Hanya Kamu Hidupku - Bab 290 Aku Rindu Kamu

Terdiam selama dua sampai tiga detik, Ellen melepaskan selimutnya, turun dari tempat tidur, tanpa memakai sandal, terbang keluar bagaikan burung lincah.

Pria yang tinggi perkasa tiba di depan pintu, dengan aroma harum badan menuju ke pelukan pria itu.

Tanpa ragu pria itu, meraih pinggangnya, membawa dia ke dalam rumah.

Samir dan Frans yang berdiri didepan pintu, melihat situasi begini mereka tidak ikut masuk, langsung masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan tempat itu.

Dua kaki Ellen melilit di pinggang pria itu, kedua lengan merangkul erat di lehernya, muka sebesar telapak tangan menempel ke dada lebar pria itu, menutupkan matanya dan mencium bau badan pria yang membuat dia nyaman.

William menggendong boneka besar menuju ke sofa dan duduk, mengelus lembut ke muka sebesar telapak tangan yang menempel didadanya, sampai di ujung muka, mengangkat muka perempuan ini, dengan tajam menatap ke muka yang tercetak dalam diotaknya, bibirnya tipis sedikit tertarik, dengan suara rendah lembut, "Hm, kurus."

Ellen meletakkan tangannya diatas punggung tangan pria itu, mukanya ditempelkan di telapak tangannya, matanya yang besar jernih menatap ke muka pria itu tanpa mengedip, dengan mulut yang runcing berkata, "katanya mau beritahu aku dulu sebelum pulang."

William menatap ke muka kecil ditelapak tangannya, bola mata hitam bersinar misteri, mengeluarkan tangannya dari tangan wanita ini, memegang dagu bawah wanita ini, menunduk dan menciumnya.

Mata Ellen membuka lebar, sedetik kemudian, dia merangkul leher pria ini, tanpa malu dan segan, menanggapi ciumannya.

Willam bernafas rendah, melepaskan dagunya, telapak tangan memegang erat dilehernya, meraba lembut, dengan bola mata hitam menatap ke Ellen, nada suara serak dan berkata, "Rindu akukah?"

"Rindu." Ellen dengan tenaga kuat memeluknya, tubuhnya disandar ke pelukannya, sedikit malu dimatanya, dengan berani menatap ke mata pria ini, "Aku akhirnya mengerti, apa arti pribahasa satu hari tak jumpa bagaikan tiga musim. Paman Ketiga, aku merasakan sudah banyak waktu tak jumpa kamu."

William melihat ke sudut mata Ellen yang sedikit basah, membisik di bibirnya, tanpa berkata, hanya menciumnya lebih kuat, tangan dilehernya panas seperti api kebakaran.

Ellen mengedip matanya, sudut mata yang basah bersinar, ditarik kembali satu tangan dari lehernya, belajar mengelus leher pria ini.

Pria ini mencium nya kuat, dia tidak mau kalah juga menanggapi kembali.

Seperti ingin memberitahu pria ini, wanita ini lebih merindukannya!

William ketawa tidak tahan, menyerah diri dari bibirnya, telapak tangan melewati lehernya, mengelus lembut kepala belakang wanita ini, menatap ke bola mata wanita ini yang hitam dan berkata, "sudahlah, aku tahu kamu rindu aku."

Ellen mengerutkan alis mata, mengigit bibirnya, dengan bola mata basah menatap kesal kepadanya.

William dengan sabar menepuk kepalanya,melewati bibir tipisnya, menekan ke telinganya, dengan nafasnya yang panas berkata, "Lain kali, tidak akan meninggalkan kamu begitu lama, aku rindu kamu, sayang."

"......" Ellen punggungnya gemetaran, merinding!

William mengelus punggungnya, mencium lembut telinganya, "Apa yang kamu berikan kepada aku, membuat aku melihat apa pun yang kamu pikirkan?"

Ellen menyembunyi dibahunya, merasakan mukanya terbakar.

"Kamu bilang, apakah kamu adalah penjelmaan dari peri? " William mengigit telinganya, dengan suara rendah serak berkata.

Ellen merasa malu sekali sampa-sampai tidak berani tampilkan mukanya, mengigit mulut kecilnya dan berkata dengan suara kecil, "perpisahan sebentar bagaikan awal perkawinan, aku baru percaya kata ini.

William memperdalamkan bibirnya, tangan yang di pinggangnya mengikuti baju tidurnya masuk kedalam, mengelus di pinggangnya, dan dengan tepat sasaran menuju keatas.

Hati Ellen tersentak, memutarkan muka ke lehernya, bernafas lembut.

"Bagaimana? "William menyipit matanya, dagunya tersentuh ke rambut wanita ini.

".....Biasanya kamu, kata cinta yang merinding seperti ini, kenapa kamu bisa katakan? " Ellen memiringkan bibirnya, tangan juga tak diam, mengelus dadanya yang dilapisi kemeja.

William bernafas ketat, dagunya menyentuh ke rambutnya lebih cepat kuat, "suka mendengarkannya?"

Ellen tidak berbicara.

Kata manis dari kekasih, wanita mana yang tak suka dengar?

William bernafas dalam, tiba-tiba mengerutkan alis dan bertanya ke Ellen, "Sewaktu aku pergi, apakah kamu minum obat?"

Ellen terkejut sekilas, karena topik pembicaraan berputar cepat, ".......sudah minum, 1 kali minum tiga hari lagi sudah tak perlu meminumnya lagi. "

Tiga hari?

Dengan mata yang hitam William menatap ke Ellen.

Kalau bisa, satu haripun dia tidak ingin menunggu!

Tak terdengar kata pria ini, Ellen mengangkat kepala, dengan heran melihat kepadanya, melihat muka pria ini yang mengetat, menatap kepada kedua mata dia yang merah, wanita ini sedikit terkejut, "Paman Ketiga....."

Ellen belum berkata habis, Bibir William mencium ke dia lagi.

Kali ini lebih dasyat dari sebelumnya, lebih tergesa-gesa.

Bibir lidah Ellen sakit, dengan kerutan alisnya menarik kemeja William, menahan sakitnya.

Ciuman yang kasar dan berbau darah, berlangsung beberapa menit baru lambat-laun menjadi lembut.

Bibir Ellen yang sakit mati rasa, mulutnya yang terbuka tidak bisa ditutup, menatap kesal kepada William.

Mata Hitam William bersinar ringan, di bibirnya terdiam dua kali, sebagai permohonan maaf dan menenangkan.

Pada saat itu, William menggendong Ellen ke sofa, dia sendiri berjalan menuju ke atas lantai, masuk ke kamar Nino dan Tino.

Ellen duduk di sofa, menatap kosong ke kamar anak di lantai atas.

Dia merasakan kekuatan pria ini.... tetapi dia, begitu pergi tanpa.....melakukan apa-apa?

Karena, terlalu capek?

Ellen merasakan keanehannya.

............

Sekitar dua puluh menit, William keluar dari kamar anak.

Elllen mendengar bunyi suara, mengangkat kepala melihat ke atas.

William memandang ke arah Ellen pada saat itu.

"...........Paman Ketiga, Apakah kamu sudah makan?"

WIlliam mengangkat alisnya, mengulurkan tangan kepadanya, "naik."

Ellen terdiam sejenak, berdiri dari sofa, berjalan menuju ke lantai atas.

Sesampai di lantai dua, William berjalan menujunya, menggandengkan tangannya bersama-sama berjalan ke dalam kamar, "sudah makan."

"oh. "Ellen mengangguk kepalanya, sudut mata melihat ke tangan besar pria ini yang memegang tangannya.

Berjalan menuju ke kamar Ellen, William menutupkan pintunya, dan melepaskan tangan Ellen, berjalan terus menuju ke kamar mandi.

Ellen melihat ke punggung William yang besar, mata bersinar, tiba-tiba berkata, "Paman Ketiga, apakah kamu mau mandi?"

William tidak berhenti, "Hm."

"........Aku bantu kamu menggosok punggungmu?"

William, "........."

Berhenti sekilas, balikkan badan, dengan bola matanya yang hitam menatap ke Ellen.

Muka Ellen menjadi merah, kedua tangan menggosok di punggungnya, dengan matanya yang besar jernih menatap ke William, "Kali ini kamu telah bekerja keras, aku harus menunjukkan kepedulian aku."

William menggerakkan bibirnya, tertuju kepada Ellen dan berkata, "Malam ini terlalu malam, aku mandi sebentar saja."

Habis berbicara, William berjalan masuk ke kamar mandi.

Ellen melihat pintu kamar mandi ditutupnya, alis mata yang kalem bergerak.

................

Kamar mandi.

William menutup erat bibir, menatap ke pintu kamar mandi beberapa detik, menarik kembali tatapannya, memandang diri sendiri di cermin depan wastafel, satu tangan besar, diletakkan di bahu sebelah kiri.

Pandangannya disertai senyum pahitnya dan ketidak berdayaan.

Nona kecil, sewaktu dia dalam keadaan baik-baik, wanita itu tidak kelihatan agresif!

Benar pandai memilih waktu!

........

Sehabis mandi William keluar kamar dengan jubah mandinya, Ellen sudah berbaring ditempat tidur, membuka matanya yang bersih menatap dia.

William mengaitkan sudut mulutnya, berjalan menuju dia, menutup semua lampu di dalam kamar, dan berbaring disebelah Ellen.

Punggung belakang menempel di dada yang panas, membuat Ellen kebingungan.

Sekitar 4-5 detik, Ellen tiba-tiba membalikkan tubuhnya, kedua tangan masuk kedalam jubah mandi William, tanpa halangan memeluk pinggang pria itu, dua kakinya sudah berada ditengah kaki William, muka yang panas tempel di bawah leher pria itu, dengan menahan nafas, tanpa tersembunyi nafasnya dalam kegelisahan.

Tulang punggung William tegak datar, mengerut alis panjangnya, kedua mata hitam menatap ke otak kecilnya, "dingin?"

Ellen tidak berkata, terhenti sejenak, dia mengigit biji keras tenggorokan William.

"Ellen! "William terkejut, memegang erat kedua bahu wanita ini, menarik keluar dari pelukannya.

Ellen cemberut, emosionalnya naik, dua lengannya merangkul ke leher pria itu, langsung menindih diatasnya, dengan marah mulut kecilnya merapat ke mulut pria itu.

William mendengus dalam-dalam, berusaha untuk menarik tubuh Ellen lepas dari badannya.

Kali ini Ellen benar-benar marah, dua tangan kecil memegang telinganya, bibir merapat ke bibirnya tanpa bergerak, sepasang mata didalam kegelapan kelihatan terang bersinar, dengan marah menatap ke William.

William, "........"

"Apakah kamu menyukai orang lain? "Ellen berkata dengan suara kecil, didalam katanya tersimpan ketakutan dan ketidak berdayaannya.

William mengerutkan alis matanya, melihat ke Ellen.

"Kita bertemu kembali sudah hampir dua bulan! "Ellen berkata.

Kelopak mata William bergerak, tangan di pinggangnya berubah memeluk punggungnya.

"Kamu tidak ingin memiliki aku? " Ellen menahan rasa malunya, menatap William dengan tajam, berkata serak.

William terkejut, mulai mengerti, megapa dia mempunyai kelakuan abnormal.

Dengan bibir lurus, melihat ke gaya kecil Ellen yang lagi kesal, hati mulai marah.

Tanpa menjelaskannya, William memegang tangannya dan menurun kebawah dalam.

Telapak tangan memegang sesuatu yang panas .....Mata Ellen menatap bulat, menatap William terkejut dan marah, menelan ludah.

Sangat menakutkan!

William mengedip mata dingin, "Kamu tidak mau menanggapi panggilan ini?"

Ellen, "......" muka merah!

tangannya sedikit gemetaran, "Paman, Paman Ketiga, aku tadi tidak berbuat apa-apa, tidak ada apa-apa, tidak berkata apa-apa. Hari ini kamu, hari ini kamu capek, benar, benar harus istirahat, istirahat. hehe....."

William marah sekali, menggertakan gigi dan berkata, "istirahat apa? kamu tak percaya aku? aku sekarang mau buktikan padamu, aku mau atau tidak!"

Setelah berkata, William memeluk punggung Ellen, memutarkan badan, menindih dia dibawahnya.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu