Hanya Kamu Hidupku - Bab 658 Anak Kesayanganku

Pani menarik sudut bibir dan menatap Sumi dengan tatapan tidak mengerti “Sumi, kamu sedang buat apa ?”

Sumi mengerut alis dan balik menatap Pani, wajahnya yang tampan penuh dengan jejak kebingungan “Bagaimana membuatnya ?”

Pani “……”

Dikarenakan kasihan terhadap tenggorokan anaknya, sehingga Pani tidak menghabiskan waktunya untuk menjelaskan cara membuat susu kepada Sumi, malahan langsung beranjak turun dari kasur dan menyiapkan sendiri.

Setelah melihat gerakan Pani yang begitu lancar dan terbiasa, Sumi berdiri di samping dan tidak berbicara.

Setelah menyiapkan susu dan mencoba suhu airnya, Pani baru meletakkan botol susunya ke dalam tangan Lian.

Pada saat memegang botol susu, Lian yang menangis tragis pada barusan bahkan langsung terdiam, kedua matanya yang hitam dan bulat terus menatap Pani dan Sumi yang sedang berdiri di sampingnya, setelah itu meneguk susu dengan gaya sombong.

Pani mengeluh nafas dan menghapus air mata di sudut mata Lian.

“Bukannya kamu bilang dia tidak akan menangis ya ?” Sumi bertanya.

Pani balik melotot Sumi “Kamu merasa anakmu bodoh ya ? Lapar juga tidak menangis ?”

Baiklah.

Sumi sudah terkalahkan oleh jawaban Pani.

Pani menahan pinggang sendiri dan duduk di sisi kasur, kemudian mengerut bibir dan melirik Sumi dengan tampang meremehkan “Kalian pria memang terlalu enak, selain memberikan apa itu, anak yang sudah dilahirkan bagaikan tidak berhubungan dengan kalian, kalian bisa lepas dengan begitu saja !”

Sumi “……”

“Kamu jangan memperlihatkan tampang polos. Kamu coba pikir sendiri, sejak Lian lahir di dunia ini, sudah berapa kali kamu memeluk dia ? Kamu pernah menggantikan popok dia atau memandikan dia ? Kamu bahkan tidak tahu bagaimana membuat susu, kamu tidak merasa kalau kamu sudah terlalu santai ya untuk menjadi seorang ayah ?”

“……”

“Kamu masih tidak mengizinkan Lian tidur dengan kita ! Sumi, untung saja Lian masih seorang bayi dan tidak mengerti apapun, kalau tahu ayahnya begitu tidak menyayangi dirinya dan tidak ingin menjaganya, dia mana mungkin mau menyapamu dengan sebutan ayah !”

“……”

“…. Mengenai popok, kamu coba lihat dulu popoknya sudah basah belum ?” Pani mengalihkan topiknya dengan cepat.

Sumi terbengong beberapa detik dan bertanya “Bagaimana cara melihatnya ?”

Jelasnya pertanyaan tersebut membuat Pani semakin meremehkan dirinya.

Pani memberikan sebuah tatapan ‘kamu tidak berguna’ kepada Sumi, kemudian berdiri dan melihat sendiri.

Sumi mengelus ujung hidung sendiri, rasanya sangat tidak berdaya.

Lian masih belum pipis, beberapa saat setelah menghabiskan susunya, dia lanjut ke alam mimpinya.

Pani menatap wajah anaknya yang sudah tertidur, hatinya langsung meleleh, sehingga mengecup ringan pada pipi Lian yang gendut dan berkata “Selamat malam, anak kesayangan ibu.”

Pani jarang sekali menampilkan reaksi yang begitu lembut dan penuh kasih sayang.

Meskipun kelembutan tersebut tidak tertuju kepada Sumi, namun Sumi tetap saja terus memperhatikannya.

Jadi ketika Pani berdiri dan menoleh kepala, dia langsung melihat Sumi yang menatapnya dengan tampang sedang jatuh cinta.

Pani sangat tidak berdaya dan melambaikan tangannya dengan santai “Sudahlah, sibuk setengah malam, sekarang Lian sudah tidur, kita juga harus istirahat.”

“Baik.” Sumi beranjak ke depan dan memeluk Pani bagaikan seorang penjahat, setelah itu melangkah ke atas kasur dan berguling bersamaan.

Pani sangat kaget, tubuhnya terjatuh ke atas kasur yang lembut dan besar, tubuhnya terkunci di dalam pelukan Sumi, setelah sejenak kemudian, Pani baru sadar kembali dan bernafas terengah-engah.

Pani mengerut alis dan melotot Sumi.

Namun Sumi memang sengaja menanti detik tersebut, sehingga ketika Pani menoleh kepalanya, dia langsung membungkam bibirnya.

Pani sangat geram, dia mengepal tangannya dan terus meninju dada Sumi “Su, Sumi, kamu hanya, hanya bisa trik ini ya ?”

Sumi selalu bertingkah seperti ini pada setiap kalinya, apakah dia tidak merasa bosan ya ?

“Suamimu masih sangat ahli untuk trik yang lainnya, waktu kita masih panjang, kita pelan-pelan mencobanya.” Sumi mencium bibir Pani dan tersenyum sendiri.

Pani bukan wanita yang tidak berpengalaman, sehingga langsung menyadari maksud pembicaraan Sumi, oleh sebab itu pipinya langsung memerah dan langsung mencubit lengan Sumi “Kamu pria tua mesum !”

“Kalau menyebut kata tua lagi, percaya tidak aku akan langsung mencabut gigimu ?” Sumi berkata dengan nada kejam.

“Kalau kamu tidak cabut, tandanya kamu memang pria tua !”

Pani menantangnya.

Sumi “……”

Pani merasa senang dan gembira ketika melihat Sumi yang tidak dapat membantah apapun.

Sumi mengerut alis dan melepaskan bibir Pani, kemudian meletakkan tangannya ke belakang kepala dan berbaring telentang.

Pani membalikkan badan dan tersenyum kepadanya, kemudian mengulurkan jarinya yang putih untuk menusuk pundak Sumi “Sumi, kamu bukannya mau mencabut gigiku ya ? Tidak jadi ya ?”

Sumi sangat geram dan balik melototnya.

Pani memindahkan tubuhnya untuk memeluk Sumi, kemudian menyandar di atas dadanya dan berkata “Tidur.”

Sumi mengerut bibir, satu tangannya lagi mengulur ke punggung Pani dan mengelus dengan lembut.

Setelah itu dia menatap mata Pani dengan tatapan dalam, beberapa saat kemudian bertanya “Kenapa tiba-tiba mau meminta Lian tidur bersama kita ?”

Setelah mendengar pertanyaan Sumi, Pani membuka matanya dengan perlahan-lahan, kemudian diam-diam menatap ke arah ranjang Lian.

Sumi mengulurkan tangannya yang ada di belakang kepala, kemudian memeluk Pani dengan kedua tangannya,”Aku tahu kamu pasti bukan karena keputusan mendadak. Kasih tahu aku, kamu hari ini keluar dengan Ellen, apakah terjadi sesuatu ya ?”

Meskipun Sumi sering terkesan bodoh ketika menghadapi Pani, namun di dalam pandangan masyarakat umum, Sumi tetap saja adalah pengacara yang teliti dan hebat, orang biasanya tidak akan sanggup mengelabui dirinya.

Pani mengangkat mata dan menatap Sumi, matanya muncul tatapan risau yang tidak terlalu jelas, namun Sumi tetap saja merasa cemas.

Kelihatannya tebakan dirinya sangat tepat, jelasnya memang sudah terjadi sesuatu.

Pani menghela nafas dan berkata dengan suara ringan “Pada saat aku dan Ellen belanja di Senayan, kami melihat seseorang.”

“Siapa ?” Sumi bertanya dengan tatapan serius.

“Linsan !” Pani menjawab.

Pada saat Pani menyebut nama “Linsan”, wajah Sumi yang tampan langsung bereaksi seram, tatapan matanya sangat dingin “Dia tidak mati di tangan Rusdi ? !”

Suara Sumi penuh dengan nada dingin, kejam dan menyindir.

Pani mengambil nafas, wajahnya mengelus ringan pada dada Sumi “Aku juga lumayan kaget. Pada saat melihat keberadaan Linsan, pemikiranku sama persis seperti kamu, Rusdi begitu kejam dan ganas, tetapi dia bahkan bisa meloloskan diri dari tangan Rusdi dan bahkan bisa keluar dengan bebas.”

Pani boleh saja tidak memperhitungkan Linsan yang telah menuduh dirinya dan juga tidak berkenan dengannya yang telah membuat dirinya dan Sumi berpisah selama empat tahun.

Namun Linsan bahkan menghasut Rusdi untuk menculik anaknya, Pani tetap saja akan berkenan apabila mengenai kejadian tersebut !

Pani bahkan berharap agar Rusdi jangan mengampuni Linsan ……

Sumi sedikit memejamkan mata dan menyimpan tatapan dingin di matanya, setelah itu menunduk kepala dan mengecup ringan pada dahi Pani “Bagus juga kalau belum mati. Selanjutnya, aku akan membuat dia menyesal karena tidak mati di tangan Rusdi.”

“Aku paling mempedulikan keselamatan Lian. Linsan sudah gila, aku khawatir setelah dia meloloskan diri dari tangan Rusdi, dia akan bertindak kejam terhadap Lian untuk membalas dendam kepada kita. Aku tidak takut apabila dia tertuju kepadaku, aku hanya cemas dengan Lian ….”

“Pani, aku tidak akan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyakiti kamu dan Lian. Sebelumnya dikarenakan Linsan telah mengandalkan kekuasaan Rusdi, makanya strategi liciknya dapat berhasil. Saat ini dia telah kehilangan bantuan dari Rusdi, karirnya juga gagal, pernikahan dirinya dan Thomas juga telah berakhir. Sedangkan ke depannya, hidupnya hanya akan semakin susah dan tragis, seandainya dia masih mementingkan nyawanya, maka dia tidak akan berani berniat buruk lagi.” Sumi berkata dengan nada dingin.

“…… Mungkin saja aku yang terlalu merisaukan ! Sesuai dengan penjelasan kamu, saat ini Linsan sudah tidak sanggup mengatasi masalah pribadi, mana mungkin ada waktu luang untuk mencelakai orang !” Pani tersenyum pahit.

Pada kenyataannya, Pani juga mengerti dengan maksud Sumi.

Namun dalam beberapa tahun ini, Linsan bahkan dapat mengembangkan kekuasaannya di antara empat keluarga besar.

Kali ini juga berhasil meloloskan dari tangan Rusdi, sehingga jelasnya kemampuan dan kehebatan dirinya sangat luar biasa, Pani yang menyadari hal tersebut juga terus merinding di hati.

Mereka bukan Rusdi yang mengabaikan norma dan hukum, sehingga juga tidak mungkin langsung memusnahkan Linsan.

Oleh sebab itu, saat ini Linsan telah bebas kembali, sedangkan mereka juga tidak memiliki solusi lainnya lagi selain mengantisipasi.

Bagaimanapun tidak ada orang baik yang tidak berani melanjutkan kehidupannya hanya dikarenakan takut terhadap orang jahat.

Hidup tetap saja harus berlanjut ! hal yang dapat mereka lakukan adalah melindungi diri sendiri dan orang di sisinya, agar tidak memberikan kesempatan kejahatan kepada orang yang ingin mencelakai mereka !

Setelah berpikir demikian, hati Pani yang tegang pada barusan juga kembali lega, dia menyandar di atas dada Sumi dan memejamkan mata, sejenak kemudian langsung ketiduran.

Sumi menatap wajah Pani yang sudah tidur nyenyak, namun tatapan seram di matanya malahan semakin kuat !

Suasana pertumbuhan Sumi berbeda dengan Pani, oleh sebab itu berbagai pandangan dan persepsi di dalam otak pemikiran mereka juga berbeda total.

Contohnya seperti menghadapi orang berbahaya seperti Linsan.

Penyelesaian Pani adalah meningkatkan kemampuan diri dan waspada di setiap waktu, agar tidak memberikan kesempatan kejahatan kepada Linsan untuk melukai orang di sisinya.

Namun penyelesaian yang dipikirkan oleh Sumi adalah bagaimana memusnahkan ancaman tersebut dalam waktu yang paling singkat, agar dapat menghindari semua kemungkinan yang membahayakan.

Demi mencapai tujuannya, dia tidak berkenan untuk bertindak kejam apabila keadaannya memang memerlukannya.

…….

Pada keesokan harinya, Sumi langsung keluar rumah ketika selesai sarapan, Pani mengira dirinya hanya berangkat ke kantor pengacara, sehingga juga tidak banyak bertanya.

Setelah Sumi keluar dari rumah, Pani dan Siera mendorong kereta bayi sambil bermain di taman bunga.

Pada pertengahannya, Siera diam-diam melirik dirinya, namun tidak mengatakan sesuatu.

Pani menyadari tatapannya, namun dia tidak balik bertanya.

Mungkin saja Pani telah dapat menebak apa yang ingin dikatakan oleh ibu mertuanya.

Sandy sepertinya mengidap kanker dan masuk rumah sakit, dalam persepsi Siera pada saat ini yaitu meskipun mereka memiliki permasalahan, Pani juga harus melepaskannya untuk sementara ini.

Meskipun terkesan berdarah dingin dan tidak berperasaan, namun Pani hanya tidak ingin berhubungan apapun lagi dengan Sandy !

Lagi pula biasanya orang jahat akan berumur panjang, sehingga dia sama sekali tidak percaya kalau Sandy akan mengidap kanker !

Jelasnya hanya sekedar drama yang direncanakan oleh mereka saja ! Biarpun Sandy rela akting sendiri, namun Pani tidak rela untuk menjadi orang bodoh yang menyaksikan dramanya.

……

Pada salah sebuah hotel di kota Tong, seorang wanita yang mengenakan kaos abu-abu dan celana jeans sedang duduk di samping kasur dengan tubuh gemetar, matanya yang merah terus melotot pada lelaki mulia yang berdiri di hadapannya, setelah itu dia bertanya dengan suara yang serak “Kenapa ? Setelah tahu aku dilepaskan oleh Rusdi, sekarang sudah tidak sabar untuk membunuhku ya ?”

Tatapan mata Sumi yang dingin terus melotot Linsan yang tidak mempedulikan penampilan dan citra diri, suaranya menjadi semakin seram “Membunuh kamu ? Aku takut kalau darahmu akan mengotori tanganku !”

Setelah mendengar kata-kata Sumi, seluruh wajah Linsan menjadi sangat pucat, dia menggigit gigi dan melotot Sumi “Kalau begitu buat apa kamu ke sini ? Sengaja menertawai aku ya ?”

Menertawai ? Dia tidak pantas !

Sumi tersenyum sinis dan berkata dengan perlahan-lahan “Bukan, aku datang untuk mengantarmu ke sebuah tempat yang indah !”

“…….”

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu