Hanya Kamu Hidupku - Bab 429 Aku Tidak Akan Memaafkanmu

William kemudian berkata dengan santai, lalu berjalan ke arah Ellen dan duduk di depannya, saatm mengangkat sumpit, dia melirik Ellen, “Apakah kamu tidak lapar? Makanlah.”

Ellen duduk secara perlahan sambil menatap William dengan hati-hati, “007 adalah mantan kolegaku saat aku bekerja di majalah kota Rong, karena dia sangat menyukai film ini, maka kolega kita memberinya nama panggilan itu. Karena aku mengundurkan diri dengan tiba-tiba, ada beberapa hal yang belum tersampaikan dengan jelas, dia tadi menelepon untuk menanyakan hal itu.”

“Aku tahu, ayo makan.” William mengambil beberapa sayur untuk Ellen, suaranya jernih.

Ellen menatap sayur di mangkuk, mengerutkan bibir diam-diam, mengambil sumpit dan mulai makan. Setelah beberapa suap, dia tidak tahan dan mengangkat kepala melihat William dan berkata, “Semuanya akan segera selesai.”

William tidak mengatakan apa-apa, hanya terdiam dan mengambil sayur untuk Ellen lagi.

Mata Ellen berkedip ringan, dia tidak mengatakan apa-apa, menundukkan kepalanya kembali untuk makan.

Pada saat ini.

William mengangkat matanya dan menatap Ellen dengan penuh arti.

…….

Setelah makan siang, William kembali ke ruang belajar, dan Ellen kembali ke kamar lantai dua untuk menelepon Ghost.

“Apakah kamu baik-baik saja?” Ghost langsung bertanya.

Ellen menyipitkan matanya, "Abang Ghost, kamu adalah pengawal terbaik Thomas Mu, terbaik diantara yang terbaik, jika orang lain tahu kamu begitu suka bergosip, Apakah baik?”

“Gadis, kamu bisa memanggilku abang, atau namaku. Abang Gui?Kenapa aku merasa aneh saat mendengarnya?” ucap Ghost.

"Aku masih berpikir namamu benar-benar tidak cocok dengan imagemu? Kenapa kamu tidak mengganti namamu?" Ellen tertawa.

"Baiklah, aku mengaku kalah. Abangmu ini tidak akan bisa mengalahkanmu. Mari kita bicara tentang bisnis." gumam Ghost.

Ellen mengerutkan bibirnya dan senyum di wajahnya menjadi serius, “Katakanlah."

“Semua seperti yang kamu bayngkan. Orang itu sudah diam-diam menyuap pimpinan rumah sakit, sudah mengetahui ruang VIP ‘Vania”, dan mengendalikan shift rumah sakit, serta waktu pemberian obat Vania. Aku tebak, dia akan bertindak dalam dua hari ini.” Kata Ghost.

Mata Ellen menyeringai, "Dia selalu melakukan hal-hal dengan hati-hati. Sebelum dia bertindak, dia pasti akan memastikan segalanya."

"Tenanglah. Untuk rumah sakit semua telah diatur dengan benar, aku sendiri yang memperhatikannya, tidak akan ada kesalahan. Dia tidak akan menyadari apa-apa" Kata Ghost dari telepon.

Ellen berkata, “Aku tentu saja percaya denganmu, Abang Gui.”

"... Ellen, apakah kamu tidak memberi tahu pamanmu tentang hal ini?" Ghost terdiam dan berkata.

Mendengar Ghost yang menyebut William, Ellen terdiam, mengerutkan kening, dan nada suaranya berbeda, “Kamu masih bertanya? Tadi saat kamu menelepon, teleponku kutaruh di ruang tamu, kebetulan paman ketiga sedang berada disana, dia mengambil telepon ke ruang makan untuk mencariku, dan bertanya siapa itu 007, aku hampir mati.”

"Apa?"

Ghost langsung berkata, “Kamu mengganti namaku menjadi 007?”

"... Benar." Ellen menyeringai.

“Ada-ada saja kamu Ellen, haha, kamu benar-benar usil.” Ghost tertawa terbahak-bahak.

Ellen mengerutkan bibirnya dan mendengus, "Abang Gui, kamu harus memperhatikan image pahlawanmu itu, kalau kamu tertawa seperti itu, kamu akan ditertawakan oleh orang lain.”

Ghost sangat tinggi, seluruh badannya berotot, dan walaupun dia termasuk tampan, tetapi saat orang lain menatapnya mau tidak mau pasti merasa tertindas, wajahnya tidak menunjukkan bahwa dia orang yang mudah diajak berbicara. Siapa yang bisa menyangka bahwa sebenarnya dia adalah orang yang sangat humoris.

Singkatnya, penampilan dan kepribadiannya, sangat tidak sesuai!

“Aku lihat siapa yang berani meremehkanku, Aku akan menghancurkan giginya!” Kata Ghost dengan suara keras.

Ellen pun berkata, “Abang Gui, sebenarnya waktu yang tepat untuk memberi tahu paman ketiga adalah saat aku memutuskan akan melakukan hal ini. Tetapi, saat itu paman ketiga tidak memperbolehkan ku untuk ikut campur, dan aku juga sedang tidak bisa berpikir dengan benar, hanya teringat bahwa paman ketiga tidak mengizinkanku ikut campur, jadi aku mengambil keputusan untuk tidak memberitahunya. Sekarang setelah aku sudah akan menjalankan hal ini, jika aku memberitahunya, aku tidak tahu akan bagaimana. Lagipula…”

"Lagipula apa?"

“Aku merasa aku bisa menyelesaikan hal kecil sendiri. Aku tidak ingin setiap kali bertemu masalah, langsung bersembunyi dibalik paman ketiga, hanya melihat dia terluka didepanku… Tentu saja, aku juga bukannya merasa tidak aman dilindungi paman ketiga. Masa depanku bersama paman ketiga masih sangat jauh, aku bisa bersembunyi dibaliknya selama sepuluh tahun, bahkan dua puluh tahun. Tapi bagaimana dengan tiga puluh sampai empat puluh tahun kedepan?Orang pasti akan merasa lelah. Jadi aku rasa, melalui hal ini, aku ingin membuktikan kepada paman ketiga bahwa aku sudah dewasa, bahwa aku bisa melewati segala kesusahan bersama dengannya. Bukan dia sendiri yang menanggung segalanya. Yang ingin aku lakukan, ingin aku buktikan, hanya hal itu.” Ellen berkata dengan sejujurnya.

Setelah mendengar penjelasan Ellen, Ghost terdiam beberapa saat, kemudian tertawa dan berkata, “Aku rasa, paman ketiga mu pasti bisa menerima niat baikmu.”

Ellen mengernyit, kemudian mengangkat alis dan tertawa, dia tidak berpikir terlalu jauh.

Disaat yang sama.

Di ruang belajar.

Di samping jendela terlihat sosok yang berdiri tegak, dia mendengus dan menurunkan telepon dari telinganya, “Jangan mengira dengan beberapa kata yang enak didengar, aku akan menjadi tenang dan memaafkanmu! Aku tidak akan memaafkanmu!”

Jika Ellen mendengarkan ini, sepertinya dia akan memarahi seseorang “berhati batu”

...

Tengah Malam.

Ellen merasa bahwa sesuatu akan terjadi malam ini, atau bahwa Venus akan tidak sabar dan bertindak malam ini, jadi walaupun dia berbaring di tempat tidur yang lembut, dia tidak bisa tidur.

Sekitar pukul dua pagi, ponsel Ellen di meja samping tempat tidur tiba-tiba berdering.

Ellen langsung terkejut, dan mengambil ponsel di belakangnya dengan tergesa-gesa, setelah dia melihat panggilan itu dari Ghost, Ellen langsung melirik William yang telah tidur lelap disampingnya. Dia pun bangkit dari ranjang dengan pelan, berjalan ke samping jendela kemudian mengangkat telepon.

Untuk dapat tetap mengawasi William, Ellen mengahdap kearah ranjang, sepasang matanya tidak berkedip mengamati William, dan berbisik, “Abang Gui.”

“Ellen, aku sedang dibawah rumahmu, apakah kamu bisa turun?”

Ellen mengecilkan suaranya agar tidak membangunkan William.

Ghost ·yang menyadari hal itu juga berkata dengan suara yang kecil, mengakibatkan Ellen hampir tidak mengerti apa yang diucapkannya.

Ellen mengedutkan bibirnya, "Apa yang terjadi?"

“Orang itu pergi ke rumah sakit. Aku pikir mungkin saat ini kamu ingin pergi untuk melihat apa yang akan terjadi.” ucap Ghost

Ellen menutup matanya.

Tidak diduga Venus kali ini benar-benar tidak sungkan.

Ellen menggigit bibirnya dengan ringan, melihat William ragu selama tiga detik, dan berkata, "Oke, aku akan segera turun."

"Aku akan menunggumu," kata Ghost

Ellen menutup telepon dan berjalan diam-diam ke tepi ranjang, tangannya bertumpu di ujung ranjang, menatap William, "Paman ketiga, paman ketiga..."

Setelah dua kali memanggil, tidak ada respon dari Wiiliam Dilsen.

Ellen menghela napas dan berjalan ke ruang ganti.

Pada saat dia keluar dari ruang ganti lagi, dia sudah mengganti baju.

Ellen melirik William, matanya berkedip bingung, dan dia berjalan lagi ke tempat tidur dengan gelisah, "Paman ketiga..."

William masih tetap tertidur.

Ellen merasa lega dan berjalan menuju pintu kamar dengan cepat.

Tidak lama kemudian.

Pintu terbuka dan menutup dengan pelan.

Pada saat ini.

William, yang tertidur dengan mata tertutup, membuka matanya, melompat dari tempat tidur dengan kening berkerut, dan pergi ke ruang ganti.

Dalam waktu kurang dari satu menit, William, mengenakan kemeja lengan panjang hitam dan celana panjang hitam, melangkah keluar dan melangkah menuju pintu.

...

Pukul setengah empat malam.

Seseorang berpura-pura mengenakan baju perawat, dan masker putih perlahan mendorong kereta medis ke bangsal VIP yang dijaga oleh dua pengawal berseragam.

Perawat mendorong kereta medis ke arah dua pengawal, "Nona Dilsen harus mengganti obat."

Kedua pengawal mundur untuk membiarkannya lewat.

Perawat itu mengangguk pada keduanya dan melangkah maju untuk membuka pintu dan berjalan masuk.

Setelah berjalan masuk, perawat berbalik untuk menutup pintu dan mengunci kunci dengan pelan.

Dia segera mendorong kereta dan melangkah kea rah Kasur yang terletak di tengah ruangan.

“Apakah kamu datang untuk mengganti obat?”

Perawat itu tidak menyalakan lampu ketika dia masuk.

Langkah kaki perawatpun terhenti.

Sampai saat ini, dia sama sekali tidak curiga bahwa yang terbaring diatas kasur bukanlah Vania.

Karena suara yang terdengar sudah pasti suara Vania!

Venus membuka maskernya sampai dibawah bibir, melanjutkan langkahnya dan tidak menghiraukan pertanyaan “Vania”

“Kenapa kamu tidak menyalakan lampu?” Vania bertanya lagi, suaranya terdengar sangat lemas.

Venus mendorong kereta sampai ke pinggir Kasur, dari bagian bawah kereta yang ditutupi kain itu, dia mengeluarkan sebuah pisau, dan sebuah tabung jarum yang sudah berisi obat, kemudian berjalan menuju kearah Vania.

Sambil meletakkan tabung jarum di sisi bantal Vania, dia dengan cepat duduk di samping tempat tidur, menutup mulut Vania dengan satu tangan, dan menempatkan pisau di leher Vania dengan tangan yang lainnya. Dia berkata, "Berjanjilah padaku, jangan bersuara, kalau tidak, aku akan menaruh pisauku di tenggorokanmu! "

“Um.um.” Vania berguman dan menggigil ketakutan, sambil menganggukkan kepala.

Venus perlahan melepaskan tangan Vania dan memandang Vania dengan cahaya redup yang masuk melalui jendela.

Vania sepertinya telah kehilangan banyak berat badan, wajahnya agak cekung, tetapi dari mata dan bibirnya masih bisa dipastikan bahwa dia adalah Vania.

Benar juga.

Setelah kejadian itu, jika dia masih berpenampilan elegan seperti dulu, maka hatinya benar-benar sudah kebal.

Venus bergumam, memicingkan mata ke arah Vania, "Apakah kamu tahu bahwa ayah dan kakakku sudah mati karena kamu?"

"Vania" tidak berani berbicara sama sekali, matanya dipenuhi air mata ketakutan, dan dia terus memandangi pintu bangsal.

Sayangnya, pintu bangsal terbuat dari kayu asli yang kokoh, bukan jenis pintu kayu yang rapuh.

"Vania, kamu adalah wanita busuk, aku tidak tahu berapa banyak pria yang sudah menidurimu sebelumnya. Mengapa kamu bertingkah seperti seorang perawan? Kamu seharusnya senang bahwa masih ada pria yang mau menyentuh kamu!" Venus Melihat Vania dengan jijik, "Tapi ayahku meninggal karena dia menyentuh wanita sepertimu. Ayahku mati secara tidak adil!"

“Kamu, apakah kamu Venus?” Vania bertanya dengan gemetaran.

"Kamu baru tahu." Venus menusuk sedikit pisau di tangannya ke leher Vania dan mencibir. "Vania, kamu benar-benar berotak babi. Tahukah kamu? Kamu sama sekali tidak mewarisi kepintaran keluarga Dilsen.Wanita bodoh dan impulsif sepertimu layak dianggap senjata oleh orang lain!"

Novel Terkait

Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu