Hanya Kamu Hidupku - Bab 384 Dasar Anak Keras Kepala

Ellen tertegun.

“ Pada saat itu, bahkan paman ketigamu juga tidak tahu setelah itu apa yang akan terjadi. Tidak perlu membicarakan dengan begitu jelas, kamu itu diadopsi oleh Keluarga Dilsen atau diadopsi oleh keluarga Nulu.” Kata Sumi.

“ kenapa aku sendiri tidak tahu ini?” Ellen mengerutkan keningnya menatap Sumi.

“Walaupun kamu diadopsi atas nama ibu dan ayahku, tapi sebenarnya Williamlah yang membesarkan, merawat dan menjagamu. Karena itulah, mengatakannya atau tidak, tidak perlu terlalu buru-buru?” Sumi menggandeng Ellen berjalan masuk ke belakang panggunng.

Siera dan Samoa sudah duduk di bangkunya, lalu tersenyum melihat Ellen.

Hati Ellen sedikit berat, “Saat itu Paman ketiga juga tidak memberitahu hal ini kepadaku.”

Ketika awal tahu kalau paman ketiga punya perasaan kepadanya, Ellen cukup ketakutan.

Tapi dalam kondisi semcam itu, paman ketiga sanggup menyembunyikannya dan tidak mengatakannya pada Ellen.

Jika di saat itu, dia mengatakannya pada Ellen, kalau dia sebenarnya diadopsi oleh Kakek Nulu dan Nenek Nulu, Ellen mungkin.....

Tanpa berpikir lebih jauh lagi, Ellen langsung menggelengkan kepalanya.

Sebenarnya perlawanan dan ketakutan waktu itu bukan karena masalah diadopsi atau tidak.

Tapi dia benar-benar tulus memandang William sebagai senior atau orang dalam keluarga yang lebih tua. Jadi meskipun William memberitahu hal itu pada saat itu, dia tetap saja akan ketakutan dan tidak berdaya.

Memikirkan hal ini.

Ellen menghela nafas berat lalu melihat Sumi dan bergumam, “Paman Sumi, kalian itu ya, benar-benar terlalu licik kok. Jelas-jelas aku diadopsi oleh Kakek Nulu dan Nenek Nulu, tapi kalian masih saja memaksaku memanggil kalian paman, membuat seolah kalian itu lebih sangat tua dariku saja, keterlaluan kalian ini ya!”

Sumi menunjuk-nunjuk Ellen, “Kamu yang omong sembarangan kan? Jelas-jelas kamu yang memutuskan duluan untuk memanggil William dengan sebutan paman. Kamu memanggilnya Paman William, lalu kamu mau panggil kita semua kakak? Jika seperti ini, kami berarti kelihatan lebih muda satu generasi dari William, aku tidak mau sekali kalau jadi begitu!”

Ellen tertawa, “Kalian ini ya ada-ada saja. Tidak memperebutkan siapa yang bosnya atau yang tertua, malah memperebutkan generasi ke berapa. Benar-benar sayang sekali, pria tua seperti kalian yang umurnya mau tiga puluhan itu, atau tiga pulu lebih itu, tapi masih saja kekanak-kanakan sekali!”

“Cih.” Sumi memicingkan matanya lalu berkata dengan kesalnya, “Ayah ibu, lihat nih dia. Baru saja naik satu generasi saja, sekarang begitu saja tidak punya aturan dalam berbicara, sampai bicara yang tidak-tidak!”’

Ellen menjulurkan lidah mengejeknya.

Sumi menatapnya, matanya memerah karena banyak tertawa.

Samoa dan Siera juga ikut bahagia.

“Oh iya Paman Sumi, pesta malam di hotel british yang kamu maksud itu?” tanya Ellen, matanya bersinar. Ellen berjalan ke samping Siera lalu duduk sambil merangkul lengan Siera.

“Em.” Sumi pun juga mencari bangku untuk duduk, “Kamu tidak sempat makan apapun siang tadi, aku menyuruh orang membawakan makanan untukmu. Sekarang kamu di sini saja, malam ini kamu ikut kami menghadiri pesta malam itu.”

Ellen tidak terlalu suka menghadiri acara yang sangat ramai seperti itu, tapi ketika teringat dengan ucapan Sumi kepada para wartawan itu, dia belum mengatakan apapun.

......

Pesta malam diadakan jam tujuh.

Baru lewat jam enam, Sami, Frans, Ethan serta yang lainnya datang ke tempat istirahat Ellen, masing-masing dari mereka berpakaian sangat rapi untuk menghadiri pesta ini.

Ellen jadi sangat heran, dia pun menatap tajam ke mereka.

Samir dan yang lainnya mengobrol sendiri-sendiri, seolah bersama-sama mengabaikan Ellen.

Ellen menggembungkan pipinya, dia tidak mau sendirian, dia pun dengan tanpa malunya ikut bicara, “Kakak kelima, pesta hari ini diadakan oleh keluarga yang mana?”

Samir pura-pura tidak mendengar pertanyaan Ellen, dia memiting leher Frans, kedua kening mereka benar-benar mengkerut dan keduanya pun saling mengobrol.

Ellen cemberut, dia mengedipkan matanya dan melihat ke Ethan, lalu berkata dengan pelan, “Kakak ketiga, kamu bukannya biasanya tidak mengikuti pesta malam semacam ini? kenapa hari ini ikut menghadiri?”

Ethan tidak berpura-pura tidak mendengar, dia melihat Ellen lalu berkata dengan santai, “Aku juga tidak tahu jelas, kenapa hari ini aku datang。”

Hah?

Mata Ellen berkedut, dan dia menyipitkan matanya menatap Sumi. Sekarang dia bahkan sudah tidak punya mood lagi untuk bertanya.

Orang-orang ini, kalau bukan dengan sengaja mengabaikannya.

Kalau begitu, ya mungkin dia tanpa sengaja telah menyinggung atau melukai hati mereka semua?

Tapi pilihan kedua, Ellen merasa itu tidak mungkin.

Terutama adalah dia tidak merasa dia begitu hebat, sampai bisa membuat keempat dari mereka semua sampai sakit hati!

.....

Jam enam lebih lima puluh menit, sebaris orang memasuki ruangan pesta malam.

Hanya saja, Ellen masih belum melihat jelas tempat pesta malam itu, Samir dan yang lainnya telah bertemu dengan orang-orang yang hebat jadi mereka pun pergi dari samping Ellen.

Samoa dan Siera bertemu teman-teman dalam politik mereka, lalu pergi menyambut mereka.

Hanya tersisa Ellen saja yang saat ini berdiri di tengah-tengah.

Ellen menggigit bibir bawahnya, mengerutkan kening dengan marahnya lalu melihat Samir dan yang lainnya yang sedang mengobrol seru dengan orang-orang. Rasanya ingin sekali dia menghitung bayangan psikologis dalam dirinya saat ini!

“Ellen.”

Tepat ketika Ellen sedang penuh kebencian dan berniat mencari sudut tersembunyi untuk duduk, terdengar suara pria yang jernih tapi bercampur kebingungan dari belakangnya.

Ellen terkejut, dia pun menoleh untuk melihat siapa itu.

Mata Ellen berkedip cepat ketika dia melihat Bintang, yang berdiri tidak jauh di belakangnya dengan menggunakan setelan jas yang rapi, Venus yang ramping memegangnya di sisinya.

Tanpa berbalik, Ellen mengangguk sopan ke Bintang dan Venus, dan mau berjalan menuju ke pusat pestanya.

“Tunggu Ellen.” Bintang buru-buru melepaskan tangan Venus dari lengannya lalu berjalan menuju ke depan Ellen, mata bagai bintang itu menatap Ellen.

Ellen pun perlahan mundur lalu tatapan matanya begitu tenang menatap Bintang, “Ada urusan?”

“Kenapa begitu melihatku, kamu langsung pergi? Apa kamu begitu tidak menyukaiku?” tanya Bintang dengan suara yang berat, dia mengerutkan keningnya, menatap Ellen.

Ellen menundukkan pandangan matanya, “Kamu terlalu banyak berpikir.”

“Ellen..”

“Adik.”

Baru saja Bintang mau membuka mulut, Venus bergegas berjalan ke depan Ellen dari belakang, lalu Venus pun berdiri di samping Bintang, matanya bersinar seperti air musim gugur, dan memandang Ellen dengan lemah. "Begitu melihatku, kenapa kamu pergi begitu saja”

Ellen mengangkat pandangan mata lalu menatapnya, “Aku bukan karena bertemu denganmu lalu pergi, tapi memang dari awal aku berniat pergi.”

Venus seolah sedih mendengar nada bicara Ellen ini, dia mengerutkan keningnya lalu melihat Ellen dengan pandangan kasian.

Ellen tidak bergerak menatap Bintang dan Venus.

Pesta malam hari ini, Bintang tidak membawa calon istrinya Vania, dia malah membawa kakak sepupunya.

“Ellen, aku ada sesuatu yang ingin ku katakan kepadamu.” Kata Bintang perlahan dan menatap Ellen.

Ellen menatapnya, “Mengatakan apa?”

Bintang mengepalkan tangan diam-diam, “Bulan depan aku akan menikah.”

“Benarkah? Selamat ya.” kata Ellen dengan tulus sambil tersenyum.

“....” Bintang sangat benar-benar terkejut, matanya menyipit dan memandang Ellen, “Kamu, kamu mengatakan selamat padaku?”

Ellen menundukkan pandangannya dan mengangguk, Pernikahan adalah kabar bahagia, terntu saja harus diberi selamat.”

“Ellen...” hati bintang sungguh sakit. Mata Ellen memerah, “Apa kamu tahu aku akan menikah dengan siapa?”

Ellen merapatkan bibirnya, melihat Bintang, “Bukannya Vania?”

“Iya dia! Tapi aku tidak suka dengannya! Aku benci dia! Yang aku suka....”

“Bintang!” Ellen sedikit tersentak, tampak kerutan samar di keningnya, tatapan matanya bersinar memandangnya, “Maaf, aku harus pergi mencari kakak kelimaku dan yang lain, aku pamit dulu.”

Selesai bicara, Ellen berbalik dan pergi ke tempat Samir dan yang lain berada.

“Ellen, aku akan menikah dengan Vania, setelah itu kita akan jadi sekeluarga...”

Ellen terus berjalan, lalu berhenti dan berbalik tiba-tiba, tatapan mata yang begitu dinginnya melihat ke Bintang, “Kamu salah paham deh, aku dengan Vania tidak sekeluarga! Vania itu ya Vania, aku adalah aku! Kami berdua tidak ingin saling terkait!”

Melihat ekspresi wajah Ellen yang tiba-tiba tajam itu, Bintang tertegun bingung.

Ellen mengerutkan keningnya, pada akhirnya menatap Bintang, lalu berbalik dan lanjut berjalan ke Samir dan yang lainnya.

Bintang mengepalkan genggaman tangannya dengan erat, bagian atas tubuhnya sudah condong ke depan, tanpa sadar ingin mengejarnya.

“Bintang.”

Venus segera menarik dan menghentikan Bintang, menatap mata Bintang yang tampak sangat kasian lalu berkata, “Jangan dikejar. Dia tidak menyukaimu.”

Venus melihat sendiri di wajah Bintang muncul kesakitan yang semakin lama semakin banyak. Ujung hatinya bagaikan terus digores dengan pisau, sehingga sakitnya luar biasa.

Setelah cukup dekat dengan Bintang, Venus pun langsung meraih tangan Bintang, mendongak lalu melihat dengan lembut wajah yang meregang erat bagaikan ukiran patung marmer, “Kamu seperti tidak tahu saja, Ellen dan Vania sejak kecil sudah tidak cocok. Vania adalah nona keempat dari Keluarga Dilsen. Nona yang sebenarnya, dia banyak mengganggu dan menyulitkan Ellen. Kamu di depan Ellen membahas mengenai Vania, menurutmu, apa mungkin Ellen akan senang?”

Tatapan mata Bintang memerah, mentap tajam ke Ellen yang memunggunginya dan berjalan ke Samir, rahangnya gemetar lalu berkata dengan dinginnya, “Aku tahu Ellen tidak sanggup lagi menerima lagi kemarahan dari Vania di Keluarga Dilsen. Dulu aku juga pernah lihat langusung Vania yang mengganggu dan menyulitkan Ellen, kata-katanya begitu kasar dan tidak enak didengar! Seperti Vania, wanita yang penuh racuh dan emosi seperti itu, sama sekali tidak pantas untuk jadi satu keluarga dengan Ellen! Bahkan satu bulu dari tubuhnya saja tidak lebih baik dan tidak bisa dibandingkan dengan Ellen.”

Venus memandangi wajah Bintang yang penuh kebencian dan emosi, awalnya dia memang sengaja menggiring kebencian Bintang terhadap Vania.

Tapi sekarang, dia malah merasa sakit hati yang tidak bisa diungkapkan!

Di benak Bintang, Ellen begitu sangat penting, begitu sangat penting!!

.....

“Kakak kelima, kamu mau kemana lagi?” tanya Ellen memelototi Samir yang tampak mau pergi lagi dan tangannya pun dengan cepat menarik jas Samir.

“Dasar anak keras kepala satu ini ya!” Samir kesal dan menunjuk-nunjuk jarinya ke kepala Ellen, “Kakak kelimamu ini bisa melakukan apa lagi coba? Apa kamu tidak bisa melihatnya? Ada begitu banyak wanita di pesta malam ini, kakak kelimamu ini mau cuci mata dulu lah! Cepat lepaskan ! lepaskan tanganmu! Jangan menghalangi aku mencari kakak ipar untukmu!”

“Kamu jangan menipuku!” Ellen menggenggam erat Samir, dan menatapnya dengan marah,”Orang yang tidak begitu mengenalmu pasti hanya tahu kamu Sutradara Samir saja yang sukanya tebar pesona, wanita hanya ingin cari muka saja. Tapi aku memangnya masih belum tahu apa?”

Ellen sekarang sedang menahan emosi, meihat Samir langsung ingin memprovokasinya. Dia menundukkan dagunya ke bawah, “Paman ketiga pernah bilang kepadaku, kalau sampai hari ini kamu masih perjaka, iya kan?”

“Heh...”

Samir emosi sekali, kakinya melemas dan hampir saja berlutut di depan Ellen. Dia pun menggenggam lengan Ellen, wajahnya tampak memerah lalu berkata dengan emosi dan panik, “Omong kosong! Fitnah! Itu hanya gosip murahan!”

“Cih.” Ellen memicingkan matanya, “Kamu bilang apa tidak?”

“Bilang apa?” tanya Samir.

"Kamu dan kakak ketiga, kakak keempat dan paman Sumi sedang merencanakan hal aneh apa coba? Sebenarnya ada apa dengan pesta malam pada malam ini?” tanya Ellen.

“.....” Samir menatap Ellen, tiba-tiba dia diam, “Merencanakan hal aneh apa coba?”

Ellen melepaskan genggamannya dari jas Samir, lalu melihatnya dengan tatapan serius di wajahnya, “Kakak Kelima, aku akan memberimu satu kesempatan terakhir. Jika kamu tidak mengatakan sejujurnya kepadaku, maka aku akan menyebarkan ke orang-orang mengenai berita kamu masih.....sekarang! Kamu seseorang yang ada di lingkaran dunia hiburan yang dikelilingi begitu banyak wanita cantik, tapi sampai hari ini ternyata kamu masih....menurutmu, jika orang tahu kalau kamu itu masih..., apa yang akan mereka pikirkan tentangmu? Apa mungkin mereka akan merasa kalau kamu punya penyakit tersembunyi?”

Samir membelalakkan matanya, Ellen ini ya namanya mengancamnya secara terbuka!

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu