!”

“Jika begitu, kamu juga tidak pernah terpikir ingin menikah dengan Paman Nulu?” Ellen sedikit sedih.

Yang dia sedihkan adalah Pani mencintai Sumi, tapi cinta yang dalam juga tidak lebih rendah dari sepatah kata tidak percaya.

Jika tidak percaya.

Tidak peduli Pani bersama Sumi, atau benar-benar putus hubungan dengannya, dihatinya pasti bisa menyisakan bekas luka yang susah diobati.

“Aku hanya ingin dia melepaskanku.” Kata Pani.

Ellen sedih hingga tidak dapat berkata-kata lagi.

Sepasang mata Pani memancarkan cahaya Kristal, dia pelan-pelan menggerakan tenggorokan dan berkata “Ellen, berjanjilah padaku satu hal.”

“……Katakan.”

“Jangan memberitahu siapapun, siapa ayah dari anakku. Termasuk paman ketigamu dan Sumi!” Pani berkata dengan serius.

Setelah Pani mengatakan ini.

Ellen tertegun sesaat, baru dengan rumit mengatakan “Jadi, paman Nulu sungguh tidak tahu anak yang kamu kandung adalah anaknya?”

Garis mata Pani menciut “Tidak peduli dia tahu atau tidak, kamu jangan memberitahunya! Ellen, jika kamu menganggapku adalah teman terbaikmu, kamu harus berjanji padaku, jangan pernah memberitahu siapapun!”

“Pani, tidak peduli bagaimanapun, kelak anak itu dilahirkan, dia memiliki hak untuk mengetahui siapa ayahnya, kamu tidak boleh mencabut……”

“Mencabut?” Pani tersenyum sambil mengalirkan air mata “Sumi telah berbuat apa kepada anak ini? Ada dan tidak adanya ayah seperti ini tidak ada bedanya bagi anakku!”

Ellen tidak besuara.

Dia tahu dia tidak seharusnya berkata seperti itu padanya, karena dia dulu juga pernah mengalami hal seperti itu.

Dia juga tidak begitu lapang dada, dan dengan apa memaksanya berlapang dada?

Dia hanya…… juga menggantikan Sumi menjadi cemas!

Pani bukan tidak tahu kesulitan dan pemikiran Ellen, membuka mulut dan menghembuskan nafas, dan berkata “Ellen, aku tidak pernah terpikir ingin menyembunyikan siapa ayah dari anak ini. Aku hanya tidak ingin disaat seperti ini memberitahu Sumi tentang anak ini. Tunggu hingga aku dan Sumi sudah ada yang jelas, hidupku dan dia sudah ada ketenangan, aku akan mencari waktu yang pas untuk memberitahu anakku, aku akan menghormati keputusannya. Jika dia ingin mengakui Sumi sebagai ayahnya, aku tidak akan menghentikannya.”

Masih bisa berkata apa Ellen.

“Ellen, berjanjilah padaku!” Pani berkata dengan sedikit cemas.

“…… Aku berjanji padamu! Tapi kamu juga harus berjanji padaku, jika kamu di kota Yu ada masalah apa, kamu harus menghubungiku pertama kali, harus!” Ellen berkata dengan tegas.

“Baik!”

……

Sumi menandatangani kontrak dengan cepat, dan meminta orang untuk membelikan perlengkapakan sehari-hari dan sprey dan selimut yang bersih, dan tidak berhenti masuk kemobil dan tergesa-gesa untuk kembali kehotel.

Keluar sendirian, meninggalkan Pani sendirian dihotel, semakin dia pikirkan semakin pula dia tak tenang.

Ya, selalu takut orangnya kabur!

Sumi menghembuskan nafas, dan tancap gas.

Tidak sampai 20 menit, Sumi sudah sampai dihotel, dengan langkah kaki yang besar turun dari mobil dan masuk ke hotel, ponsel yang disaku celana bergetar-getar.

Sumi sambil jalan sambil mengambil ponselnya, saat matanya melihat layar ponsel, langkah kaki yang berjalan kedepan menjadi sedikit ditarik.

Bibir tipis Sumi melebar, dan perlahan dua mata melihat kelayar ponsel.

Dua huruf bernama “ Linsan ” ini bersinar dimatanya.

Cahaya mata Sumi sedikit bersinar, dan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana, dengan cepat berjalan kearah lift.

……

Pada saat yang sama, didalam toko busana wanita kelas atas dikota Tong.

Yuki memicingkan mata kearah ponsel Linsan, dengan sembarangan memlih dress dan berjalan sampai depan Linsan “ Linsan, kenapa?”

Linsan dengan cepat menggenggam ponselnya, dan melihat Yuki “Tidak apa-apa. Kamu sudah selesai memilih?”

Yuki menatapi Linsan, mengangkat-angkat dress yang ditangan “Kamu lihat, ini bagus?”

Linsan melihat sekilas “Lumayan bagus.”

Yuki malah mengoceh-ngoceh, dia memberikan pakaiannya kepada pelayan toko, mengulurkan tangan dan menggandeng tangan Linsan “Ayo kita berbelanja ditoko lain.”

Linsan tidak berkata apa-apa.

Yuki dan Linsan berjalan keluar pintu dan memandang Tanjing yang sedang bersandar dipagar sambil memainkan kotak rokok, dan berkata “Ayo pergi Jingjing.”

Hari ini dandanan Tanjing sedikit bergaya gotik, dengan T-shirt yang bersablon bunga dan celana jeans hitam berlubang, di kaki memakai sandal jepit hitam. Pergelangan kaki kirinya ada tato bergambar kepala macan tutul yang mengaum, yang terlihat dari celana jeans robeknya. Seluruh dandanannya ini, ditambah lagi dengan rambut pendeknya yang dia potong empat tahun lalu dan dipirang dengan warna merah, dan tinggi badannya 1,7 meter, membuatnya terlihat bohemik dan personalisasi.

Tanjing berdiri tegak, mengkerutkan kening dan mengeluarkan sebatang rokok dari kotak rokok, kemudin berkata “Kalian masih ingin berbelanja?”

“Apanya masih mau berbelanja? kita baru saja keluar, bukan?” Yuki berkata sambil menggandeng Linsan dan berjalan kearahnya.

Tanjing menjepit rokok diantara jari tengah dan jari telunjuknya, melihat Yuki dan tatapannya menyapu sekilas wajah Linsan “Aku ada sedikit urusan, tidak menemani kalian berbelanja lagi. Lain kali ketemu lagi.”

Selesai berkata Tanjing langsung pergi.

“Jingjing!”

Linsan memanggilnya.

Tanjing berbalik melihat Linsan .

Linsan melepaskan tangan yang digandeng Yuki dan berjalan kearah Tanjing, menatapnya “Kita bertiga susah payah keluar bersama, belum sempat ngobrol-ngobrol, kamu sudah ingin pergi?”

“Ada urusan.” Tanjing berkata sambil menatap Linsan .

Linsan mengulurkan tangan dan menarik tangannya “Aku tidak peduli, pokoknya hari ini kamu tidak boleh pergi begitu saja.”

Tanjing tidak bergerak “ Linsan, aku sungguh ada urusan.”

Linsan memohon dan menatap Tanjing.

“Aku pergi.” Tanjing malah melepaskan tangannya dari Linsan, melambaikan tangannya kepada Yuki, kemudian berbalik badan dan pergi.

“Jingjing……”

Linsan mengerutkan kening dan mengikutinya beberapa langkah, disaat Tanjing semakin jalan semakin cepat, mau tidak mau dia berhenti, dua matanya memandangi punggung Tanjing, samar-samar dan terasa dingin.

Tidak tahu sejak kapan.

Tatapan Tanjing terhadapnya membawa rasa asing.

Dan dia yang selalu menanggapinya dan tanpa permintaan, juga mulai semakin sering menolaknya permintaanya!

Dimulai sejak kapan?

Oh, teringat, sepertinya dimulai dari empat tahun lalu setelah acara pertunangan……

“ Linsan, menurutmu apakah Tanjing sudah ada teman yang lain?”

Suara bercanda Yuki terdengar dari belakang.

Rasa dingin diwajah Linsan menghilang denagan sekejap, dan tidak berdaya, berbalik dan berkata pada Yuki “Seharusnya bukan. Dia akhir-akhir ini sibuk dengan pameran lukisan, sibuk sedikit bisa dipahami.”

Yuki tidak membicarakan Tanjing lagi, langsung menggandeng tangan Linsan kemudian berjalan kedepan “ Linsan, apa kamu akhir-akhir ini ada bertemu Kak Nulu?”

“Akhir-akhir ini Sumi sepertinya tidak ada dikota Tong.”

Menyebut Sumi, wajah Linsan menjadi banyak lapisan melankolis.

“Sepertinya? Yuki tertawa melihat Linsan “Kamupun juga tidak yakin Sumi ada atau tidak dikota Tong? Sangat aneh.”

Linsan dengan cepat menatap Yuki dan mengerutkan bibir tidak berkata.

Yuki tidak berhenti, malah melanjutkan “Oh ya, apa kamu sudah selesai membicarakan tentang perceraian dengan Tuan Mu?”

Wajah Linsan jatuh dan menatap dingin Yuki “Yuki, kamu sangat berharap aku bercerai dengan Thomas ya? Aku dan Thomas bercerai apa untungnya buat kamu?”

“Aduh.” Yuki sibuk menggandeng tangan Linsan dan tersenyum “Lihatlah kamu, bicara apa. Kamu dan Thomas bercerai ada untung apa aku? Aku bertanya padamu karena aku memprihatikanmu. Jika kamu tidak ingin aku bertanya, aku tidak akan mempertanyakan. Kamu marah?”

Wajah Linsan tenggelam “Yuki, orang seperti apa kamu, aku dan Jingjing tahu jelas, tetapi kami tidak mempermasalahkan, dan masih menjadi teman baikmu. Tapi aku dulu sudah pernah mengatakan dengan jelas padamu, selain Thomas, tidak peduli siapa suamimu selanjutnya, aku tidak peduli! Dan senang melihatnya! Bagaimanapun kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan. Sebagai teman, aku bahagia untukmu!”

Walaupun Yuki orang seperti itu.

Tapi bukan berarti Linsan mengatakannya dengan langsung, Yuki mendengarkan dengan senang dan tidak peduli.

Dan sebaliknya.

Dia lebih peduli dengan belangnya!

Terus terang saja.

Linsan bisa berkata seperti itu, tapi tidak ingin mengatakannya didepannya langsung dan membuatnya malu!

Wajah Yuki masih tetap penuh dengan senyuman, tapi dia menyipitkan matanya, menatap wajah Linsan yang marah karena mengucapkan nama Thomas “ Linsan, jujur saja, pria seperti Thomas aku tidak berani menginginkannya, aku bukan dirimu, tidak ada nyali sebesar itu!”

Linsan mengerutkan kening.

Yuki tersenyum melihatnya “Tapi aku masih sangat menyukai Kakak Nulu!”

Hati Linsan terkejut, menatap wajah Yuki .

Yuki memutar-mutarkan cincin yang dijari telunjuknya, mengangkat dagunya dengan menawan, melihat Linsan dan berkata “Kak Nulu tidak memberitahumu kemana dia pergi, aku sedikit menjaga hatiku, kakak Nulu……”

Yuki langsung menatap mata Linsan “Dia pergi ke kota Yu!”

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu