Hanya Kamu Hidupku - Bab 638 Ingin Bersama Seumur Hidup

Larut malam.

Pani tidak bisa mengubah kedua laki - laki dewasa itu, dan karena sangat ngantuk lalu tidur.

Riki Wijaya baru saja terbang dari Australia, perjalanan yang panjang dan seluruh orangnya sangat lelah, tetapi melihat Pani Wilman yang tertidur di atas ranjang rumah sakit, sedikit niat untuk tidur pun tidak ada.

Setelah berpisah dengannya selama beberapa bulan, dia pikir dia telah bisa menerima kenyataan kepergian Pani untuk hidup bersama dengan laki - laki yang lain.

Dia juga telah mencoba mengalihkan perhatiannya dan tidak memperhatikan masalah yang menimpa Pani di Kota Tong.

Tapi dia tidak bisa melakukannya sama sekali!

Meskipun terpisah jauh, Riki juga tetap ingin tahu segalanya tentang Pani.

Riki tidak hanya satu kali memikirkannya, jika Pani baik - baik saja, jika Pani bahagia, jika Pani gembira, maka dia akan memaksakan dirinya untuk tidak lagi memperhatikan semua yang berhubungan dengan Pani.

Namun, semua yang dia ketahui sebaliknya selalu berita tentang Pani yang terus menerus terluka.

Riki cemas, dia menyayangkannya ..... jika begini, untuk apa dia memaksakan diri untuk melepaskan Pani!

Riki melihat wajah Pani, emosi didalam kedua matanya seperti air pasang yang menggelora.

Juga tepat pada saat ini, pada saat ketika dia benar-benar melihat Pani, Riki baru mengetahui ternyata dirinya begitu merindukan Pani! Ternyata dia bisa melihat Pani dengan matanya langsung adalah hal yang begitu membahagiakan!

Tanpa sadar, Riki mengulurkan tangan ingin menggenggam tangan Pani.

" Apakah Tuan Wijaya sungguh tidak menganggap keberadaan diri aku?!"

Terdengar suara berat dan dingin seorang laki - laki.

Tangan Riki yang terulur berhenti sedikit, kedua bibirnya mengatup dengan rapat, menatap Sumi yang duduk di sisi lain tempat tidur.

Dalam kamar pasien hanya ternyala sebuah lampu dinding, cahayanya redup, wajah Sumi tersembunyi didalam cahaya kuning, terlihat sangat suram.

Riki menyipitkan mata, rasa malu yang muncul dalam matanya dengan cepat dihilangkan agar tidak disadari oleh Sumi, dia perlahan menyimpan kembali tangannya, ekspresinya dingin dan tenang," Jika bukan karena Pani yang keras kepala hanya menganggap kamu satu - satunya, kamu mengira aku akan menganggap keberadaan kamu?"

"Karena Tuan Wijaya mengetahui dalam hati dan mata Pani hanya aku seorang, lalu untuk apa masih terus berusaha mendapatkannya, itu hanya menambahkan masalah untuk diri sendiri dan orang lain!" Kata Sumi.

"Aku rasa orang yang menganggap itu masalah hanya kamu seorang!" Riki tersenyum dingin," Apakah Tuan Nulu begitu tidak percaya diri?"

"Apakah aku mempunyai rasa percaya diri atau tidak, tidak ada hubungannya dengan Pani yang tidak mempunyai perasaan terhadap Tuan Wijaya . Tuan Wijaya hanya perlu tahu jelas, Pani tidak mempunyai perasaan terhadap kamu!" Kata Sumi dengan dingin.

Riki mengerutkan kening,"Tuan Nulu jika perkataan kewaspadaan terhadap aku ini kamu gunakan untuk melindungi Pani, aku pikir Pani sekarang juga tidak perlu terbaring didalam rumah sakit."

Sumi,"....."

Riki sedikit mengangkat matanya untuk melihat wajah tegas Sumi, lalu tertawa mengejek," Kemampuan Tuan Nulu dengan rumor yang ada di luar sana seolah - olah adalah dua orang yang berbeda!"

Sumi menatap Riki dengan dingin," Jika dalam perkataan menang dari aku bisa membuat hati Tuan Wijaya nyaman, maka silakan!"

" Menang?" Riki mencibir dengan pelan," Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Dan kenyataannya adalah Tuan Nulu bahkan tidak bisa melindungi wanitanya sendiri!"

Rahang Sumi menegang, melihat mata Riki dengan penuh" Pisau tajam dingin" !

Sumi juga tidak ada menyangkal.

Karena apa yang di katakan Riki adalah kenyataan.

Benar dirinya tidak melindungi dengan baik Paninya!

Hening lama tidak terdengar suara Sumi.

Riki menurunkan bulu mata hitamnya, menatap Sumi seperti telah menang darinya, tetapi kenyataannya, Sumi juga menang.

Lalu kenapa jika Sumi tidak bisa berkata - kata, wanita yang dia sukai juga tetap masih menyukainya, dan dirinya tetap tidak bisa mendapatkan wanita yang paling dia inginkan!

Riki tidak terhitung menang. Sebaliknya, dia kalah telak!

Kesedihan yang bergolak dalam hati, bertahap, perlahan membuat bahu Riki, terkulai dengan perlahan. Kesepian dan kesedihan tiba - tiba mengelilingi seluruh tubuh Riki, begitu kuat hingga membuat Sumi sulit untuk mengabaikannya.

Mata Sumi Nuli berkedip ringan, dan perlahan menatap ke arah Riki.

Punggung lurus Riki sedikit membungkuk, keduanya tanganya terkulai menyilang di bawah lutut, dia melihat sepasang mata Pani, terukir kesepian dan kepahitan yang tak terbatas.

Riki yang seperti ini, seolah - olah telah banyak mengalami banyak perubahan pasang surut kehidupan.

Rasa sakit karena tidak dapat memiliki, dan perasaan cinta yang dalam, terukir di setiap garis wajahnya.

Sumi sedikit menurunkan amarahnya, cahaya matanya redup, bibir tipisnya terkatup, melihat ke arah Pani yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.

.....

Keesokan harinya, Pani siuman, melihat Riki tidak berada dalam kamar pasien, dirinya sedikit bingung.

Apakah kemunculan Riki Wijaya semalam, sebenarnya hanya mimpinya saja?

" Tuan Wijaya seharusnya pulang ke hotel membersihkan diri dan menganti pakaian."

Sumi menempelkan sapu tangan hangat ke wajah Pani, nada bicaranya tenang.

Pani mengedip.

Baiklah, bukan mimpi!

Sumi mengambil sapu tangan dari wajah Pani, dan duduk di samping ranjang, lalu mengambil tangan Pani dan menyekanya.

Pani mengatupkan bibirnya dengan pelan, dan memiringkan kepalanya menatap wajah anggun Sumi," Paman Nulu, orang yang aku sukai adalah kamu, kamu mengetahuinya kan?"

Pani tiba - tiba" menyatakan isi hati', Sumi setelah mendengarnya, menerimanya dengan tenang, dan melihatnya dengan lembut," Aku tahu."

" Aku tidak memiliki perasaan terhadap Riki dalam hal itu, sejak awal hingga sekarang aku selalu menganggapnya sebagai teman dan kerabat aku yang sangat penting, mengenai ini, kamu mengetahuinya bukan?" Tanya Pani lagi.

Sumi mengambil dan menyeka tangan Pani yang satunya lagi," Ng."

" ..... Kalau begitu bisakah kamu bersikap bersahabat dan hangat sedikit terhadap Riki?" Kata Pani dengan pelan.

" Bagaimana kamu menyuruh aku untuk bersikap hangat terhadap seorang laki - laki?" Sumi mengangkat alisnya.

Mulut Pani berkedut," Aku tidak bermaksud begitu. Aku tahu kamu pasti mengerti maksud perkataan aku."

Sumi hanya diam tidak berkata apa - apa.

Pani mengerutkan alis, menarik tangannya dari tangan besar Sumi, dan memegang jari telunjuk dan jari tengah Sumi," Paman Nulu, aku sudah berhutang banyak terhadap Riki, aku tidak ingin menambahkan rasa bersalah terhadap dia. Lagipula aku percaya, Riki bukan tipe orang yang mempunyai niat jahat menghancurkan hubungan antara kamu dan aku. Oleh karena itu Paman Nulu, bisakah kamu ...... demi aku, memaafkannya meskipun dia berkata dengan perkataan yang keterlaluan, oke?"

Sumi menyipitkan mata menatap tangan Pani yang memegangi jari tanganya," Percaya dia begitu saja bahwa dia tidak akan merebut kamu dari aku?"

" ......" Pani merasa canggung sesaat," Riki dia tidak akan begitu! Lagipula, apakah kamu tidak percaya kepada aku?"

" Pani, aku bukan tidak percaya kepada kamu, melainkan aku tidak ingin mengambil sedikit pun resiko yang berkemungkinan kamu meninggalkan aku." Kata Sumi pelan.

Pani tertegun ringan, mengerutkan kening melihat ke wajah serius Sumi.

Sumi mengatupkan erat bibirnya, perlahan - lahan menarik jari tangannya dari tangan Pani, berdiri dan memegang handuk ingin pergi ke kamar mandi.

Pani meraih tangannya tepat waktu, melihatnya dengan lekat, berkata dengan nada tegas," Aku tidak akan!"

Hati Sumi bergetar, menunduk menatap ke arah Pani.

Pani menatap matanya yang dalam itu," Aku tidak akan meninggalkan kamu, selamanya tidak akan! Paman Nulu, kita sudah membicarakannya, untuk bersama seumur hidup, apakah kamu lupa?"

Sumi menatap lekat ke Pani, suhu jantung tanpa tertahankan menjadi mendidih.

Pani melihat tatapan Sumi terhadapnya semakin panas, jantungnya berdebar, pipinya juga memerah.

Bibir kering yang terkatup, Pani melepaskan tangan Sumi, dengan malu mengedipkan bulu mata panjangnya, berkata dengan pelan," Kamu ingat saja ini."

Sumi melihat wajah kecil Pani yang menawan, napasnya menjadi pelan dan dalam, tiba - tiba membungkuk ke arahnya.

Bibir keduanya yang sedikit bergetar hanya berjarak satu milimeter saja sudah bersentuhan.

Kebetulan disaat seperti ini, terdengar suara getaran ponsel yang mengejutkan dari dalam saku celana Sumi.

Sumi, Pani," ....."

Keduanya membeku sesaat pada saat bersamaan.

Selanjutnya, Pani memejamkan mata, diam - diam memalingkan wajahnya ke samping.

Sumi menggertakkan gigi, dan meciumi kuat pipi wajah Pani, lalu berdiri tegak, mengambil hp dari dalam saku celana, melirik layak ponsel, dan menjawab," Ayah ....."

Ayah?

Pani melihat ke arah Sumi Nulu.

Dan tepat disaat Pani menatap kearahnya, Sumi tiba - tiba berbalik.

Pandangan Pani tidak bisa menjangkau terlalu jauh, hanya melihat punggung Sumi yang rapi.

Pani juga tidak terlalu memikirkan hal ini, dia hanya berpikir bahwa Sumi kebetulan berbalik.

Panggilan itu tidak berlangsung lama, dan berakhir kurang dari satu menit.

Pani melihat Sumi menurunkan hp," Apa yang ayah katakan? Apakah Lian menanggis lagi?"

Sumi tetap membelakanginya," ...... Bukan Lian, tapi masalah firma hukum."

Suara Sumi sangat biasa, tidak terdengar sedikitpun keanehan.

" Apakah penting?" Kata Pani tanpa curiga.

" Aku harus segera pergi menanganinya sekarang."

Sumi tiba - tiba berbalik, tetapi duduk disamping ranjang dengan kepala menunduk memegangi satu tangan Pani berkata dengan tenang.

Pani memiringkan kepalanya, ingin melihat jelas ekspresi wajah Sumi.

Sebaliknya Sumi semakin menundukkan kepalanya lagi.

Pani mengerutkan alis, dan tidak banyak berpikir," Kalau begitu pergilah, aku sendiri bisa memanggil perawat jika memerlukan sesuatu."

" Ng."

Sumi selesai berkata, melepaskan tangan Pani, lalu segera melangkah menuju pintu kamar pasien dan pergi.

Sumi berjalan dengan langsung dan terburu - buru begitu, sebaliknya membuat Pani sedikit merasa tidak nyaman, dan menatap pintu kamar pasien dengan tatapan kosong.

.....

Di sisi sini, Sumi baru berjalan keluar dari pintu kamar pasien, aura jahat dan keseriusan yang di kontrolnya dengan sekuat tenaga terpancarkan keluar di seluruh tubuhnya, kedua mata itu tersirat kebencian yang dapat menghancurkan dunia.

Riki yang akan keluar dari lift, melihat Sumi yang seperti itu, langkahannya mau tidak mau berhenti sedikit.

Tubuh Sumi bergerak dengan cepat, tanpa melihat ke samping berjalan dari sisi tubuh Riki, seolah - olah tidak melihat dirinya.

Cahaya mata Riki menjadi redup, berbalik dan melihat Sumi yang memasuki lift," Apa yang terjadi?"

Sumi tidak melihat Riki, dingin dalam matanya seolah bisa membuat orang membeku hanya dengan tatapan sekilas," Bantu aku menjaga Pani, terima kasih banyak!"

Ternyata Sumi bukan tidak melihat dirinya!

Mata Riki berkedip dengan pelan, sebelum lift menutup sepenuhnya di depan matanya, dia menahannya dengan menggunakan satu kakinya, lift kemudian terbuka kembali.

Sumi akhirnya melihat kedirinya, tetapi tatapannya itu penuh kebencian, membuat orang tidak bisa menatap langsung dengannya.

Riki mengencangkan lurus bibirnya," Beritahu aku, apa yang terjadi?"

" Tidak ada hubungannya dengan kamu!" Kata Sumi dengan tajam dan dingin.

" Jika aku tetap ingin mengetahuinya?"

Riki menatap Sumi, sikapnya tegas, seperti tidak melepaskan Sumi pergi jika Sumi tidak mengatakannya.

Sumi menggertakkan giginya kuat, warna merah di bawah matanya menebal hingga akan meluap dari rongga mata di detik berikutnya," Jangan memaksa aku main tangan terhadap kamu!"

" Aku mau tahu apa yang terjadi? Apakah itu ada hubungannya dengan Pani?" Riki berkata dengan tegas.

Sumi menatap dingin ke wajah serius Riki, pada akhirnya berkata," Lian hilang!"

Riki," ....."

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu