Hanya Kamu Hidupku - Bab 453 Wanita Sialan

Sandy menjilat bibirnya dan melihat ke Pani dengan wajah tidak senang, "Pani, mau bagaimanapun aku adalah ayahmu"

"Apakah aku ada berkata kamu bukan?" Tatapan menghina Pani membuat Sandy merasa semakin tidak senang.

Sandy mengerutkan alisnya, "Pani, ayah hanya ingin berbicara dengan kamu. Kamu tidak perlu bersikap seperti begitu kepada ayah! Kalau orang luar melihat, mereka akan mengira aku adalah musuhmu!"

"Berbicara?" Pani menghela nafas, "Boleh, bicara saja. Kamu mau berbicara tentang apa?"

Melihat ekspresi Pani yang tidak sabar, Sandy juga tidak bisa mengontrol ekpsresinya yang tegang, "Apakah kamu menyalahkan ayah kurang perhatian kepada kamu dalam beberapa tahun ini?"

"Tidak peranh antisipasi dengan hal itu, bagaimana bisa berkata menyalahkan?" Pani menundukkan kepalanya dan membaca buku inggrisnya dengan santai.

Melihat buku inggris yang dipegang Pani, Sandy berusaha menahan kemarahannya, "Ayah adalah pemimpin keluarga, bahu ayah harus menahan mata pencaharian keluarga kita yang terdiri dari 5 orang. Tekanan ayah juga sangat besar, makanya ayah sangat sibuk bekerja keras. Kalau ayah kurang memberi perhatian kepada kamu karena bekerja, kamu harus mengerti ayah"

Pani tidak berbicara.

Sandy mengerutkan alisnya, "Pani, kamu adalah anak pertama ayah. Sejak kecil kamu bersikap pengertian, mandiri dan kuat. Ayah mengetahui semua ini dan merasa sangat bangga di dalam hati. Ayah sudah menua, ada banyak hal sudah tidak sanggup melakukannya lagi. Jadi baru-baru ini ayah sering memikirkan satu hal"

Pani membalik halaman dan terus membaca bukunya.

"...." Sandy menahan keinginan untuk membuang buku yang dibaca Pani sekarang, "Kamu sekarang sudah kelas 12, bentar lagi sudah mau masuk kuliah. Ayah berharap kamu bisa kuliah jurusan manajemen, setelah kamu tamat, kamu bisa datang ke perusahaan untuk membantu ayah. Kalau kita bekerja sama, pasti bisa memperkembang perusahaan ke tingkat yang semakin tinggi. Bagaimana menurut kamu?"

Pani mengangkat sudut bibirnya dan melirik ke Sandy, "Kalau kamu bermaksud membiarkan aku mewarisi posisi kamu untuk mengurus perusahaan, aku bisa mempertimbangkan untuk masuk jurusan manajemen. Apakah kamu akan memberikan perusahaan kepada aku?"

Sandy, "......." Tiba-tiba tidak tahu harus berkata apa.

Pani tertawa dengan dingin, menutup bukunya dan melirik ke Sandy, "Aku masih harus sekolah hari ini, tidak bisa menemani anda berbicara lagi. Aku kembali dulu untuk sarapan"

Setelah itu Pani pun langsung berjalan kembali tanpa menoleh ke belakang.

Sandy menjilat bibirnya dan melihat ke bayangan belakang Pani dengan mata menyipit yang dingin, "Sebagai seorang gadis, sepanjang hari memikirkan hal yang tidak memungkinkan. Mau mewarisi perusahaan aku? Kiranya aku tidak ada anak putra?!"

Setelah selesai berkata, kedua mata Sandy pun semakin menyipit. Tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.

............

Kembali ke mansion, Pani melihat Reta, Troy Wilman dan Suli Wilman sedang sarapan di ruang makan.

Bulu mata Pani bergerak sejenak dan dia pun segera kembali ke kamarnya sendiri.

Pada saat Pani selesai mengganti baju, seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Pani mengambil tasnya dan membuka pintu, "Nenek"

Yumari tersenyum kepada Pani dan memberikan 2 kantong berwarna putih yang berisi roti dan susu kepadanya, "Makan di jalan"

"Apakah anda sudah makan?" Pani bertanya tanpa mengambilnya.

Yumari mengangguk, "Sudah?"

"Benar?" Pani bertanya.

Yumari tertawa dan meletakkan kantong di tangan Pani, "Buat apa nenek bohong kepadamu?"

Dengan satu tangan memegang kantong, Pani memeluk Yumari dengan satu tangan lagi, "Nenek, tunggu aku selesai ujian, aku akan pergi mencari kerja, setelah dapat uang aku akan membeli makanan enak untuk kamu"

"Nenek tidak mau makanan enak, asal kamu baik-baik saja" Yumari berkata.

"Hais, buat apa dramatis pada pagi-pagi?"

Sebuah suara wanita yang masam berdering.

Yumari sibuk mendorong Pani dan melihat ke Reta yang berdiri di lobi dengan senyuman di wajahnya, Yumari berkata dengan suara gemetaran, "Nyonya, anda, nyonya kecil dan tuan kecil sudah siap makan ya? Biarkan saya segera memberesnya"

"Kami tidak berani meminta anda memberes, anda adalah pahlawan 'generasi tua dinasti' keluarga 赵. Bagaimana bisa membiarkan tangan anda melakukan pekerjaan seperti ini?" Meskipun kata-kata Reta terlihat seperti tertuju kepada Yumari, tetapi pada saat dia berbicara, kedua matanya terus menuju ke Pani dengan penuh penghinaan.

Yumari merasa agak panik, "Saya adalah pembantu keluarga Wilman, tentu saja saya harus melakukannya"

"Tante 汪, anda sudah tua. Saya juga tidak tega membiarkan anda melakukan pekerjaan seperti mencuci baju dan memasak setiap hari. Lagian, anda juga sudah mencapai usia pensiun. Bagaimana kalau saya mencari orang untuk menggantikan anda saja? Agar anda tidak kesusahan" Reta berkata sambil menatap ke Pani dengan senyuman.

"Nyonya" Kedua mata Yumari langsung memerah, dia melihat ke Reta dengan tatapan penuh kasihan, "Saya tidak merasa kesusahan sama sekali. Saya bisa melakukan pekerjaan apa pun, anda jangan mencari orang untuk menggantikan saya"

"Anda lihat, anda sudah mau menangis" Reta tertawa.

Yumari menundukkan kepalanya dengan tubuh gemetaran.

"Haha"

Pani yang dari tadi tidak bersuara tiba-tiab tertawa dengan dingin.

Yumari mengangkat kepalanya dan melirik ke Pani.

Senyuman di Reta pun menjadi tegang, dia melihat ke Pani dengan alis mengerut dan mata menyipit, "Kamu sedang tertawa apa?"

"Aku tertawa karena ada seseorang yang patut diketawa" Pani berdiri di depan Yumari dan melihat ke Reta dengan kedua tangannya melipat di depan dada, "Ada kejahatan beberapa orang itu tumbuh di dalam tulang, mereka mengira mereka berposisi lebih tinggi dari pada yang lain, sehingga mereka sibuk menunjukkan identitas luar biasanya kepada orang lain dengan tidak sabar. Tetapi sebenarnya, bau basi di dalam tulangnya itu tidak bisa tertutupi oleh seberapa banyak parfum, malahan membuat orang merasa jijik!"

"Apa maksudmu?" Reta bertanya.

"Rasakan sendiri apa maksudku"

Nada suara Pani tiba-tiba menjadi melekat, "Kalau kamu bukan merasa hari-harimu terlalu enak, lebih baik bersikap lebih sopan kepada nenekku! Aku berbeda sama nenekku, aku ini sangat pendendam, kalau ada dendam, harus dibalas! Kalau kamu tidak percaya, bisa mencoba dan melihat apakah aku bisa membiarkan kamu melanjutkan kehidupan kamu sebagai nyonya kaya!"

Pani memang begitu, perbedaan cinta dan dendam sangat jelas. Dia tidak akan pernah bersikap lemah.

Daripada mengatakan kata-kata yang wanita ini tidak akan mengerti karena kecerdasannya yang rendah, mendingan langsung menunjukkan sikapnya dengan terus terang!

"Pani..." Yumari menarik baju Pani dengan gugup.

Buat apa melawan dengannya? Yang kesusahan nanti tetap kamu sendiri! Anak bodoh!

"Ha!"

Reta marah sampai tertawa, dia melirik ke Pani dengan kedua tangan di pinggangnya, "Dunia ini sudah terbalik! Pani Wilman, ternyata cara kamu berbicara dengan orang tua itu begini ya? Etika kamu dimana?"

"Waktu menghadapi kamu, kata etika sudah menghilang secara otomatis dari kamusku!" Pani tertawa.

"Pani, jangan berkata lagi. Anggap nenek meminta tolong!" Yumari berkata dengan nada suara bergetar.

Hati Pani terasa sakit, dia berusaha bersabar dan menoleh Yumari sebelum memegang bahu Yumari dengan lembut, "Dia yang mencari masalah duluan"

Yumari mengangguk, "Nenek tahu, nenek tahu"

Melihat ekspresi Yumari yang sedih, Pani mengigit bibirnya dan bersuara dengan serak, "Aku pergi sekolah dulu"

"...Iya" Yumari mengangkat tangannya dan menyeka air matanya yang mengalir, dia melihat ke Pani dengan senyuman yang terpaksa, "Pergi saja"

Pani mengangguk dan berputar balik badannya.

Reta marah sampai tubuhnya gemetaran, melihat Pani berjalan melewatinya, dia pun mengulurkan tangan untuk menarik Pani, "Pa...."

"Buat apa?"

Sebelum tangan Reta sempat menyentuh Pani, suara Sandy yang rendah pun berdering.

Reta berjalan kepada Sandy dengan wajah penuh kesedihan, "Sandy, kamu tidak tahu bagaimana Pani mengatakan waktu kamu tidak ada. Dia berkata aku...."

"Diam!" Sandy melirik kepadanya.

Reta terkejut, kesedihan di wajahnya pun semakin mendalam, "Sandy..."

"Apakah kamu tidak mendengar aku menyuruh kamu diam?" Sandy berseru lagi.

Kali ini, selain kesedihan, Reta juga terlihat malu.

Ini adalah pertama kalinya Sandy berteriak kepada Reta di depan Pani!

Suli Wilman dan Troy Wilman berdiri di ruang makan melihat seluruh kejadian ini.

Suli Wilman terlihat sangat ketakutan, sementara Troy Wilman mengerutkan alisnya dengan wajah penuh kemarahan.

Pani merasa kaget terhadap Sandy memihak kepadanya dan malah memarahi Reta, kedua kaki Pani yang berjalan menuju gerbang pun berhenti melangkah, Pani menoleh kepada Sandy dan Reta dengan alis mengerut.

Sandy melirik ke Reta dengan wajah yang serius dan tegang, setelah itu dia berjalan menuju lantai 2 sambil berkata, "Pani, kamu tunggu ayah sebentar. Ayah ganti baju dulu baru antar kamu ke sekolah"

Reta, Suli Wilman dan Troy Wilman menoleh kepada Pani.

Tatapan Reta dipenuhi oleh tidak puas, dia mengertakan giginya dan berkata, "Sandy, bagaimana dengan Suli dan Troy kalau kamu mengantar dia?"

"Bukannya masih ada kamu?"

Reta sedikit tidak bisa mengontrol diri, dia melirik ke Sandy yang sudah berjalan sampai lantai 2, "Tetapi kamu sudah berjanji mau mengantar Suli dan Troy ke sekolah hari ini!"

Kali ini, Sandy langsung mengabaikan Reta dan masuk ke dalam kamar.

Reta merasa sangat tidak puas, bahkan matanya sudah memerah, dia melihat ke Pani sambil mengertakan giginya dan berjalan ke lantai 2.

Pani berdiri di tempat selama 2 detik, kemudian meninggalkan rumah tanpa menunggu Sandy.

Melihat adegan ini, Troy Wilman berseru dengan dingin, "Wanita sialan!"

Mendengar kata-kata abangnya, Suli menggembangkan bibirnya dan melirik kepada abangnya sebelum berjalan pergi.

Troy melirik ke Suli dan berkata, "Gadis yang tidak ada kesadaran diri!"

"Aku tidak ingin berbicara dengan kamu!"

"Kamu mengira aku ingin berbicara dengan kamu?"

"Ya sudah!"

"......."

.....

SMA Weiran

Ketika Pani tiba di kelas, Ellen sudah berada di sana dan sedang mengerjakan soal.

Pani meletakkan tasnya di atas meja dan duduk di atas kursi, kemudian menarik nafas dengan dalam sebelum meletakkan tasnya di atas paha sebelum mengeluarkan buku dan soal latihan yang dia bawa pulang ke rumah kamarin.

"Ini" Ellen mengeluarkan kotak makan dari laci meja dan meletaknya di atas meja Pani, "Aku membawa sarapan untuk kamu, tante Darmi yang membuatnya"

Pani melihat ke kotak makan itu tanpa berkata apa pun, dia memasukkan tas kosongnya ke dalam laci meja sebelum mengambil pao taro dari kotak makan dan mulai makan.

Melihat Pani yang dari tadi tidak bersuara, Ellen pun berhenti mengerjakan soalnya dan menoleh ke Pani, "Kamu kenapa?"

"Tidak ada, hanya merasa waktu berlalu terlalu lambat. Aku berharap besok langsung ujian nasional!" Pani berkata.

"......."

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu