Hanya Kamu Hidupku - Bab 469 Aku Apanya Yang Tidak Sopan

Pani ketiduran sekitar satu jam, dia sedikit kaget ketika menyadari dirinya terbangun dari tempat yang asing, setelah dia buru-buru terduduk di atas kasur, akhirnya dia baru kepikiran bahwa dirinya telah mengikuti Sumi datang ke Provinsi Huai, sementara tempat keberadaannya saat ini adalah hotel penginapan mereka berdua…

Pani duduk di atas kasur dan mengambil nafas, ketika kepikiran reaksi dirinya yang panik pada barusan, dia merasa sedikit lucu dan menjambak rambut sendiri.

Akan tetapi…

Pani mengerut alis dan menatap kasur besar yang berada di sampingnya.

Pani ingat bahwa barusan dirinya sedang mengerjakan soal latihan di ruang tamu… jadi, setelah dia ketiduran, bagaimana dia masuk ke dalam kamar tidur ?

Pani sedikit menggigit bibirnya, wajahnya sudah terasa hangat.

Dia menggeleng kepalanya dengan kuat, lalu turun kasur dan masuk ke kamar mandi.

Pani berdiri di hadapan cermin kamar mandi yang besar, ketika dia membuka keran air dan bersiap-siap untuk mencuci muka, sudut matanya melirik dirinya yang berada di dalam paparan cermin dengan tanpa sengaja, Pani terbengong dengan gaya sedikit menunduk, setelah itu dia mengangkat kepala dan berdiri tegap di hadapan cermin, lalu dia mengangkat dagu dan terus menatap bagian kulit yang berada di belakang telinganya.

Bekas ungu seperti bekas luka benturan.

Pani menyentuh bekas tersebut dengan jari telunjuk…rasanya tidak sakit.

Pani mengerutkan alis dan sangat penasaran, dia mencoba menghapus bekas tersebut dengan jari telunjuk tetapi tidak berhasil, tandanya bekas tersebut bukan noda zat warna tertentu.

Pani terus menatap bagian kulit tersebut, reaksinya sangat penasaran dan sedikit kaget.

Jadi bekas ungu kemerahan ini, berasal dari mana ?

….

Pani mencuci mukanya, lalu meraba bekas tersebut dan berjalan keluar dari kamar mandi, wajah kecilnya membawa sedikit kesan ragu, akhirnya dia terus beranjak ke pintu kamar tidur.

Setelah menghampiri pintu, Pani mengulur tangan dan membuka pintu.

Ketika pintu kamar baru terbuka sedikit, sudah terdengar suara manja seorang wanita yang berasal dari ruang tamu, “Abang Nulu, kali ini aku hanya bisa mengharapkan kamu, kamu harus membantuku, asalkan aku bisa mendapatkan keuntungan yang terbesar, aku akan menyetujui semua permintaanmu.”

Pani menghentikan langkahnya dan mengerut alis, namun tubuhnya semakin mendekati ke arah pintu.

“Seandainya aku telah menerima kasus permintaanmu, tentu saja akan berusaha memperjuangkan kemenangan untukmu.” Suara Sumi yang lembut mulai masuk ke dalam telinga Pani.

Sebenarnya kata-kata Sumi tidak ada salahnya juga.

Namun Pani yang telah mendengarnya hanya ingin membalikkan bola mata sendiri, kenyataannya dia telah melakukannya juga.

Wanita itu mendengar demikian dan terus tersenyum lembut, “Abang Nulu tetap saja seperti saat baru kenalan, lembut dan percaya diri, membuat orang menjadi semakin tenang.”

“Aku pengacara kamu, kalau kamu tidak percaya padaku, buat apa merekrut aku.” Sumi menjawabnya dengan wajar.

“Haha. Abang Nulu masih berani bilang, kali ini kalau bukan Linsan, takutnya kamu tidak akan membantu aku. Jujur saja abang Nulu, setelah menyadari kenyataan ini, aku bahkan merasa putus asa sekali.” Wanita itu tertawa terbahak-bahak dan berkata.

Linsan ?

Pani sedikit mengerut bibir, Linsan siapa lagi ?

Sumi tidak berbicara lagi, setidaknya Pani tidak mendengar suaranya lagi.

“Abang Nulu, kamu baru saja tiba di Provinsi Huai, sore ini aku yang jadi pemandu dan membawa kamu jalan-jalan… malamnya, kamu ke rumahku, aku masak untukmu, mau ?” Suara wanita yang sedang berbicara kesannya sangat menggodakan, dan juga sangat… genit !

Pani memutarkan bola matanya sendiri, dalam hatinya terasa tidak senang.

“Ide yang bagus juga.” Sumi berkata.

What ?

Pani menggigit bibir sendiri dan memaki di dalam hati : Lelaki memang tidak ada yang baik, apalagi lelaki tua yang bermarga Nulu ini !

“Kamu, kamu setuju ya ?” Wanita itu bertanya dengan kaget.

“Aku bisa saja setuju, tetapi menurutku mungkin kamu akan menyesal.” Suara Sumi tetap saja datar, sama sekali tidak terpengaruh apapun.

“Aku mana mungkin bisa menyesal ?”

“Suamimu meninggal dunia masih belum mencapai satu bulan, sekarang masa penting dalam perebutan harta warisan suamimu, menurutku beberapa anaknya sedang menanti kesempatan untuk mendapatkan pegangan kamu. Seandainya aku ke rumahmu…”

Sumi tidak menyelesaikan pembicaraannya, namun maksudnya sudah sangat jelas.

Wanita tersebut terdiam sejenak, lalu tersenyum dan berkata, “Seandainya abang Nulu setuju… aku tidak akan mempedulikan harta warisan lagi.”

“Seandainya kamu tidak mempedulikan harta warisan, sepertinya aku sudah boleh pulang ke rumah.” Sumi berkata dengan datar.

“… Abang Nulu.” Suara Sumi barusan kesannya sangat datar, namun suara wanita tersebut jelasnya sangat tegang.

Pani yang penasaran semakin menempelkan telinganya pada pintu kamar.

Namun setelah itu, Pani tidak mendengar suara apapun lagi.

Pani merasa sangat bingung.

Apa yang terjadi ?

Pani menjauhi pintu dan berdiri di dalam kamar, dia merenung dan terus menatap pada papan pintu kamar.

Pong ---

Pada seketika, pintu kamar tersebut terbuka dari luar.

Pani terkejut karenanya.

Setelah itu terdengar suara lelaki yang berasal dari luar, “Cepat keluar kalau sudah puas mendengarnya !”

Pani, “……”

……

Pani keluar dari kamar tidur dengan ekspresi canggung, setelah itu dia melirik sekilas pada seluruh sisi ruangan, namun wanita barusan telah tidak kelihatan lagi, sehingga dia berkata dengan nada aneh, “Bukannya mau ikut ke rumahnya ya ? Kenapa tidak jadi pergi ?”

Sumi melirik sekilas, lalu mengambil jaket yang berada di atas sofa dan memakainya, setelah itu dia meletakkan dompet dan kunci mobil ke dalam saku jaketnya, akhirnya dia berjalan ke arah pintu dan berkata, “Ikut.”

“Ke mana ?” Sepertinya Pani sedang merajuk, sehingga dia terus berdiri di tempat sambil menatapnya.

Sumi mengganti sepatu dan menoleh kepalanya, tidak tahu apa yang terjadi, dia tiba-tiba tersenyum kepada Pani.

Jantung Pani berdetak kencang, setelah itu api amarah di dalam hatinya semakin kuat, sehingga dia memperlihatkan tampang tidak senang dan berbisik, “Wajahnya sudah keriput, masih berani tersenyum lagi !”

“Sembarangan apaan !” Sumi menunjuk ke arahnya, “Sini.”

“Buat apa ?” Pani berkata dengan tidak senang.

Sumi menatapnya dengan tatapan yang penuh kelembutan, lalu sedikit menegurnya, “Masih muda sudah sering emosi ! Suruh kemari ya kemari saja, basa-basi terus.”

Pani memang sedang emosi, namun dirinya juga tidak mengetahui alasannya.

“Pani.” Sumi menatap gadis kecil yang sedang merajuk dengan penuh kesabaran.

Pani memperlihatkan tampang tidak senang, lalu berjalan menghampirinya dengan gaya tidak sudi.

Melihat Pani telah datang menghampirinya, Sumi memeluk pinggang Pani dan menariknya ke dalam pelukan sendiri, setelah itu dia mengecup ringan pada dahi Pani dan melepaskan pinggangnya, akhirnya dia berkata dengan nada lembut, “Ganti sepatu, aku bawa kamu jalan-jalan.”

Pani tidak kepikiran kalau Sumi akan menciumnya secara tiba-tiba, meskipun hanya sekedar pada dahinya saja…

Pani mengangkat kepala dan menatap Sumi, otaknya sedikit bingung.

Semua isi pemikiran Pani pada saat ini adalah…kelembutan dan kehangatan saat bibir Sumi menyentuh pada dahinya.

Rupanya bibir seorang lelaki dapat begitu lembut…

Ya Tuhan !

Pani memejamkan mata sendiri.

Dia sedang memikirkan adegan apanya.

Pani menunduk kepala dan wajahnya yang telah merah merona, lalu mengganti sepatu dengan gerakan panik.

Jantungnya bagaikan telah rusak dan terus berdetak kencang.

Intinya…

Pani menggeleng kepala sendiri.

Dia merasa dirinya pasti sedang mengidap sejenis penyakit !

Sumi diam-diam menyaksikan semua reaksi Pani, jantung dirinya juga sedang berdetak kencang, dia ingin sekali menarik gadis kecil yang sedang malu tersipu ini ke dalam pelukannya, lalu mencium dan bertindak sepuas hati kepadanya !

Hotel keberadaan mereka menempati pertengahan kota.

Meskipun Sumi telah membawa kunci mobil, namun dia tidak berkendara.

Setelah keluar dari hotel, mereka berjalan di tepi jalan raya.

Sumi memiringkan kepalanya dan menatap Pani yang berjalan di sampingnya, lalu mengangkat alis dan berkata, “Coba berbicara, takutnya orang lain akan beranggapan bahwa aku sedang membawa gadis bisu.”

“Kamu yang bisu !” Pani meliriknya dengan tampang tidak senang.

Sumi mengulur tangan dan menarik lengan Pani ke sisinya, setelah itu tangannya turun ke bawah dan menggenggam pada tangan Pani, “Barusan di hotel, kenapa tidak mau keluar, padahal sudah bangun kan ?”

Ekspresi wajah Pani menjadi suram setelah mendengarnya, dia meliriknya dengan sudut mata dan berkata, “Aku tidak berani keluar begitu saja, takutnya akan mengganggu kesenangan orang lain, dan akhirnya malah bisa disalahkan.”

“Bicara sembarangan.” Sumi menatapnya dan berkata dengan nada ringan.

Hati Pani sepertinya tersedak sesuatu, dia tidak pernah mengalami rasa seperti ini.

“Orang sudah begitu ramahnya sampai ingin menjadi pemandu kamu, dan masih berniat menyiapkan makan malam yang gratis untukmu, kenapa kamu tidak mau keluar sama dia ?”

Sumi melihat pipi Pani yang telah mengembang, dia mengulur satu jari tangannya untuk menusuk pada pipi Pani, akhirnya Pani semakin emosi dan memukul tangannya, “Tolong bertingkah sopan ya !”

“…” Sumi menahan senyuman dan berkata, “Aku apanya yang tidak sopan ? Ehm ?”

Pani melototnya dengan tatapan kejam dan mengerut bibir sendiri, sepertinya sama sekali tidak ingin melayani Sumi.

Sumi melirik sekilas pada wajah Pani dan berkata, “Aku tidak bermaksud pergi.”

Pani tersenyum sinis.

Buat apa menggoda orang kalau tidak bermaksud pergi ?

Sumi sedikit menunduk kepala, dia menghampiri wajah Pani dan berkata, “Serius.”

Ujung hati Pani sedikit gemetaran, dia membuang muka dan pura-pura tidak mempedulikannya.

“Dia adalah klien aku dalam gugatan perkara kali ini, hanya sekedar begitu saja.” Sumi berkata.

Pani sedikit memejamkan matanya, lalu melirik Sumi dengan sudut mata sendiri, “Buat apa kamu jelaskan padaku ? Apa hubungannya dengan aku ?”

Sumi sedikit mengerut alis, gadis ini selalu tahu bagaimana memancing emosi dirinya !

Setelah melihat ekspresi wajah Sumi yang sedikit murung, suasana hati Pani mulai kembali stabil, dia menoleh ke arah Sumi dan berkata, “Kamu merasa aku akan mempermasalahkan hubungan dirimu dan klien itu ya ? Paman Nulu, kamu terlalu percaya diri.”

Terlalu percaya diri ?

Sumi sedikit memejamkan mata, tatapan yang sedang menatap Pani sudah mulai terkesan seram.

Saat ini Pani sedang menyombongkan diri, sama sekali tidak memperhatikan reaksi Sumi, sehingga dia lanjut berkata, “Aku hanya mempermasalahkan bahwa kamu tidak menepati janji antara kita berdua ! Dahi seorang gadis boleh dicium sembarangan ya ? Tangan gadis boleh digenggam sembarangan ya ?”

Pani selesai berbicara, langsung menarik tangan yang sedang digenggam Pani, lalu mengangkat alis dan berkata dengan gaya menantang, “Paman Nulu, dikarenakan umurmu sudah tinggi, awalnya aku tidak mau mengatakannya, takutnya kata-kataku bisa menjatuhkan harga dirimu. Tetapi sekarang aku mesti mengatakannya, Paman Nulu, tolong jaga tingkah laku diri !”

Pani selesai mengatakannya langsung memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket, setelah itu melangkah ke depan dengan gaya angkuh.

Sumi pertama kalinya begitu ditantang oleh seorang gadis kecil, detakan jantungnya mulai tidak stabil dan ekspresi wajahnya semakin seram.

Melihat bayangan Pani yang begitu ‘angkuh’, Sumi menggigit gigi sendiri dan berkata, “Pani, berhenti langsung kalau berani !”

Setelah Sumi menyelesaikan kata-katanya, Pani langsung berlarian cepat bagaikan seekor burung sarang kecil.

Sumi, “…” Dia memang tidak berdaya sekali, gadis kecil yang menyengsarakan !

……

Bagaimanapun Pani adalah gadis kecil berumur delapan belas tahun, kesannya muda dan bersemangat, setelah dibebaskan dari sarangnya, dia terus berkeliaran dengan bersenang ria.

Oleh sebab itu Sumi terus menemani Pani hingga jam sembilan malam, setelah itu mereka berdua baru kembali ke hotel.

Setelah tiba di hotel, Pani menyandar di atas sofa sambil makan buah-buahan, sementara Sumi mengeluarkan laptop dan lanjut bekerja.

Pani akhirnya merasa berdosa setelah melihatnya, Pani mulai menyadari bahwa tujuan dirinya ke Provinsi Huai adalah menemani Sumi yang mungkin bosan bekerja, bukan malah meminta Sumi balik menemani dirinya untuk bermain dan berjalan-jalan.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu