Hanya Kamu Hidupku - Bab 550 Aku Memang Menginginkanmu!

"Ya."

Sumi meletakkan tangannya yang lain di bahu Pani dan memeluknya.

Pani mengerutkan keningnya dan berusaha menolak dengan halus.

Sumi malah tiba-tiba menundukkan kepalanya, bibir panasnya mendekat ke telinga Pani.

Pani langsung bergetar, kelopak matanya melonjak, "Sumi….."

"Kamu jangan menolak, atau aku akan menciummu di depan Kakak ke-lima," kata Sumi dengan suara rendah.

Pani hanya bisa marah dan melototi Sumi.

Sumi berdiri tegak, Dia melirik Samir yang sedang memperhatikan mereka, "Kami kembali ke kamar dulu, Kamu juga seharusnya kembali ke kamarmu dan beristirahat."

Samir tersenyum dengan penuh makna, "Kalian santai saja, anggap saja aku tidak ada."

Sumi memeluk Pani dengan paksa dan berjalan menuju ke kamar.

……

Begitu memasuki kamar tidur utama, Pani langsung melepaskan diri dari pelukan Sumi dengan wajah yang sudah menghitam. Mata besarnya menatap Sumi dengan dingin. "Sumi, aku sudah sepakat untuk membuat perjanjian selama satu bulan denganmu! Tapi aku harap kamu bisa membedakan dengan jelas, alasan mengapa aku pindah ke sini dengan kamu adalah karena ada konten yang ditentukan dalam perjanjian kita! Tidak ada yang maksud lain!”

Sumi mengerutkan bibir tipisnya, menatap Pani dalam-dalam dan hening.

Pani mengambil napas dalam-dalam dan menunjuk ke arah pintu, "jadi tolong keluar!"

"Aku memang tidur di sini, kamu suruh aku pergi kemana?" Sumi berkata dengan ringan.

"......" Pani memandang Sumi dengan tatapan aneh, "Kamu bilang kamu akan tidur di sini?"

"Bukan hanya aku, tetapi juga kamu!"Sumi berkata.

"Tidak mungkin!"

Pani merajuk, "Sumi, jika kamu bersikeras melakukan ini, maka perjanjian kita tidak perlu dilanjutkan lagi!"

Wajah Sumi juga langsung berubah menjadi dingin, "Kamu tidak bisa atur aku!"

"Kamu……!” Pani marah sampai menggigil.

Sumi melirik perutnya Pani dan berkata dengan suara tegas, "Kamu pergi mandi!"

"Kalau mau mandi, mandi saja sendiri sana!" Kata Pani dengan suara nyaring.

Sumi melirik Pani sekilas dengan wajah tidak begitu senang, mengayunkan kakinya yang panjang, mengambil satu set piyama dari lemari dan berjalan menuju kamar mandi, "jika kamu berani keluar dari pintu ini, aku akan menginginkan kamu malam ini!"

"Apakah kamu seorang pemerkosa?" Pani sangat marah.

Sumi sempat memperlambat langkahnya sejenak, lalu terus bergerak maju tanpa mengatakan apa-apa.

Kemarahan Pani sudah sangat sulit untuk dibendung lagi, menatap pintu kamar mandi dan meraung, "Sumi, pengacara macam apa kamu? Munafik, benar-benar licik !”

Setelah Pani selesai memarahi, suara air datang dari kamar mandi.

"Ah..."

Pani berteriak dengan marah dan berjalan ke samping tempat tidur, Dia membawa perutnya yang sudah besar dan duduk, menatap pintu kamar dengan mata merahnya.

Pani sedang berpikir, jika dia benar-benar keluar, apakah pria busuk itu benar-benar akan memaksanya?

……

Lebih dari sepuluh menit kemudian, Sumi keluar dari kamar mandi.

Mengabaikan tatapan mata Pani yang seolah-olah mau merobek-robeknya, Sumi menyeka rambutnya dengan handuk kering sambil berjalan ke arahnya.

Berjalan ke arahnya, mata Sumi masih penuh kelembaban yang dibawa dari kamar mandi. Dia memandang Pani dan berkata dengan suara rendah, "Mandi sana, apa perlu aku bantu?"

"Pergi sana!"

Pani mengeluarkan kata keras, dan kemudian dia dengan sekuat tenaga mendorong Sumi, lalu bangkit dan pergi ke kamar mandi.

Gerakan Sumi menyeka rambutnya sempat terhenti sejenak, matanya masih jernih dan menatap Pani, "hati-hati!"

"Munafik!" Kata Pani.

Sumi tersenyum pahit.

……

Pani masuk ke dalam kamar mandi, tidak lama kemudian, Siera menelepon.

"Sumi, jangan khawatir tentang firma hukum, ada Ayah dan ibumu disini, aku dan kakakmu akan mengurusnya. Kamu bersenang-senang saja di sana, santai, ya?” kata Siera sambil menghela nafas.

Sumi menatap pintu kamar mandi, matanya sedikit tertutup, dan tampaknya khawatir tentang Pani yang berada di dalam kamar mandi, "Bu, maafkan aku."

"Keluarga tidak perlu ngomong begitu, Ibu tahu kamu sangat sedih." Kata Siera dengan suara samar-samar, disertai dengan rasa iba.

Mata Sumi berkedip, "Putramu sudah besar, tetapi masih saja membuat ibu dan ayah khawatir, aku bukan putra yang berbakti."

"Apakah kamu berbakti atau tidak, kita sebagai orang tua bisa merasakannya. Ibu hanya merasa bersalah padamu, waktu itu tidak membantumu menahan Pani pergi.” Siera berkata dengan nada penyesalan.

"Tidak bisa menyalahkan ibu juga." Sumi berkata.

Siera menghela nafas, "Sumi, ibu tahu ibu tidak seharusnya memaksamu. Tapi kamu sudah tidak muda lagi sekarang. William yang seumuran dengan kamu saja sudah memiliki empat anak.

Meskipun Ethan tidak menikah dan tidak punya pacar, tapi dia sudah punya anak. Baru-baru ini, ibu pergi berbelanja dengan bibi Gu / Bibi Gerda, aku dengar dari bibi Gu / Bibi Gerda bahwa Frans juga memiliki seorang wanita yang disukainya, Samir usianya lebih muda dari kalian, jadi masih kasih kebebasan untuknya selama dua tahun.

"Sumi, kondisi keluarga kita sedikit berbeda dengan yang lain, kakak laki-laki dan kakak iparmu sangat sulit untuk memiliki anak. Ayahmu dan aku, termasuk kakak laki-laki dan kakak iparmu, sangat mengharapkanmu bisa segera memulai sebuah keluarga dan bisnis, untuk menambah popularitas pada keluarga Moral... "

"Ketika ibu memberitahumu hal ini, hati ibu juga sangat tidak nyaman, Sumi,kamu mengalah dan sabar ya, Jangan merasa terganggu oleh ibumu, ok?"

Orang tua kalau sudah sampai mencapai titik ini, pasti akan merasa sangat sedih dan tidak nyaman juga!

Tatapan mata Sumi mulai terasa berat dan memerah, memandang pintu kamar mandi, diam selama beberapa detik, dan berkata, "Bu, aku sekarang sudah bersama dengan Pani."

Siera terdiam.

Sumi meremas tangannya sendiri, "jika aku ingin menikah, hanya dengan Pani saja. Aku tidak memikirkan siapa pun selain dia! Aku hanya menginginkannya saja!”

“……Sumi. "Siera sudah hampir menangis di ujung telepon sana,"Sumi, jika Pani mau berubah pikiran, mengapa kamu harus menunggu selama empat tahun sampai sekarang? Kamu itu sedang memaksakan diri sendiri atau sengaja ditujukan untuk aku dan ayahmu! Kamu bikin kita yang sebagai orang tua menjadi serba salah, katanya kamu anak baik? Apa yang kamu bicarakan? Anak bodoh!”

"Selain Pani, siapapun aku tidak mau!” suara Sumi terdengar sedikit serak.

"Bagaimana jika Pani masih menolak? Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu tidak akan menikah seumur hidupmu?" Siera merasa sangat sedih dan iba.

"Ya!” nada suara Sumi terdengar sangat tegas!

"Sumi, kamu ..."

"Sudah, sudahlah, kamu lihat kamu sendiri, baru saja bilang sangat mencintai putramu, dan sekarang kamu malah marah-marah. Sini, kamu duduk dan makan buah untuk menstabilkan suasana hatimu. Aku akan ngobrol dengan putra kita, oke?”

Kemudian.

Orang yang berbicara di ujung telepon sana diganti menjadi Samoa,"Sumi, ini aku, ayahmu,"

katanya.

"Ayah." Sumi mengerutkan kening, "apakah ibu baik-baik saja?"

"Asal tidak mati dibikin kesal sama kamu saja, sekarang tidak apa-apa!" Samoa berkata dengan suara rendah.

Sumi mengerutkan bibirnya, "Aku memang bukan anak yang baik!"

"Dari kecil sampai besar, kamu sudah seperti ini! Kamu paling cepat mengakui kesalahan dibandingkan orang lain. Orang lain melihat kamu, Sumi adalah orang yang paling pengertian, lembut, tetapi pada kenyataannya? kamu itu sangat keras kepala, kalau sudah membuat keputusan, tidak ada yang bisa membuat kamu berubah pikiran, dan kamu mampu membuat ayah dan ibumu kesal setengah mati!” Samoa mengomel.

Sumi tidak menjawab.

Samoa mengambil nafas dan berkata, "jadi kamu sekarang di Kota Yu?"

"Ya."

"Sudah ketemu dengan Pani?" Tanya Samoa.

"Ya."

"…… Bagaimana? Apakah dia masih mau perduli sama kamu? "

Sumi berpikir sejenak dan berkata, "Termasuk masih perduli."

Samoa sempat terdiam selama beberapa detik kemudia mengatakan, "apakah kamu memiliki kepercayaan diri untuk membawa Pani kembali?"

"Aku tidak akan melepaskanya pergi." Sumi menjawab.

Samoa terdiam lagi dan kemudia berkata, "Mendengar pernyataan kamu, sepertinya kamu tidak percaya diri kalau Pani akan menerimamu Kembali dengan sukarela! Ada apa sebenarnya? Jika Pani tidak bersedia menerimamu, kamu masih tetap memaksa dia tetap di sampingmu?Sumi, aku peringatkan kamu, kamu adalah seorang pengacara. Jika kamu tahu hukum dan melanggar hukum, aku adalah orang yang pertama yang tidak akan mengampuni kamu! "

"Yah. Jika aku melanggar hukum, ayah yang harus mengirim aku ke penjara secara pribadi!” Sumi menyipitkan mata dan berkata dengan perlahan.

"Anak sialan!" "Samoa sangat marah," Kalau berani coba ulangi sekali lagi! Jangan pikir harimau yang tidak marah, kamu pikir itu kucing atau Totoro ya! "

"Apa yang kamu teriakkan? Kamu tahu tidak betapa rapuhnya hati Sumi selama ini? Apa kamu masih tidak tahu? Sebagai seorang ayah, kamu berteriak pada anakmu seperti itu, padahal barusan juga kesal sama Sumi, sekarang Siera langsung melindungi Sumi dan merebut telepon.

"Siera, Sumi benar-benar bajingan, ada pikiran jahat yang akan dia lakukan, Kalau kamu tidak peduli sekarang, kalau kelak dia berbuat jahat……...."

"Pikiran jahat? Aku malah pikir kamu yang penuh dengan pikiran jahat!”

"Siera…..."

Sumi sudah tidak mampu mendengarkan lagi dan menutup telepon.

……

Ketika Pani keluar dari kamar mandi, dan tatapan mata Sumi yang dalam dan penuh makna langsung tertuju padanya.

Ketika Pani menyadari itu, hatinya merasa sangat tidak biasa dan tidak bisa menahan diri untuk bergidik.

Pani tidak mencuci rambutnya, Dia masih dalam keadaan marah ketika dia pergi ke kamar mandi, jadi tidak kepikiran untuk mengambil baju tidur untuk ganti, Pani keluar dengan mengenakan pakaian yang sama ketika dia masuk.

Orang hamil seharusnya kelihatan lebih gemuk dan bulat, tetapi Pani sejak kehamilannya malah kelihatan berat badannya berkurang sedikit.

Sambil membawa perut besar, terlihat sangat santai dan ringan melayang, membuat orang lain yang melihat Pani akan merasakan pada detik berikutnya, Pani tidak akan mampu menahan perutnya yang sudah begitu besar itu.

Sumi memandang Pani dengan tenang, lalu bangkit dan berjalan ke arahnya.

Pani menahan nafasnya, meremas jarinya sendiri dan menatapnya kembali.

Sumi mendekat, tanpa banyak berbicara, Dia langsung membungkuk dan menggendong Pani.

Ternyata benar.

Sangat ringan!

Sumi sambil menahan nafas, menundukkan kepala menatap Pani dan berjalan menuju tempat tidur yang sangat besar.

Tubuh Pani kaku, dan matanya tidak berhenti menatap Sumi.

Sumi dengan hati-hati meletakkan Pani di tempat tidur, dia juga duduk di samping tempat tidur, meletakkan tangannya di dahi Pani dan membelai rambut yang masih sedikit basah, dengan suara lembut berkata, "jangan khawatir, aku tidak akan tidur denganmu, aku tidur di sofa . "

Pani terkejut, "kamu serius?"

Sumi mengangguk, membelai pelipisnya dengan tangan besarnya, mengeringkan air yang masih membasahi keningnya, lalu menundukkan kepalanya, mendekat ke arah telinganya, dan berkata, "tidurlah."

Pani menatap Sumi dengan tatapan tidak percaya.

Sumi membiarkan Pani menatapnya, dia hanya diam saja.

Untuk waktu yang lama, akhirnya Pani memalingkan wajahnya, tapi ada muncul sedikit keraguan di dalam hatinya.

Karena Sumi tidak ada niat untuk "tidur" dengannya, mengapa Sumi mau memaksakan diri untuk sekamar dengannya dan malah tidur di sofa?

Bukankah ada kamar lebih di unit apartemen ini?

Pani berpikir sejenak, tetapi dia tetap tidak terpikir ada alas an lain yang lebih masuk akal, jadi akhirnya dia tidak memaksakan diri lagi.

Lagi pula, Pani tidak pernah memahami jalan pikirannya Sumi!

……

Larut malam.

Dalam tidurnya, Pani merasakan ada tatapan yang kuat ke arah tubuhnya, dan perasaan ini sangat nyata, tidak seperti dalam mimpi, tetapi lebih seperti memang ada seseorang yang berdiri di samping tempat tidurnya, menatapnya dengan “tajam”!

Kewaspadaan Pani langsung muncul, kedua tangannya langsung menarik seprai di kedua sisi dan membuka matanya.

Dan saat Pani membuka matanya, dia benar-benar melihat sepasang mata sedang menatapnya!

"Ah..."

Pani berteriak ketakutan, dan seluruh tubuhnya langsung meringkuk ke sisi lain tempat tidur, Keringat dingin membasahi dahinya.

Klik……

Lampu di dalam ruangan menyala.

Mata Pani menyipit karena cahaya, jantungnya berdetak kencang dan megap-megap.

Saat matanya sudah bisa disesuaikan dengan cahaya, dia bisa melihat dengan jelas wajah pria yang berdiri di samping tempat tidurnya saat ini.

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu