Hanya Kamu Hidupku - Bab 430 Kamu Membuatku Mengagumimu

Vania entah takut atau marah, bibirnya bergetar hebat, "Aku sudah seperti ini sekarang, apa lagi yang kamu inginkan?"

"Apa yang kuinginkan?" Venus menyorongkan ujung pisau pada arteri bagian leher Vania, "Vania, aku benar-benar tidak dapat memikirkan alasan mengapa kamu masih mau hidup di dunia ini. Kehidupan orang seperti kamu bagai drama tragedi, menyedihkan!"

"Kamu adalah anak haram yang dilahirkan wanita simpanan, siapa dari Keluarga Dilsen yang masih memedulikanmu sekarang? Mereka amat berharap kamu mati di saat kamu menghilang pada terakhir kali itu. Lihatlah dirimu sekarang, kamu dipermainkan hingga luka parah dan masuk ke unit perawatan intensif! "

Ketika Venus mengatakan kalimat terakhir, nada suaranya menjadi lebih berat, dia melanjut dengan disertai senyuman hina, "Jika aku jadi kamu, apa tidak akan berusaha untuk bangun! Aku akan memilih mati."

“Venus, kamu keterlaluan.” Vania menggigil, “Meskipun ayah dan kakakmu memikul seluruh tanggung jawab atas penculikan dan penganiayaanku sehingga kamu terlihat sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini, tapi aku tahu bahwa kaulah orang yang mengarahkan dari belakang! Kaulah orang yang mencelakaiku! "

“Memang aku.” Venus mengaku tanpa rasa takut, menyipitkan mata sambil memberi senyuman pada Vania, “Walau kamu tahu aku yang mengarahkan mereka, apakah kamu punya bukti?”

"Sebelum aku menghilang, aku pergi ke Rumah Rinoa untuk mencarimu dan bertengkar denganmu. Jika aku menyampaikan semua ini kepada polisi, apakah kamu pikir mereka akan mengabaikan Keluarga Dilsen dan berpangku tangan atas masalah ini?" Vania sangat marah dan kesal.

"Aku bertengkar denganmu? Siapa yang bisa membuktikannya? Apakah ada yang melihat aku bertengkar denganmu? Hah?" Venus mengangkat dagu, mencibir.

Vania terus gemetaran, "Aku bisa membuktikannya sendiri. Mungkinkah aku berbohong?"

"Aku suka Bintang. Bukan tidak mungkin bagimu untuk memfitnahku demi Bintang," kata Venus.

"Venus, Tuhan selalu melihat setiap perbuatan kita. Kamu dan aku sama-sama wanita, tapi kamu malah menyuruh ayahmu memperlakukanku seperti itu, apakah kamu tidak takut hal yang sama akan terjadi padamu sepuluh kali bahkan seratus kali lebih parah?" Vania tersedak kesakitan.

“Apakah kamu pikir aku sebodoh kamu?” Ujar Venus, lalu menyipitkan mata dan sekilas melihat pintu kamar, mencibir, “Aku sudah lama berada di sini, mereka mungkin akan curiga, harap Nona keempat Dilsen membantuku mencari alasan untuk tinggal bersamamu lebih lama."

Tengah berkata, Venus menodongkan ujung pisau ke arteri karotis Vania.

Dinginnya ujung pisau mengejutkan Vania, dia memandang Venus dengan takut, "Aku, apa yang harus kukatakan?"

“Bilang saja tubuhmu terasa tidak nyaman dan ingin memintaku menyeka tubuhmu, suruh mereka tidak usah khawatir.” Jawab Venus tanpa berpikir.

Vania terdiam selama dua detik, menahan getaran pada tenggorokan dan berkata ke arah pintu, "Aku ingin meminta perawat membantuku menyeka tubuh, kalian jangan masuk, jangan khawatir."

“Baik, nona keempat.” Suara lantang pengawal segera terdengar dari arah pintu.

Vania menarik napas, pandangan beralih ke Venus, "Apakah kamu puas sekarang?"

“Sangat bagus.” Kata Venus pada Vania.

“... Apa tujuanmu ke sini?” Vania berkata dengan suara serak.

Venus bagai arwah gentayangan, perlahan-lahan menundukkan kepala dan mengambil tabung jarum di sebelah bantal Vania dengan tangannya yang lain, secerca senyuman dingin melintasi matanya, "Aku juga tidak tahu, apa yang ingin kulakukan?”

Vania memandangi jarum di tangannya dengan ketakutan, "Apa itu?"

Venus mengerutkan kening, lalu menatap Vania dengan lucu, "Apa yang kamu takutkan? Ini hanya obat tidur."

"..." Vania tidak percaya sama sekali.

Venus mengangkat alis, "Kamu jangan tidak percaya. Aku hanya takut kamu akan tiba-tiba berteriak pada saat aku keluar. Jika kedua pengawal yang menjaga pintu menyadari kejanggalan, mungkinkah mereka membiarkanku meninggalkan sini?"

Vania menatap Venus dengan curiga, "Apakah itu benar-benar hanya obat tidur?"

"Untuk apa aku berbohong padamu? Apakah kamu pikir aku berani membunuh orang?" Venus memberi tatapan takjub pada Vania.

"... Kenapa kamu tidak berani? Kamu bahkan berani menyuruh ayahmu melakukan hal seperti itu padaku, apa lagi yang tidak berani kamu lakukan?" Vania gemetaran.

Venus memoncongkan mulut, "Mengapa kamu berpikir aku yang menyuruh ayahku melakukan hal seperti itu padamu, alih-alih mencari alasan pada dirimu sendiri? Lihat penampilanmu biasanya, betapa genitnya dirimu, bukankah itu menggoda orang untuk melakukan tindakan kriminal?"

“Venus... sama-sama wanita, kamu malah berkata demikian, kamu benar-benar menakjubkanku!” Vania terisak-isak.

Mata Venus tertuju pada langit yang gelap, senyuman sinis menyembul di wajah Vania yang muram dan lesu, "Ternyata kamu benar-benar berubah? Tidak heran setelah mengunjungimu, Bintang langsung memiliki pemikiran untuk melindungimu. Vania, kamu sebenarnya tidak rugi atas terjadinya hal seperti itu padamu."

Vania terlalu marah hingga terdiam.

Venus menggarit wajah Vania dengan jarum tipis yang dingin, matanya kaya akan sinar kekejaman, "Meskipun kamu kurusan, tetapi terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya. Mengapa aku begitu tidak menyukaimu, kenapa? "

“... Kenapa, apa?” Vania menatapnya.

"Kenapa kamu bersikeras mau menikah dengan Bintang? Dia sama denganku, sangat tidak menyukaimu dan membencimu! Vania, kamu sangat kotor!" Suara Venus penuh dengan kebencian.

Vania menggertakkan gigi, "Venus, apakah kamu datang untuk menghinaku? Mengapa aku menjadi seperti ini sekarang, siapa yang menyebabkannya?"

"Heh……"

Venus tertawa, tawaannya seperti suara tawa mayat wanita yang meloncat keluar dari peti mati, menggema di telinga Vania.

Vania bergidik.

Venus tidak berbicara, tangan yang memegang jarum sontak meraih baju Vania di bagian pundak dan menariknya ke bawah, lalu mengarahkan jarum tegak lurus pada bahu Vania dan hendak menusukkannya.

"Sebentar."

Vania seketika panik.

Venus mengerutkan kening, menatapnya dengan dingin.

Vania mengangkat dagu sambil terengah-engah, "Aku tidak mengerti satu hal."

Kerutan pada kening Venus semakin dalam, menatapnya, "Kapan kamu pernah mengerti dengan apa yang terjadi?"

“Aku memang tidak mengerti, tetapi kamu pasti mengerti persoalan ini.” kata Vania.

Venus diam selama beberapa detik, lalu tersenyum lagi, "Tidak penting lagi, lagian... Heh. Oke, apa yang dibingungkanmu, tanyakan saja."

“Belum lama ini, skandal Ellen yang tidak berdasar pada bukti disebarkan olehmu, benarkan?” Vania bertanya.

Venus memandang Vania dengan aneh, tetapi tetap menjawabnya, "Benar, aku yang menyebarkannya."

"Ketika skandal Ellen tersebar, aku berada di luar negeri, orang yang merilis berita itu kebetulan berada di luar negeri juga. Kamu ingin menuduhkan masalah ini padaku, benarkan?"

"Vania, orang ternyata memang harus melalui banyak kesulitan dan liku kehidupan sebelum otak mereka mendapatkan pencerahan. Kamu jauh lebih pintar sekarang." kata Venus.

"Tapi..." Vania menatap Venus. "Walau aku berada di luar negeri, tetapi ketika hal itu terjadi, orang pertama yang dicurigai abang ketiga bukanlah aku, melainkan Kak Rosa yang pernah mencoba untuk membunuh Ellen. Begitu skandal Ellen tersebar, Kak Rosa meninggal pada malam itu juga, menurutmu waktunya berketepatan sekali tidak?"

Mendengar perkataan Vania, Venus menunjukkan senyum "ramah" kepada Vania, "Benar sekali, kamu akhirnya tidak bodoh lagi."

“Jadi, Kak Rosa benar-benar mati karena stimulan, bukan ada orang yang sengaja menambah dosis stimulan?” Ucap Vania.

Venus menatap Vania, "Aku tidak tahan untuk meragukan bahwa kamu bukan Vania!"

Vania menatap Venus dengan mata sedikit menyipit dan berkaca-kaca, berkata dengan sedih, "Jika kamu mengalami apa yang telah kualami dan dapat mempertahankan kepribadian yang sama, aku akan salut padamu!"

Venus menyipitkan mata, lalu menunduk untuk melihat jarum di tangannya, kemudian merentangkan pinggangnya dan memandang Vania dengan malas, "Rosa menyelidikiku sebelumnya dan mengetahui bahwa aku adalah anak yang dibawa dari Panti Asuhan Kasih, jika dia hidup, aku tidak akan tenang."

"Keluarga Manda telah runtuh, usia Rosa Manda juga sudah tidak muda, bagaimana mungkin dia yang terbiasa dengan kehidupan mewah rela hidup seperti orang biasa. Oleh karena itu, aku pun memanfaatkan poin ini, menyuruh orang memperkenalkan beberapa 'orang kaya' padanya untuk berbisnis."

“Kamu pastinya lebih tahu seberapa hebat orang-orang itu dalam bermain.” Venus tersenyum dingin pada Vania, “Minum obat untuk meningkatkan gairah seks bukan lagi hal yang aneh. Rosa Manda tidak akan memiliki kesempatan untuk bangkit lagi, manfaatnya yang tersisa bagiku hanyalah sebagai alat untuk menuduh Ellen."

"Sebenarnya, aku menambahkan obat perangsang gairah dalam obatnya untuk membuatnya mati karena kegembiraan yang berlebihan. Baginya, ini sudah termasuk hadiah. Setidaknya dia bahagia sebelum meninggal. Bagaimana menurutmu?"

“Kamu membunuh seseorang dan malah berusaha membebaskan diri sendiri.” Vania menatap Venus dengan takjub.

"Hidupnya tidak memiliki harapan lagi. Apakah ada perbedaan antara mati cepat atau lambat?" Kata Venus dengan tak acuh.

Vania memandang Venus, setelah beberapa detik mandek, dia tiba-tiba menggelengkan kepala dengan kuat, "Tidak benar..."

“Apa yang tidak benar?” Venus diam-diam mencorek lingkaran di kulit bahu Vania dengan tabung jarum.

"Aku tahu bahwa kamu dan Kak Rosa selalu memanfaatkanku untuk melawan Ellen, tetapi apakah penculikan Ellen pada empat tahun lalu dan kecelakaan mobil yang dialaminya pada empat tahun kemudian dilakukan oleh Kak Rosa? Saat itu, orang yang disukai Bintang adalah Ellen, ibu tirimu juga lebih memihak pada Ellen. Sesuai karaktermu, kebencianmu pada Ellen jelas tidak kalah dari Kak Rosa. Kedua hal ini dilakukan kamu dan Kak Rosa secara bersamaan, benarkan? Setelah kejadian, kalian menuduhkannya padaku, kalian menjadikankku sebagai kambing hitam kalian!"

Vania menggelengkan kepalanya dengan perasaan tidak bisa menerima kenyataan, "Pada saat itu, aku memperlakukanmu dan Kak Rosa sebagai sahabatku dengan tulus. Bagaimana boleh kalian memperlakukanku seperti ini?"

Venus merapatkan bibir dan memandangi wajah Vania yang diliputi kesedihan dan kekesalan, perlahan-lahan menyipit dan berkata, "Vania, otakmu yang mendadak menjadi begitu teliti dan cerdas membuatku mengagumimu."

"Dulu aku mempercayai kalian sepenuhnya, aku tidak berpikir dengan otak. Tapi aku sudah sadar sekarang, apa yang terjadi padaku telah menyadarkanku." Ujar Vania dengan sedih dan marah, "Setelah mengetahui bahwa orang yang kamu sukai adalah Bintang, mengetahui hal-hal yang kamu lakukan terhadap Ellen, lalu dihubungkan dengan masalah-masalah yang terjadi dulu, sangat mudah untuk memahami semua ini.”

Vania menatap Venus tanpa mengalihkan pandangan, "Jika dua hal itu bukan dilakukan olehmu dan Rosa, berarti hal ini berjalan seperti skandal Ellen yang tersebar terakhir kali itu. Kamu bersembunyi di balik layar untuk mengendalikan segalanya, ketika Rosa melawan Ellen, kamu mendorong dari belakang. Dengan begitu, jika hal-hal itu terungkap, tidak ada yang akan mencurigaimu karena kamu tidak memiliki dorongan dan manfaat untuk melakukan hal itu sehingga Rosa akan sekaligus memikul tanggung jawabmu atas kejadian itu. Apakah aku benar? "

Setelah mendengarkan analisis Vania, Venus menyipitkan matanya dengan tajam.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu