Hanya Kamu Hidupku - Bab 422 Ditambah Kamu Seorang Juga Tidak Sempit

Ellen menerima balasan pesan WeChat Thomas pada pagi hari berikutnya.

Setelah Ellen melihat balasan pesan dari Thomas, dia merasa sangat senang.

Ellen mengira harus menunggu beberapa hari.

Ellen mengetahui meskipun mereka suka berkata panjang lebar terhadap orang lain, tetapi mereka tidak suka orang lain berkata panjang lebar terhadap mereka, jadi Ellen langsung mengatakan tujuannya dengan singkat dan jelas.

Pesan dikirimkan.

Ellen juga tidak berkeberatan untuk menunggu sehari lagi, dalam waktu yang tidak sampai satu jam, Thomas telah membalasnya.

Isi pesan yang dibalas sangat sederhana, “Hubungi dia”, ditambah dengan nomor HP.

Setelah menerima balasannya, Ellen dengan senang hati mengirimkan sebuah stiker terima kasih.

……

Kemarin William keluar untuk pergi menemui Sumi, tetapi siang hari ini, William keluar untuk pergi ke perusahaan.

Hansen dan Louis tiba di pavilion pada jam sepuluh pagi.

Ketika mereka berdua melihat Vima, mereka terlihat sedikit kaget. Tetapi dengan cepat mereka menutupi rasa kaget ini.

Tujuan Hansen dan Louis datang hanya satu, yaitu untuk melihat Ellen yang sedang hamil.

Jadi, ketika mereka berdua melihat Vima, mereka hanya saling menyapa dengan sopan.

Kemudian Louis dan Hansen segera menfokuskan perhatian mereka kepada Ellen, dan menanyakan keadaannya.

Ketika Louis dan Hansen sedang berkata, Ellen mendengarkannya dengan tersenyum, dan sabar.

Sebenarnya.

Sikap Ellen yang seperti ini, merupakan sikap yang biasanya dia gunakan dalam menghadapi Hansen dan Louis.

Bukan karena ada keberadaan Vima, Ellen baru bersikap seperti ini.

Tetapi ketika Vima melihat hubungan antara Ellen dengan Hansen dan Louis, hatinya terasa tidak enak.

Karena terlihat terlalu harmonis.

Semakin mereka terlihat harmonis, Vima semakin merasa tidak dapat bergabung dengan mereka, terutama dengan Ellen.

Ini membuat Vima merasakan bahwa dirinya seperti orang luar!

Perasaan seperti ini, membuat Vima merasa sangat sedih.

Jadi, Vima yang awalnya ingin mencoba untuk bergabung dengan mereka, perlahan menyerah, dia duduk di sofa yang berhadapan dengan Ellen, Hansen, dan Louis dengan diam, ekspresinya terlihat kesepian, terkadang dia tertawa sendiri, dan tersenyum pahit.

Meskipun Ellen sedang berbicara dengan Louis dan Hansen, tetapi dia juga menoleh Vima dengan diam-diam.

Melihat ekspresi wajah Vima, Ellen mengedipkan matanya, lalu dia kembali melihat Louis dan Hansen dengan tersenyum.

……

Louis dengan Hansen sepertinya merasakan kesepian Vima, setelah makan siang, mereka menasihati Ellen sejenak, kemudian mereka segera meninggalkan pavilion.

Setelah Ellen mengantar Louis dan Hansen, dia pun berjalan kembali ke ruang tamu.

Vima segera bangkit dari sofa, sambil menarik kedua tangannya, dan berkata dengan menatap Ellen, “Ellen, apakah aku tinggal di sini, akan menganggu kalian?”

Ellen berhenti, dia menatap Vima, sambil mengernyit, “Pavilion begitu besar, ditambah kamu seorang juga tidak sempit.”

“……Aku, aku takut karena keberadaanku, membuat kalian merasa tidak nyaman.” Vima berkata.

Ellen mengerutkan bibirnya, dia berbalik, dan menatap Vima, “Jika kamu ingin pulang, pulang saja, dan tidak perlu mencari alasan.”

“Aku……”

Vima menarik tangannya dengan lebih erat, “Aku hanya merasa, aku tidak dapat bergabung dengan kalian.”

“Jadi?” Ellen berkata.

Vima melihat wajah Ellen yang dingin, matanya tiba-tiba memerah, “Ellen, aku adalah ibu kandungmu. Kakek Dilsen selalu memperlakukan kamu dengan baik, aku tidak dapat berkata apa pun jika kamu dekat dengannya. Tetapi, kenapa kamu dapat begitu dekat dengan Louis, tetapi……”

“Tetapi tidak ingin memaafkanmu, dan mengatakan hubungan kita tidak dapat kembali lagi seperti empat tahun yang lalu?”

Ellen menatap wajah Vima yang tampak menyedihkan, dan meneruskan perkataannya dengan tenang.

Vima tersedak sambil menatap Ellen, dan tidak dapat berkata apa pun.

“Karena Vania tidak cocok denganku, dan juga pilih kasih paman ketiga terhadapku, wanita itu tidak terlalu menyukaiku, dan selalu berpendapat terhadapku. Tetapi apakah itu menjadi masalah?”

Ellen tersenyum, “Aku tidak peduli! Karena aku tidak pernah berharap kepada wanita itu. Apakah kamu mengetahui hal apa yang paling kejam? Bukan seseorang memperlakukanmu dengan tidak baik pada awal. Melainkan jika seseorang memperlakukanmu dengan baik, dan di dalam kebaikan ini terdapat sebuah pisau yang sangat tajam.”

Bagaimanapun Louis dengan Vima tidak dapat dibandingkan.

Ellen tidak pernah berharap kepada Louis, jadi ketika Louis memperlakukannya dengan tidak adil, dan jika tidak menyakitinya, Ellen masih dapat menahannya.

Apalagi.

Saat ini Louis memperlakukan dirinya, dan anak-anak dengan tulus.

Melainkan Vima.

Setiap kali meminta maaf padanya, kali yang mana wanita itu tidak melakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus.

Seperti Ellen adalah orang yang sangat penting, dan paling berharga di dalam hatinya.

Setelah kamu memaafkannya, wanita itu akan menghancurkan hati yang tulus itu, di hadapanmu lagi!

Wanita itu menghancurkan hatimu, setelah kamu merasa pulih, wanita itu akan datang mencarimu untuk meminta maaf padamu lagi, dengan tampak menyesal, dan bersalah.

Dibandingkan dengan Louis.

Vima seperti ini, terlihat lebih kejam!

“Ellen……”

“Apakah kamu tahu, aku lebih memilih kamu memperlakukanku dengan kejam?”

Ellen menatap Vima, dan berkata dengan dingin, “Aku tidak sanggup untuk menerima ini, harapanku yang telah dihancurkan berkali-kali. Jadi apakah aku boleh minta tolong padamu untuk jangan melakukan sesuatu yang dapat menyakiti orang lain, agar menunjukkan kamu adalah orang yang baik?”

“Apakah aku di dalam hatimu, begitu palsu?” Suara Vima terdengar serak.

“Posisimu di dalam hatiku, seharusnya dirimu yang lebih jelas dari pada aku.” Ellen berkata.

Vima tiba-tiba menutup kedua matanya, air matanya menetes, “Jika aku di dalam hatimu, begitu tidak pantas. Baiklah, Ellen, aku menghargaimu. Karena kamu begitu tidak ingin berhubungan apa-apa denganku, maka sejak hari ini, aku tidak akan datang untuk mencarimu lagi, agar tidak menganggu kehidupanmu lagi.”

Ellen mengepalkan tangannya, dan menatap Vima dengan dingin.

“Terakhir……”

Vima membuka matanya, dan menatap Ellen dengan menahan air matanya, “Mohon bantuan Nyonya Dilsen.”

Nyonya Dilsen……

Saat ini.

Ellen benar-benar merasakan ada sebuah kekuatan yang tak terlihat membuat hatinya terasa sangat sakit.

Wajahnya menjadi pucat, dia merapatkan bibirnya, sambil menatap Vima.

“Aku, aku tidak pandai membawa mobil. Mohon Nyonya Dilsen meminta supir anda, untuk mengantarku.” Vima menatap Ellen dengan tenang, “Terima kasih.”

Ellen menghela nafas, pada saat ini, dia juga menangis.

……

Suno mengantar Vima untuk pulang, sebelum Vima meninggalkan pavilion, Ellen dengan Vima tidak berkata apa pun, mereka berdua, terlihat seperti musuh.

“Nona, kenapa harus begini?”

Darmi melihat mata Ellen memerah, dan duduk di atas sofa dengan bengong, dia merasa kasihan, dan berjalan ke hadapan Ellen untuk berkata sambil menatapnya.

Ellen berusaha untuk membuka matanya, agar air matanya tidak menetes, “Bibi Darmi, anda jangan menertawakanku setelah aku mengatakannya.”

Darmi menggelengkan kepalanya, “Untuk apa aku menertawakanmu?”

Ellen mengerutkan bibirnya, dan menatap Darmi, “Terhadap wanita itu, aku sungguh tidak merasakan rasa aman.”

“Um.” Darmi melemparkan senyuman kepada Ellen, “Bibi Darmi mengetahuinya. Ini bukan masalahmu. Siapa pun yang mengalami masalah yang kamu alami, tentunya tidak dapat merasa lega pada waktu yang singkat. Aku rasa, jika wanita itu dapat berpikir di sisimu, dia pasti akan memahami keputusanmu.”

Ellen menatap Darmi, dan berkata, “Bibi Darmi, jika dapat menjadi anak anda, pasti akan merasa sangat bahagia.”

Darmi tertegun, kemudian dia tersenyum, dan menuju ke dalam dapur untuk mengambil buah.

Ellen melihat Darmi berjalan ke dalam dapur, ekspresi di wajahnya membeku, matanya yang merah, perlahan-lahan menjadi normal.

……

Dalam perjalanan menuju villa keluarga Rinoa, Suno yang mengendarai mobil merasa sangat canggung.

Karena Vima yang duduk di belakang, sejak meninggalkan Coral Pavilion, mulai menangis.

Suno ingin berkata sesuatu untuk menenangkannya, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa.

Jika tidak menenangkannya, maka akan terlihat dingin.

Suno merasa bingung dan menghela nafas di dalam hatinya.

Pada saat ini juga.

Ponsel Suno berdering.

Suno pun melihat ponselnya, yang meneleponnya adalah Ellen, kemudian dia mengambil earphone bluetooth dan memakainya, lalu dia mengangkat panggilan itu, “Nona.”

Tidak diketahui apa yang dikatakan oleh Ellen, kelopak mata Suno terkulai, dan terlihat sedikit gemetaran.

“Anda mengatakan nona keempat sudah bangun, dan anda ingin pergi ke rumah sakit untuk melihatnya?”

Nona keempat……

Vania Dilsen?

Awalnya Vima yang masih terisak-isak, setelah mendengar perkataan itu dia segera mengangkat kepalanya dan menatap Suno.

Suno secara tidak sengaja melihat tatapan Vima yang menatapnya, dia mengerutkan bibirnya dan lanjut berkata, “Baiklah nona, setelah aku mengantar Nyonya Rinoa, aku akan segera kembali ke pavilion untuk mengantarmu.”

Setelah selesai berkata, Suno tertegun dua detik, kemudian dia melepaskan earphone Bluetooth yang dikenakan, dan meletakkannya ke tempat semula.

Suno kembali memegang stir mobil dengan tenang, “Seperti tidak terjadi apa-apa”, um, dan dia perlahan melajukan kecepatannya.

“……Maaf, apakah Ellen yang meneleponmu tadi?” Vima mengulurkan lehernya, dan bertanya kepada Suno sambil menatapnya.

Suno segera menatap Vima dari kaca spion, dengan ekspresi yang “Tenang”, “Iya, Nyonya Rinoa.”

“Tadi anda mengatakan, nona keempat sudah bangun? Nona keempat, apakah itu Vania Dilsen?” Vima bertanya dengan hati-hati.

“Um.” Suno berkata.

Setelah memastikan Vania sudah bangun, Vima menghela nafas, dan mengedipkan matanya, lalu dia tidak lanjut menanyakannya lagi.

Untungnya Suno menerima panggilan dari Ellen, dan pada perjalanan seterusnya, hingga tiba di villa keluarga Rinoa, Vima tidak menangis lagi.

“Telah menganggu anda.”

Vima keluar dari mobil, dan menatap Suno.

Suno mengangguk kepada Vima, “Tidak apa-apa Nyonya Rinoa. Sampai jumpa.”

“Um.” Vima mengangguk, dan memundurkan langkah kakinya.

Suno segera berbalik, dan mengendarai mobil menuju ke luar villa.

Vima melihat mobil Suno menjauh, lalu dia berdiri di tempat semula sejenak, kemudian dia menyampingkan tubuhnya, untuk melihat villa itu, lalu dia berbalik, sambil mengerutkan bibirnya dan berjalan dengan cepat untuk menuju pintu villa.

Setelah berada di depan pintu, ketika Vima sedang hendak mengulurkan tangannya untuk membuka pintu, tetapi sebelum dia membukanya, pintu itu terbuka terlebih dahulu di hadapannya.

Melihat suasana di dalam, yang tampak mengerikan dan horror, Vima seketika membeku.

Novel Terkait

Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu