Hanya Kamu Hidupku - Bab 544 Aku Tidak Bisa Merelakanmu!

Riki berdiri di depan pintu kamarnya, tatapan matanya seperti pengait yang mengait wajah Pani dengan erat “Apa kamu menyiapkan makanan untuk ku? Sini berikan.”

Pani tidak berani berlama-lama, dia langsung mengambil salad sayuran yang dia siapkan dan berdiri berjalan kearahnya, menyerahkan padanya dengan takut-takut “Ini.”

Riki mengambilnya dengan cemberut, membalikkan badan dan masuk ke kamar.

Tetapi tidak menutup pintu.

Pani berdiri didepan pintu dengan bodoh selama dua detik, lalu menggenggam tangannya dan ikut masuk.

Riki duduk diatas kasur dan makan.

Pani berdiri tidak jauh darinya dan memandang Riki seperti seorang anak perempuan yang berbuat salah.

Riki memakan habis saladnya, dia mengambil tisu dan menyeka mulutnya “Saladnya terlalu banyak, berminyak.”

Pani menatapnya.

Riki mengangkat pandangannya dan menoleh, dalam kedua matanya, ada toleransi dan kompromi setelah perjuangan yang menyakitkan “Setelah satu bulan, kalau dia tidak bisa melakukannya, apa kamu akan kembali?”

Pani menggigit bibir bawahnya, matanya berkilauan dipenuhi air.

“Tidak mungkin ya?” Riki menatap erat Pani.

Pani mengambil nafas, berjalan pergi, mengambil mangkuk kosong dari tangannya, menaikkan pandangan untuk melihatnya, berkata dengan pelan “Aku tidak bisa terus tinggal disini bersamamu. Nantinya kamu akan memiliki pacar, pacar mu pasti tidak ingin pacarnya tinggal seatap dengan lawan jenis. Ada lagi, aku tinggal disini, kamu juga jadi tidak bebas untuk mencari pacar, juga tidak nyaman untuk membawa pacar kerumah.”

Jakun Riki bergerak, suaranya agak serak “Jadi bukan sepenuhnya karena perjanjian dengan Sumi! Walaupun tidak ada perjanjian ini, cepat atau lambat kamu juga akan pindah. Kamu bekerja begitu keras di PT. Sukajaya, kemungkinan juga karena pikiran untuk menabung untuk keluar dari sini.”

Masalah Pani cepat atau lambat ingin pindah dari sini itu memang benar.

Tetapi ia tidak pernah terpikirkan kalau yang membuatnya membuka mulut untuk pindah adalah karena Sumi.

Karena ia tahu, ini saja sudah membahayakan Riki.

Tetapi kalau dia jujur, dia harus mengetahui sebab dan akibatnya, dia tidak bisa menyembunyikannya, dia juga tidak ingin membohonginya!

“Pani, apa kamu benar-benar ingin menyingkirkanku?”

Riki bertanya serius padanya.

Hati Pani menjadi sedih “Bagaimana mungkin aku bisa berpikir untuk menyingkirkanmu? Kamu memberiku makanan dan tempat tinggal, kemana aku harus mencari orang yang begitu baik padaku seperti dirimu? Tinggal bersamamu, aku makan minum dan istirahat dengan baik, juga ada orang yang berkata, aku sangat cantik. Jadi bagaimana mungkin aku bersedia untuk menyingkirkanmu?”

“Kalau begitu berjanjilah padaku.” Riki tiba-tiba memegang tangan Pani yang ada dibelakangnya, menatap Pani dengan penuh semangat “Kalau Sumi tidak bisa melakukannya, kamu harus kembali kesini.”

Bulu mata Pani menjadi basah semua “Riki, apakah kamu bodoh!?”

Pani merasa diri sendirinya sangat jahat juga serakah.

Ia tahu dirinya tidak mungkin menerima Riki, namun diam-diam menyukai dia yang patuh padanya, peduli dan tidak bisa meninggalkannya.

Dia yang seperti ini.

Apa bedanya dengan Linsan?

Tidak ada bedanya!

Dia tidak mungkin menginginkan Riki sebagai ‘ban serep’nya dan Linsan dengan sengaja membiarkan Sumi sebagai ‘ban serep’nya.

Karena pada akhirnya, semua itu hanya melukai seseorang yang tulus mencintai diri sendiri!

Riki berdiri dan memeluknya, wajahnya menyentuh rambut perempuan itu, kedua matanya memerah “Pani, aku bukan Sumi, aku tidak sebodoh dia! Aku tahu jelas, kamu dan Linsan bukan wanita yang sama. Linsan sudah menikah, tetapi tidak bisa melepaskan kebaikan dan perhatian Sumi padanya, jadi dia sekuat tenaga menahan hati Sumi. Sedangkan kamu lajang, kamu memiliki hak dan kualifikasi untuk memilih. Aku tahu di dalam hatimu ada batasan moral dan prinsip. Kalau tidak, kamu tidak mungkin tidak memberikan tempat kosong dan menolakku saat pertama kali aku mengejarmu!”

Air mata Pani jatuh dari sudut matanya “Riki, seberapa banyak kamu ingin aku berhutang padamu? Sadarlah, berhenti bersikap bodoh. Selain kerabat dan teman, aku tidak memiliki yang lainnya untuk mu, terutama cinta! Berapa kali aku harus memberitahu mu agar kamu mendengarkan!”

“Kamu lihat, sekarang kamu bilang tidak mencintaiku, aku tidak memiliki perasaan sama sekali, aku sedikitpun, sedikitpun juga tidak merasa sedih, sedikitpun juga tidak.” Riki tertawa bodoh.

Pani tersedak, menjulurkan tangan dan mendorong Riki sekuat tenaga “Dasar bodoh! Kamu menyebut Sumi bodoh, padahal yang aku lihat, kamu 100x lipat lebih bodoh daripada Sumi, bahkan 1000x lipat! Riki, kamu adalah orang yang benar-benar bodoh!”

Orang bodoh yang membuatnya merasa kejam dan bersalah!

Riki melihat air mata Pani diwajahnya, dia mengulurkan tangan dan mengusapnya, saat dia menurunkan tangan, ia menghela nafas dan berkata “Kapan akan pindah?”

Pani menatapnya sekilas sambil menangis, berkata sambil memutar tubuhnya dan berbalik pergi “Besok.”

Tiba-tiba wajah Riki menjadi pucat, agak lama, dia baru berbisik pada udara “Ooo..”

……

Pergi dari kamar Riki, kembali ke kamarnya sendiri, Pani berbaring diatas kasur, setelah waktu yang lama, dia tetap tidak bisa tertidur, hanya karena terpikirkan si bodoh Riki itu, hatinya sakit, tidak tahu apa yang harus dilakukan padanya?

Kemudian.

Pani benar-benar khawatir ketidak-stabilan emosinya beberapa hari ini bisa mempengaruhi anak didalam perutnya, jadi dia bangun dan pergi ke dapur untuk menghangatkan segelas susu, setelah kembali dari dapur, dia berbaring dikamar, menutup mata untuk membuat dirinya tertidur.

Terus seperti itu, sampai tengah malam sekitar jam 2 jam 3, Pani baru bisa tertidur.

……

Hidup ini terlalu terburu-buru, walaupun Pani hamil, ia sangat jarang tidur sampai siang, kebanyakan ia bangun sekitar jam 7 pagi.

Pani bangun, hal pertama yang terlintas dipikirannya, hari ini dia akan pindah!

Pani mandi lalu melihat tempat yang dia tempati selama hampir 4 tahun, sudah sangat akrab bahkan tidak bisa lebih akrab lagi, kamar yang juga memberikan kenyamanan dan keamanan di malam-malam yang membuatnya frustasi, hatinya bercampur-aduk.

……

Keluar dari kamar tidur, Pani terbiasa melihat kearah dapur.

Benar saja, Riki yang mengenakan pakaian rumah, berdiri disamping meja makan membuat sarapan, seperti sebuah lagu yang diputar terus-menerus, selama bertahun-tahun tapi seperti sehari.

Pani melihat Riki, matanya sedikit masam.

“Cepat kemari.” Riki memanggilnya.

Pipi Pani sedikit berkedut, lalu berjalan mendekat.

Riki memberikannya segelas jus.

Pani mengambil kedalam tangannya, duduk dikursi dengan diam.

Riki duduk diseberangnya, mengupas telur di piring Pani lalu meletakkannya kembali dan tersenyum kepadanya, tersenyum dengan manis “Makanlah.”

Pani mengangguk dan berkata “Kamu juga makan.”

Riki menurunkan matanya “Em..”

Sejak itu, selama sarapan, tidak ada orang yang berbicara lagi.

Setelah selesai sarapan, Riki meletakkan pisau dan garpu perlahan, menatap Pani “Tidak bisa kalau tidak pindahkah?”

Bulu mata Pani sedikit berkedut, tidak berani menatap Riki “Aku… … hanya sementara tidak tinggal disini.”

Bibir tipis Riki berkata “Kenapa aku merasa, kepindahanmu kali ini, tidak akan membuatmu kembali lagi?”

Pani meremas ujung jarinya “Riki, jangan membuatnya seperti perpisahan antara hidup dan mati, aku tidak ingin menangis.”

“Aku tidak bisa merelakanmu.” Kata Riki.

Pani dengan cepat menggigit bibir, takut dirinya akan menangis.

“Pani, aku tidak bisa merelakanmu.” Riki mengerutkan kening, menatap kedua mata Pani, menunjukkan ketidak-berdayaan dan kesakitan yang mendalam.

Pani buru-buru menutup hidup dengan tangan, takut dirinya menangis sampai keluar juga dari hidung, sangat memalukan.

“Apakah kamu tidak senang bersama denganku? Aku tidak bisa membuatmu rileks kah? Apa aku pernah memaksamu?” Kata-kata tulus Riki sepertinya tidak bisa ditutupi lagi, menatap Pani dengan mata yang memerah.

“Aku tidak pernah memaksamu untuk bersama denganku, tidak pernah memaksamu untuk menyukaiku. Tetapi kenapa kamu selalu memaksaku untuk menyerah terhadapmu, kenapa kamu selalu membuatku begitu gugup?”

“Pani, 4 tahun terakhir ini, setiap hari aku khawatir, suatu hari nanti tiba-tiba kamu akan pindah dari sini dan tidak akan kembali lagi, aku sangat takut, sangat sangat takut!”

“Apa kamu tahu? aku baik terhadapmu karena aku takut kamu pergi! Aku sangat baik terhadapmu, karena aku takut kamu pergi!”

“Riki.” Pani yang selalu kuat, langsung menangis.

Riki berdiri, menjauhkan kursinya dan berjalan sampai kedepan Pani dan berlutut, memegang tangannya “Pani, bisa kah kamu tidak pindah?”

Bagi Pani.

Riki tidak pernah menyerah!

Dia pernah berpikir untuk menghormati keputusannya untuk pergi.

Tetapi setelah dia pikirkan semalaman, bingung semalaman.

Tetapi pada akhirnya tetap tidak bisa mengalahkan hatinya.

Dia tidak membiarkan dirinya yang tidak mencoba dan langsung membiarkannya pergi begitu saja!

Kalau Pani pergi seperti itu, itu akan menjadi penyesalan dalam hidupnya!

Jadi, meskipun keputusannya sudah 99%.

Sedangkan dia hanya memiliki 1% kesempatan, dia tetap tidak membiarkan dirinya melewatkan itu!

Jika dia melewatkan itu, cinta apa yang dia bicarakan?

Pani masih tidak bisa menghindari rasa malu.

Dia menghisap beberapa kali air hidungnya, sampai akhirnya dia tidak tahan lagi, dia membengkokkan tubuhnya untuk mengambil tisu dan menyeka air hidungnya, akhirnya, dia menatap Riki dengan mata dan hidung memerah, berkata dengan suara serak “Riki, lihat apa yang kamu lakukan dipagi hari? Kamu, kamu duduk dulu, jangan berlutut gitu.”

Riki bersikeras menggelengkan kepala dan menatap Pani “Kamu berjanjilah padaku, tidak akan pindah maka aku akan berdiri.”

“Kalau kamu begitu, aku hanya bisa berlutut sepertimu juga.” Kata Pani, sambil menghisap air hidup dan berlutut.

“… …” Riki menyeret tangan Pani sekuat tenaga, tidak membiarkannya turun, mata merahnya yang penuh emosi tidak menunggu untuk menatap Pani.

Karena dia tahu, Pani hanya ingin menghindarinya dengan cara yang konyol!

Dan Pani yang jujur, tidak menolaknya secara langsung, tetapi menggunakan cara yang ceroboh untuk menghindar.

Pada batas tertentu, itu juga membuktikan bahwa ia menghargainya!

Riki menjadi lega, tetapi juga … … terluka!

Pani memandang Riki dengan berlinang air mata dan memohon “Riki.”

Riki menggenggam erat tangan Pani, bagaimanapun dia tetap tidak bisa menahan Pani, menggertakan gigi dan berkata “Kamu harus berjanji padaku, kalau dia tidak bisa melakukannya, kamu harus kembali kesini!”

“… … Baiklah.” Pani menjawab.

“Kalau kamu menyesal, mencari alasan untuk tidak kembali kesini, aku… …”

Ding dong--

“ancaman” Riki belum selesai, bel pintu sudah berbunyi.

Riki menutup mulut, mengernyit dan menatap pintu.

Pani juga menatap kesana, sesuatu yang samar-samar muncul dimatanya.

Ding dong--

Riki menarik pandangannya, kembali menatap Pani.

Pani menurunkan bulu matanya dan berkedip.

Mata Riki dengan cepat melewati cahaya gelap, melepas lengan Pani, berdiri, berjalan dengan langkah besar kearah pintu.

Sudut mata Pani melihatnya, hatinya menjadi sedikit lebih lega.

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu