Hanya Kamu Hidupku - Bab 511 Sumi Brengsek

Pani tampak bingung.

Sumi mengerutkan kening, “Kamu pikir aku melakukannya untuk ditunjukkan padamu, lalu sengaja mengatakan akan bertunangan denganmu di hadapan Linsan?”

Pani menatapnya dengan heran, menarik nafas dalam-dalam, “Ta-tapi kapan aku menyetujuinya bertunangan denganmu?”

“Pentingkah itu?”ucap Sumi.

“……Penting!”Pani membelalakkan matanya, “Kamu dan aku, tunanganmu denganku! Aku salah satu pihak yang terlibat, tapi aku tidak tahu aku akan bertunangan! Tidakkah kamu merasa luar biasa?”

“Apa yang luar biasa? Cepat atau lambat kamu akan menjadi milikku.”ucap Sumi menyipitkan mata.

“Siapa yang menjadi milikmu?”Pani mundur selangkah, memandangnya dengan terengah-engah, “Sumi, apakah kamu tahu cara menghormati orang? Aku seorang manusia, aku memiliki pemikiran dan keinginan sendiri. Kamu bahkan tidak menanyakan keinginanku, dan memutuskan pertunangan denganku, apakah itu pantas? Tidak pantas, kan!”

“Tidak pernah bertanya kepadamu?”Sumi tiba-tiba melangkah maju menghampiri Pani.

Hati Pani bergidik, matanya melebar tanpa sadar, lalu menatapnya sedikit menahan napas.

“Tidak pernah menanyakanmu? Baik, sekarang aku bertanya padamu, apakah kamu bersedia tunangan denganku?”ucap Sumi menatap Pani.

Pani menggigit bibir bawahnya dan tidak bisa menjawab.

“Apakah bersedia?”Sumi melangkah maju ke arahnya lagi.

Pani mengedipkan matanya dengan panik, tanpa sadar dirinya melemah, “A-aku……”

“Aku tidak bersedia!”ucap Sumi dengan serius.

wajah Pani bergerak, mencoba meredakan ekspresinya, “Paman Sumi, bukankah itu sangat baik kita seperti ini?”

“Baik apanya?”ucap Sumi tiba-tiba.

Bahu Pani gemetar, dia buru-buru mengangkat matanya melihat Sumi, menyadari wajah Sumi menjadi suram, tidak seperti biasanya.

Pani menarik nafas, kemarahannya mereda.

“Beberapa hari yang lalu orang tuaku, kakakku dan kakak iparku, tidak mengungkit masalah tunangan denganmu? Apa yang kamu katakan pada saat itu, oh, kamu mengatakan tidak terburu-buru, kamu baru lulus SMA! “Sumi meraih tangan Pani, memegangnya sekuat tenaga, menatap Pani dengan tajam, “Pani, kamu merasa terlalu dini, atau merasa ke depannya bisa bertemu pria yang lebih baik dan lebih muda dariku?”

Pani gemetar, tiba-tiba mengangkat matanya, menatap Sumi dengan ragu, “Ka-kamu berpikir seperti itu?”

“Iya aku berpikir seperti itu!”ucap Sumi.

“Brengsek kamu!”Pani bangkit ingin memukul Sumi, Sumi meliriknya, ketika tangan Pani berada di depan wajahnya, dan Sumi menatapnya dengan tajam, “Beraninya kamu memukulku?”

“Memangnya kenapa memukulmu? Kalau sekarang di tanganku ada pisau, aku bahkan ingin menusukmu!”ucap Pani dengan marah.

Sumi menggertakkan giginya, memegang tangan Pani dan menyeretnya ke tempat tidur.

“Apa yang kamu lakukan? Sumi, lepaskan, brengsek kamu, aaaahh……”

Pani langsung dilempar oleh Sumi tergeletak di tempat tidur.

Pani hampir kehilangan nafas.

bangkit dari tempat tidur dengan marah, mengepalkan tinjunya, menatap Sumi penuh dengan kebencian.

“Pani, aku lihat aku terlalu memanjakanmu! Mengikuti kesukaanmu, tidak perhitungan denganmu, emosimu semakin lama semakin muda membara, ya? Sekarang bahkan beraninya mengangkat tangan ingin menampar wajahku, ke depannya apakah kamu juga berani mengambil pisau menusukku?”ucap Sumi meletakkan tangannya di selangkangannya, seolah-olah marah.

“Kamu jangan memfitnah, membenarkan yang salah! Sumi, aku Pani akan bertengkar denganmu hari ini! Aku beritahu kamu, jangan pikir aku yang menyukaimu kamu bisa berbuat sesuka hati, mewakiliku membuat keputusan, dan mengendalikanku seumur hidup! Atas dasar apa? Atas dasar kamu mengatakan kita akan tunangan maka kita tunangan, bahkan sampai tidak memberitahukannya padaku?”

Pani tidak sabar melompat bangkit dan ingin menunjuk Sumi memarahinya, tapi pada akhirnya dia menahannya dan mengatakannya di dalam hati.

“Aku mengatakannya padamu, apakah kamu akan menyetujuinya?”

“Tidak akan!”ucap Pani berteriak.

“……”Mata Sumi yang jernih menjadi merah karena marah, dan memiliki niat untuk menyekek lehernya.

“Tidak akan tidak akan tidak akan!”Pani berpikir itu tidak cukup, jadi dia mengatakannya tiga kali lagi.

Sumi,“……”ingin membunuhnya.

Setelah Pani meraung, menatap Sumi yang berdiri di sana dengan terengah-engah.

Sumi menekan amarah yang melonjak di dadanya, tapi selama lima menit

dia tidak bisa menahannya.

Khawatir dirinya tidak bisa mengontrol kekuatannya, Sumi berbalik meninggalkan kamar.

Pani yang melihat dia pergi, matanya yang membelalak besar berkedip dua kali, dan amarahnya segera menghilang.

Sebagian besar kemarahannya menghilang, dan keedihannya menyebar.

Pani tidak ingin bertunangan dengannya, apakah karena dia berpikir ke depannya Pani bisa bertemu dengan yang lebih baik?

Itu jelas……

Kenapa dia tidak mencari alasan dari dirinya sendiri?

Pani mengencangkan bibirnya, memegang tangannya, dan berjongkok, “Sumi, aku benci kamu, aku benci kamu, aku benci kamu sampai mati!”

……

Sumi menyesal meninggalkan ruangan.

Kalau kembali, dia akan kehilangan harga diri.

Jadi, dia pergi ke taman untuk menenangkan diri.

Tidak lama setelah Sumi tiba di kebun, langkah kaki gemerisik datang dari belakangnya.

Sumi mengira Pani sadar dirinya berbuat salah, dan keluar mencarinya, lalu diam-diam mendengus: Tidak sia-sia menyayangimu!

“Su……”

Mendengar suara ini.

Sumi mengerutkan kening, dan melihat ke belakang.

Melihat orang yang muncul di taman bukan gadis yang dia pikirkan, melainkan Linsan, bibir tipis Sumi tertutup, “Ada apa?”

Linsan menganggukkan kepala, berjalan mendekatinya, menatapnya dengan tatapan meminta maaf, dan berkata, “Aku datang mewakili Tanjing meminta maaf kepadamu dan Pani.”

“Tidak perlu.”ucap Sumi.

“Menurutmu tidak perlu, tapi menurutku ini perlu.”Linsan menatap Sumi, “Sumi, kamu tahu betapa berharapnya aku, kamu bisa bertemu dengan orang yang kamu cintai dan hidup bersama dengannya selamanya.”

Sumi berbalik dan berjalan ke pagar, meletakkan kedua tangannya di saku celananya, dan menyipitkan mata menatap langit.

Linsan memandang punggung Sumi yang ramping, “Kita sudah saling mengenal selama puluhan tahun, hubunganku denganmu, sejak awal tidak sesederhana seperti teman biasa, melainkan seperti keluarga.”

Mata Sumi sedikit bergerak.

Linsan memegang tangannya, perlahan-lahan berjalan ke samping Sumi, melihat langit seperti dia, “Orang tuaku meninggal beberapa tahun yang lalu, kakakku menikah dengan orang luar negeri, dan jarang berhubungan dengan keluarga yang ada di dalam negeri, kalau tidak terjadi sesuatu, pada umumnya tidak akan berhubungan.”

Mata Linsan memerah, menoleh menatap Sumi, “Ketika orang tuaku meninggal, kamu yang menemani diriku, menjagaku seperti abang kandungku, dan mendukungku……Sumi, bisa dikatakan, dibandingkan dengan kakakku, kamu orang yang paling aku andalkan.”

Sumi mengerutkan kening dan menatap Linsan, ketika dia melihat matanya yang memerah, tatapannya menyusut.

Paling hanya mengingat apa yang dikatakan Linsan, suara Sumi menjadi lembut, “Orang yang paling dekat dan paling kamu andalkan adalah Thomas, bukan diriku.”

Linsan menggelengkan kepala, dan tersenyum pahit, “Kamu, hanya kamu, Thomas dia……jangan membicarakan dia.”

Linsan memejamkan matanya, seolah mencoba menahan sesuatu, lalu membuka matanya menatap Sumi dengan senyum terpaksa dan berkata, “Tanjing sahabatku, dia tahu apa artinya dirimu bagiku, alasan mengapa dia sikap kasar kepada Pani, mungkin karena khawatir kamu tidak akan mempedulikanku karena kamu sudah memiliki Pani. Dia hanya takut aku sedih.”

Sedih?

Sumi menatap Linsan.

Linsan tampaknya menyadari apa yang dia katakan, dan berkata dengan tergesa-gesa, “Sumi, kamu jangan salah paham, aku tidak bermaksud seperti itu. maksudku……”

“Kamu tidak perlu menjelaskannya, aku mengerti.”ucap Sumi menyela perkataannya.

Linsan tertegun.

Mengerti? Dia mengerti apa?

“Apa pendapatmu tentang Pani?”tanya Sumi tiba-tiba.

“……Dia sangat baik dan sangat to the point.”ucap Linsan mengalihkan pandangan.

Sumi mengendus dinign, “Dia benar-benar sangat to the point!”to the point sampai membuatnya marah.

Linsan menarik nafas, menegangkan jarinya, “……”tampaknya, kamu benar-benar jatuh cinta padanya.”

Sumi menyipitkan mata memandang Linsan dan tidak mengatakan apa-apa.

“Sumi, kamu bisa bertemu dengan orang yang kamu cintai, aku turut bahagia untukmu.”ucap Linsan mengangkat matanya melihat Sumi.

Sumi tidak mengatakan apa-apa, berdiri di sana dengan tenang, lalu berkata, “Siang hari berdiri di sini sedikit panas, kembalilah ke kamar.”

Bulu mata Linsan bergetar dan mengangguk.

“Ehn.”ucap Sumi, berbalik berjalan menuju ruangan.

Linsan menggertakkan giginya, tangannya yang mengepal dengan kuat sedikit gemetar.

……

Ketika Sumi kembali ke kamar, Pani sedang berbaring di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu.

Melihat seseorang berbaring di tempat tidur, hati Sumi melembut.

Dia menghela nafas dengan lembut di dalam hatinya, dan melangkah maju.

Pada saat ini, terdengar suara ketukan pintu di belakangnya.

Sumi berhenti sejenak lalu berbalik membukakan pintu.

Ternyata pelayan yang mengantar makan siang.

Sumi meminta pelayan untuk meletakkan makan siang di atas meja.

Setelah pelayan meletakkan makanan dan mendorong troli makan pergi, Sumi menutup pintu, menatap punggung Pani selama dua detik, dan berjalan mendekat.

Sumi menghampiri, duduk di samping tempat tidur, memandangi sisi wajah Pani, “Ayo makan.”

Pani tidak merespon.

“Kalau mau tidur, makan dulu baru tidur.”ucap Sumi.

Pani masih tidak bergerak.

Sumi mengerutkan kening, mengulurkan tangan menggoyangkan tangannya, “Dengar tidak, ayo makan!”

Pani tetap tidak bersuara.

Sumi mengerutkan bibirnya, “Kalau masih tidak bangun, aku akan mengambil tindakan!”

Pani tetap tidak bergerak.

Sumi menyipitkan mata, dan tiba-tiba berkata, “Aku akan memberimu waktu satu menit terakhir, kalau kamu masih tidak bangun, aku akan memakanmu!”

Pani tetap tidak bergerak.

Sumi mengerutkan keningnya, menatap Pani dengan tenang.

Selang sesaat.

Sumi menghela nafas, melepaskan sepatu dan berbaring di samping Pani, memeluknya dari belakang, menatap belakang kepalanya, “Pani, kamu baru berusia 18 tahun, dan aku sudah berusia 30 tahun, aku lebih tua darimu 12 tahun. Kalau aku tidak mengikatmu bersama denganku, itu tidak lain memberikan kesempatan kepada pria lain untuk menyukaimu. Bagaimana aku tidak mengerti watakmu, aku tahu diriku yang bertindak seperti ini akan membuatmu marah, tapi aku tetap melakukannya. Sekarang kamu tidak bersedia bertunangan denganku, ke depannya setelah kamu kuliah, mengenal banyak orang, aku takut kamu semakin tidak bersedia bertunangan denganku!”

Bulu mata panjang Pani, yang menempel pada kulit di bawah matanya, akhirnya bergetar.

Sumi terdiam sesaat, lengan panjang yang memeluk Pani menegang, bibirnya yang tipis mencium belakang kepala Pani, dan berkata, “Siapa yang menyuruhmu selalu memarahiku tua, aku sama sekali tidak memiliki rasa percaya diri padamu.”

Suara polos Sumi, membuat hidung Pani yang mendengarnya terasa sakit.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu