Hanya Kamu Hidupku - BAB 59 Aura Penuh William

Begitu mengetahui bahwa Ellen "menghilang", Samir dan Sumi pun segera bergegas.

William segera mengeluarkan rekaman cctv di sekitar villa, Dia mengetahui bahwa ellen sekitar jam 4 sore, ketika Darmi tidak waspada,ia kabur keluar.

Butuh sekitar empat puluh menit untuk berjalan kaki keluar dari villa. Dikarenakan Ellen takut ditemukan, sehingga ia mengambil jalan memutar. Total ia membutuhkan waktu lima puluh menit untuk keluar dari villa.

Petugas keamanan pun membukakan pintu setelah ia sampai ke pintu besi besar itu.

Dan ia menunggu hampir setengah jam di luar villa, baru mendapatkan taksi yang ia naiki.

William sampai ke villa kira kira pada jam 6 sore, sehingga bisa dikatakan, Jika ia datang 20 menit lebih awal, Ia bisa menemukan Ellen.

William pun segera mencatat no plat polisi taksi itu, ia menyuruh Sumi untuk mencari nya ke Satuan Lalu Lintas.

Sumi pun segera menelepon. Dan dalam waktu lima menit, sudah mendapatkan berita baru.

Dikatakan bahwa taksi telah menurunkannya di suatu pintu masuk keSandy bawah tanah atas permintaan penumpang.

Sumi dengan cepat menghubungi stasiun bawah tanah untuk mengecek kamera cctv, Tetapi hanya menemukan bahwa Ellen tidak pernah menaiki ke Sandy sama sekali.

Sumi mengerutkan kening, sambil menatap William, "Gadis ini cukup pintar. Dia takut kita akan menemukannya sehingga ia dengan sengaja menghindari bagian jalan yang dipasang cctv."

Wajah william terlihat sangat galak, Kepalan tangan nya yang berada di meja komputer, dikepal hingga sendi tulangnya memutih.

Sekarang yang dia pikirkan hanyalah, Menangkap gadis yang sangat pemberani ini, dan dengan keras memukul pantat nya.

"Aku coba pergi melihat ke villa lagi," kata Samir.

Sumi segera menahan Samir berkata, "Kakek baru saja menelpon, menanyakan keberadaan Ellen, Suaranya terdengar sangat panik, jadi Ellen seharusnya tidak berada di villa itu."

Samir pun mengepalkan tinjunya, sambil mengernyitkan alis dengan marah berkata, "Jadi Ellen ada dimana ? Selain kita, Siapa lagi orang yang dikenal Ellen di kota Tong ini ? Jika dia tidak mencari kita, Dia bisa mencari siapa ?"

"Tenanglah sedikit !" Sumi mengeram.

"..." Samir pun hanya bisa meregangkan wajahnya.

Sumi pun mengerutkan bibir sambil melirik ke wajah William yang gelap, Suaranya pun agak naik, " Bukankah Ellen mempunyai teman wanita yang sangat baik ? Apa Mungkin ia pergi ke sana ?"

“ Teman wanita ?” Samir bingung.

Sumi mengangguk, "Ya Keluarga Wilman."

Samir pun masih bingung, "Keluarga Wilman yang mana ?"

"Sandy," kata Sumi.

Samir masih terlihat bingung.

Sumi pun hanya menggerakkan bibirnya, dan tidak menjelaskan lagi.

Karena dia merasa walaupun ia mengatakan lebih banyak dan lebih detail Si bodoh ini tetap tidak kenal.

William yang sedang memejamkan mata, Dengan cepat berdiri dari tempat nya, "Ayo pergi ke rumah Wilman!"

Melihat William yang berjalan ke arah luar pintu, Sumi dan Samir hanya saling memandang dan mengikuti nya.

......

Keluarga Wilman.

Jam sepuluh malam.

Setelah Ellen dan Pani mencuci muka, mereka memakai baju tidur dan berbaring di atas tempat tidur.

Keduanya berbaring telentang, tetapi tiba-tiba mereka pun berbalik pada waktu bersamaan dan saling berhadapan.

Melihat wajah masing-masing, Ellen dan Pani keduanya ingin tertawa, tapi keduanya menggigit bibir masing masing untuk menahannya.

Setelah menahan rasa ingin tertawa itu,ketika Pani melihat bahwa tidak ada luka di wajah Ellen yang bersih ia pun berkata, " Ellen, apakah kamu tidak berencana memberitahu Paman ketiga mu, bahwa kamu ada disini ?",

Ellen mengejapkan bulu matanya, setelah berpikir sejenak, ia berkata, "Ponsel saya mati. Pinjamkan saya ponsel mu, saya mau memberi kabar kepada Paman Sumi, supaya dia bisa memberitahu Paman ketiga.

Ellen juga berpikir sebenarnya sekarang dia adalah seorang wanita dewasa yang sudah berusia 18 tahun, tidak seharusnya melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab seperti ini.

Tetapi dia tidak ingin menghubungi William secara langsung, dan setelah berpikir, kecuali nomor ponsel William, dia hanya ingat nomor ponsel Sumi..

Oleh karena itu, dia pun memutuskan untuk menggunakan ponsel Pani untuk mengirim pesan kepada Sumi melaporkan bahwa ia aman dan sehat.

"Oke."

Pani setuju dengan pendapat Ellen.

Dia pun menyerahkan ponsel nya yang ia ambil dari meja di samping tempat tidur dan menyerahkannya kepada Ellen.

Kedua dahi mereka saling berhadapan, mengetik pesan teks sambil bersembunyi dibawah selimut.

"Paman Sumi, ini Ellen. Saat ini aku berada di tempat teman saya, tolong jangan khawatir."

Ellen dengan hati-hati tidak menyebutkan di mana dia sekarang juga tidak menyebutkan siapa temannya.

Alasannya... Tentu saja saya tidak ingin seseorang itu untuk datang.

Setelah Ellen menyaksikan pesannya sudah berhasil terkirim, dia pun mengembalikan telepon kepada Pani.

Pani mengambilnya, mengangkat tangannya dan bersiap untuk mengembalikan telepon ke posisi semula.

Drt drt...

Tiba Tiba ponselnya yang masih berada di tangan nya bergetar.

Pani melihat telepon nya dan menemukan bahwa pesan masuk berasal dari "Paman Sumi " yang dibicarakan oleh Ellen, ia pun kembali menyerahkan telepon nya kepada Ellen, "Dia sudah membalas pesanmu."

Ellen mengambil telepon dan membuka pesan.

"Oke, aku akan memberi tahu pamanmu."

Wajah Ellen pun menjadi sedikit panas, "..." Aku kan tidak memintanya untuk memberi tahu...

Mata Pani sedikit menyipit ketika dia melihat bahwa wajah Ellen tiba-tiba memerah.

Ellen memegang telepon erat-erat untuk beberapa saat sebelum menyerahkannya kembali kepada Pani.

Pani menerima nya. Dua jari tangan nya yang panjang memegang dan memainkan ponsel tipis itu,dan ia berbalik, dengan nada yang santai berkata, "Ellen, menurutmu bagaimana pamanmu?"

"..." Ellen membeku dan terus menatap Pani.

Pani tersenyum ringan padanya, "Aku hanya bertanya."

Ellen menekan bibir bawahnya dengan ringan dan berkata, "Dia sangat baik padaku..."

Pani menatapnya, tampa lebih serius, "Maksudku, apa pendapatmu tentang pamanmu sebagai seorang pria?"

Ellen memandang Pani, detak jantungnya tiba-tiba semakin cepat, nafasnya pun menjadi cepat, dan pupil mata nya terlihat ragu ragu.

"Ellen, Anggaplah dia sebagai William, dan bukan seorang Paman. Kamu rasa jika ada Pria seperti William, Apakah kamu akan menyukai nya ?"

Suara Ellen terdengar tegang, "Pani, Dia adalah paman ketiga, hanya kuanggap sebagai paman."

Pani dapat melihat jelas bahwa Ellen sedang menghindar, Ia pun mengerutkan kening, dan tidak membicarakan topik ini lagi.

Ellen mengejapkan bulu matanya, wajahnya muram.

Pani memalingkan pandangan nya, sambil membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu.

Tiba-tiba terdengar ketukan di luar pintu.

Pani dengan tenang, segera duduk di atas tempat tidur, sambil mengerutkan kening ke arah pintu, "Aku sudah tidur, jika ada pembicaraan, biar besok..."

"Pani, apa Nona Ellen sedang bersamamu?"

Suara Sandy yang masuk dari luar, terdengar sedikit hati-hati dan patuh.

Hal yang sangat jarang.

Ketika pani mendengar hal yang pertama ia tanyakan adalah Ellen, ditambah dengan nada suaranya yang tidak normal, firasat buruk muncul dari hatinya, dan ketika ia berbalik dan melihat Ellen dengan wajah pucat yang sedang berbaring di tempat tidur.

Pani menelan ludah, sambil mengedipkan mata dan kali ini dengan memandang ke arah pintu, mengangkat napas, dengan sengaja menenangkan diri, "Tidak ada."

Kelopak mata Ellen berkedip, sambil memandang Pani dengan pandangan gugup.

Suara di luar tiba tiba menjadi hening sejenak, Kemudian terdengar suara lagi, " Pani, Suli baru saja mengatakan bahwa ada seorang kakak perempuan di dalam ruangan, apakah itu bukan Nona Ellen ?"

"Oh, yang kamu maksud dia, Dia adalah teman sekelasku, bukan Ellen yang kamu bicarakan. Dan teman sekelasku baru saja pergi," kata Pani.

Ekspresi Ellen sangat rumit, di satu sisi ia mengagumi kemampuan Pani untuk berbicara omong kosong dengan ekspresi yang normal.

Ada keheningan lagi di luar.

Suara Sandy kembali datang dan menjadi bisikan, berkata, "Tuan William dan dua orang temannya sekarang sedang menunggu di ruang tamu, dan Ayah berada dalam posisi yang sulit."

Ya Tuhan!

Mata Pani melebar, dan dia dengan tidak percaya memandang Ellen.

Ellen pun merasakan ketidakpercayaan yang sama-sama.

Dia baru saja mengirimkan pesan ke Sumi bahwa dia ada di rumah temannya 3 menit yang lalu.

Dalam 3 menit sudah sampai kesini?

Selain itu, Pesan yang dikirimkan oleh Sumi terlihat sangat tenang!

Tidak terlihat seperti orang yang sedang menuju kesini ?

Ellen pun rasanya ingin menangis?

Tidak hanya Ellen, Pani juga rasanya mau menangis!

"Pani, kamu dan Nona Ellen,rapikan diri kalian dan keluarlah. Jangan membuat Tuan William menunggu lama," kata Sandy.

Ketika Pani mendengar bahwa William datang kesini, dia pun tidak berani untuk mengatakan bahwa Ellen tidak ada disini !

William itu siapa ?

Jika dia tidak yakin bahwa Ellen bersamanya, bagaimana dia bisa bergegas datang kesini ?

Sudah jelas Ia dengan yakin tahu bahwa Ellen ada di sini.

Habis sudah.

Dibandingkan dengan Ellen yang "sudah kabur meninggalkan rumah", Pani merasa bahwa konsekuensi dirinya yang "menyembunyikan " Ellen akan lebih buruk.

......

Ruang tamu.

Reta dan Sandy, keduanya duduk dengan dekat di satu sisi, situasi nya seperti sedang terjadi penculikan, dan kondisi nya benar-benar menakutkan.

Sementara William, Sumi dan Samir duduk di sisi lainnya.

Ekspresi wajah William sangat dingin, ekspresi wajahnya sangat gelap, dan hanya dengan melihat saja sudah dapat membuat siapapun ketakutan.

Samir sama sekali tidak peduli dengan suasana hati Reta dan Sandy, sambil mengerutkan kening terus memandang ke arah lorong kamar tidur.

Sementara Sumi terlihat lebih tenang...

Baiklah....

Setidaknya penampilannya terlihat sangat tenang.

Sumi melihat ekspresi wajah Reta dan Sandy yang sangat tegang, dengan alis yang terangkat ringan dengan lembut berkata "Tuan dan Nyonya Wilman hari ini kami datang tiba tiba, Mohon maaf jika ada hal yang kurang sopan. "

Setelah mendengar kalimat Sumi, Samir pun baru melihat ke arah Reta dan Sandy.

William tetap tidak bergerak, seolah-olah dia tidak hidup dalam ruang dan waktu yang sama.

“Mana ada.” Sandy dengan sopan berkata, “Bahasa tuan Sumi terlalu serius.”

“Betul.” Reta dengan segera menambahkan.

Sumi seakan akan memandang Reta , tetapi terlihat tidak memandang nya. Dia mengarahkan pandangan nya kepada Sandy dan berkata," Awalnya aku juga akan berkunjung ke sini dalam beberapa hari ini. "

Kata-kata Sumi terdengar seperti sudah selesai.

Namun jika didengarkan, jelas bahwa masih ada hal yang belum selesai diucapkan.

Dalam beberapa hari, akan berkunjung kesini...

Ini...

Secara sekilas, Reta dan Sandy saling berpandangan, bingung akan perkataan yang diucapkan oleh Sumi.

Sandy setelah menarik napas, dan melihat ke arah Sumi, "Tuan Sumi..."

"Ellen."

Sebelum Sandy selesai berkata, Samir bangkit dari sofa, melihat Pani bergandengan tangan dengan Ellen yang keluar, mereka berjalan lambat seperti siput, dan selangkah demi selangkah berjalan ke arah ruang tamu itu.

Sandy tertegun dan melihat ke arah Reta .

Sumi juga dengan pandangan yang menyipit, memandang ke arah Pani dan Ellen.

Pani dengan mudah menguncir rambutnya seperti bakso di atas kepalanya, Wajah yang cantik dan indah pun muncul di pandangan, Wajah yang tidak menggunakan kosmetik, namun dipenuhi keindahan.

Pandangan Sumi sulit dimengerti.

Tidak peduli seberapa lambat jalan nya, Akan tiba juga.

Ellen dan Pani dengan perlahan lahan berjalan ke arah ruang tamu, Di bawah pandangan semua orang, Mereka berdua merasa tidak nyaman.

Hingga Ellen sampai ke ruang tamu, William yang dari tadi memejamkan matanya, Dengan perlahan membuka matanya dan memandang ke arah mereka berdua.

DIbawah pandangannya yang dingin dan tajam,seperti pedang tajam beracun ke arah mereka.

Tubuh Ellen dan Pani pun gemetar.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu