Hanya Kamu Hidupku - Bab 322 Selain Kamu, Tidak Akan Ada Wanita Lain Lagi

Setelah terdiam sejenak, William melirik bagian lengannya yang dicubit dan membuatnya merasa sakit, lalu menyipitkan matanya terhadap Ellen, dan mengeluh, “Aku sudah cukup memilikimu, apabila ada beberapa lagi, bagaimana dengan lenganku ini?”

Ellen menatapnya, “Jadi, Kamu benaran memiliki pemikiran ini?”

William menoleh, dan menatap Ellen dengan dalam, “Jika aku memiliki pemikiran itu, kenapa aku harus menunggunya sampai sekarang? Dan juga kenapa takut diketahui oleh kamu?”

“……Betapa hebatnya kamu!”

Ellen mengernyit, dan berbisik pelan-pelan dengan kesal.

William memutarkan kepalanya, dan menghadap ke depan, “Selain kamu, tidak akan ada wanita lain lagi.”

Ellen menatap William.

Beberapa saat kemudian, Willam berkata dengan lembut, “Ellen, yang membuatmu menjadi tidak senang adalah aku, atau hal yang lain, hmm?”

Ellen tiba tiba menaikkan alisnya, menatap kedua mata William sejenak, dan melihat ke depan.

William melirik ke arah Ellen, dan tidak bertanya lagi.

Mobil berhenti di depan Yuk Gosip, Gedung Penulis, Ellen menundukkan kepalanya, dan perlahan-lahan melepaskan sabuk pengamannya.

William menatap Ellen dari samping, “Sebentar, aku meminta Aron membeli makan siang untukmu, kamu bawa untuk makan.”

Ellen telah melepaskan sabuk pengaman, dan menatap William, dengan mata besarnya yang sedikit tertekan.

William mengulurkan tangannya dan memegang satu tangan Ellen, yang diletakkan pada telapak tangannya, kemudian dia menatap Ellen dengan penuh perhatian, dan berkata dengan suara yang lembut, “Jangan tidak senang lagi, kamu tahu siapa yang ada di dalam hatiku.”

“……mama masih tetap sangat menyukai Rosa.” Bibir Ellen bergerak sejenak, akhirnya dia mengungkapkan suara hatinya, dan memberi tahu William hal yang membuatnya menjadi tidak senang.

William dengan matanya yang menyipit, “Persahabatan keluarga Dilsen dan Manda sudah terjalin sejak lama. Kakek aku dan Kakek Rosa adalah sahabat. mamaku dari kota lain menikah ke kota Tong, saat itu sama sekali tidak mengenali kota Tong, teman dan kerabatnya juga tidak ada. Karena kedekatan keluarga Dilsen dan Manda, maka mamaku dan mama Rosa menjadi semakin dekat, akhirnya mereka menjadi teman dekat. Rosa awalnya adalah anak dari teman dekatnya, sejak kecil Rosa menempel dengan mamaku, Rosa sangat menghormati mamaku, sehingga membuat mamaku lebih dekat dan menyukainya.”

Ellen menatap William, “Benar hanya karena merupakan anak dari teman dekat, jadi lebih menyukainya?”

William mengernyit, “Hanya bisa seperti ini.”

Ellen menarik nafas, lalu dia perlahan-lahan menegakkan postur duduknya di atas kursi, dan menatap Aron yang keluar dari mobilnya di depan, kemudian dia berkata dengan lembut kepada William, “Aku pergi kerja dulu. Kamu nanti sebelum pulang ke kantor ingat makan dulu, ngerti?”

“Masih tidak senang?”

William mempererat pegangannya terhadap Ellen, dan bertanya dia dengan menatap kedua matanya.

Ellen menatap William, tidak ingin berbohong padanya, dan juga mengetahui sekarang ekspresi wajahnya juga tidak dapat membohonginya, lalu mengangkat bahunya, “Aku akan menyesuaikannya dengan baik.”

“Ellen, cukup percaya padaku.” William berkata.

Ellen mengangguk kepalanya, melihat Aron sudah berdiri di luar mobil, lalu dia menarik tangannya dari genggaman William, dan turun dari mobil.

Mengambil makan siangnya dari tangan Aron, dan senyum kepadanya, “Terima kasih.”

Aron melihat wajah Ellen, dengan matanya yang berkedip, dan berkata, “Tidak apa-apa.”

Baik, Ellen menatap Aron sejenak lagi, lalu mengalihkan pandangannya, dan melambaikan tangannya terhadap William yang berada di dalam mobil.

William menyipitkan matanya, dan mengangguk.

Ellen berputar, dan berjalan menuju Gedung Penulis.

William dan Aron melihat Ellen memasuki Gedung Penulis, dan mereka masing-masing membawa mobil menuju Perusahaan Dilsen.

……

Rumah Sakit Yihe.

William dan Ellen sudah meninggalkan rumah sakit dalam waktu yang cukup lama.

Rosa tetap saja meneteskan air matanya berulang-ulang, dengan wajah yang bersyukur.

Demian dan Mila melihat Rosa seperti ini, merasa sedikit canggung, tidak tahu harus mengatakan apa juga, dan mereka keluar dari kamar rawat, untuk pergi jalan-jalan.

Melihat kedua anaknya keluar, Louis segera mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Rosa, melihatnya dengan wajah lega dan sakit hati, “Rosa, membuat kamu merasa dirugikan lagi.”

Rosa tertegun, dan menyeka air matanya, “ bibi, Apa yang anda katakan? Apa yang aku merasa dirugikan? Aku merasa sangat senang!”

“Nak, di depan bibi, kamu jangan menahan lagi, ahh?” Louis berkata dengan matanya yang memerah.

“ bibi, aku benaran tidak apa-apa. Melihat Ellen masih hidup, aku tulus merasa senang.” Rosa berkata sambil senyum, air matanya menetes semakin cepat, “ bibi apa yang anda lihat? Ellen sudah kembali. Anda lihat kakak William bersikap dingin terhadap semua orang, tetapi ketika dia menatap Ellen, tatapannya sangat lembut. Nada bicaranya pun sangat lembut, dan menganggap Ellen adalah kesayangannya. Ellen sangat bahagia, ada seorang pria seperti kakak William yang lahir karena dia, “Mati” karena dia, senang karena dia, sedih karena dia. Aku sangat senang, benar-benar sangat senang.”

“Rosa……”

Louis meremas tangan Rosa, melihatnya dengan kasihan, “Kamu begitu baik hati, nantinya pasti akan bertemu dengan pria yang lebih baik dari William, kamu pasti akan bahagia.”

“ bibi, bagiku kakak William, adalah pria terbaik di dunia ini. Aku tidak akan bertemu yang lebih baik dari dia lagi. Hatiku sangat jelas.”

Rosa mengerakkan bibirnya, air matanya berlinang, “Walaupun dalam masa kehidupan ini aku tidak ada jodoh dengan kakak William, tetapi harapanku yang paling besar adalah kakak William bahagia, dan senang. Aku tidak meminta lainnya, aku hanya berharap kadang-kadang dapat bertemu dengan kakak William, bahkan melihat dari jauh, itu sudah cukup bagiku.”

Louis melihat Rosa, dengan matanya yang penuh kasihan dan terharu.

Sekarang di mata Louis, dia merasa Rosa adalah wanita terbaik di dunia ini.

Dikarenakan Rosa di depan Louis menunjukkan kelembutan, murah hatinya, kecerdasan, budi luhurnya, dan kesabarannya, Louis merasa sedih dan kecewa.

Rasa sedih dan kecewanya berasal dari, Rosa yang begitu sempurna tidak dapat menjadi menantunya.

Kontras selalu “Misterius”.

Semakin Louis merasa sedih dan sayang terhadap Rosa, impresif terhadap Ellen mungkin akan semakin buruk!

Tujuan yang hendak dicapai Rosa, mungkin tidak lebih dari itu.

……

Keesokan harinya, Louis dipulangkan dari rumah sakit, Demian dan adik-adik semuanya pergi menjemput mamanya, Rosa juga di sana.

Keluar dari rumah sakit, Vania segera naik ke mobilnya.

Louis yang sedang berjalan yang dibantu oleh Rosa dan Mila melirik ke arah Vania, hatinya terasa dingin.

William membuka pintu belakang mobil, dan melihat Louis.

Rosa dan Mila membantu Louis untuk naik ke mobil William.

Sebelum naik ke mobil, Louis dengan tiba-tiba melihat William, mengerutkan alisnya dan bertanya, “Mana Ellen?”

Rosa dan Mila tertegun, dan melihat Louis.

“Sedang kerja.” William mengatakan dua kata itu.

Louis mengerutkan bibirnya, dan terlihat serius, “Iya juga. Kerja lebih penting.”

William menatap Louis, dengan merapatkan bibirnya, dan tidak membuat penjelasan yang lebih lanjut.

Melainkan Mila setelah Louis naik ke dalam mobil, berkata di samping telinganya, “Semalam aku ngobrol dengan Ellen, dia baru masuk kerja beberapa hari. Aku rasa Ellen seharusnya ingin datang, hanya tidak enak untuk mengambil cuti.”

Louis melirik Mila, dan tidak mengatakan apa-apa.

Rosa dengan turut duduk di samping Louis, dan tidak mengatakan apa pun dari tadi.

……

Karena Louis tiba-tiba bunuh diri, Demian dan Mila masing-masing meluangkan waktu untuk beristirahat selama satu minggu.

Setelah Louis pulang dari rumah sakit, dan semuanya beres di Mansion Sihe, Demian dan Mila baru mempunyai waktu kembali ke rumah lama.

Dengan tak terduga setelah pulang ke rumah lama, selain Gerald, tidak melihat Hansen.

Hansen membeli ponsel baru, dalam kontaknya hanya ada nomor Ellen, dia tidak menyimpan nomor siapa pun.

Tidak hanya begitu, Demian dan lainnya juga tidak tahu Hansen sudah mulai menggunakan ponsel.

Jadi hanya bisa menghubungi Sobri untuk bertanya keberadaan kakek.

Sobri melihat yang meneleponnya adalah Demian, dia kaget.

Jadi ketika Demian bertanya keberadaan Hansen, Sobri langsung mengatakan bahwa mereka sedang bermain games.

Demian dan Mila kaget, kesukaan kakek pada masa tuanya sangat menarik!

Akibatnya, Demian dan Mila dengan tidak sabar ingin melihat suasana kakek bermain game, mengakhiri panggilan, dan bergegas menuju alamat yang Sobri katakan.

……

Tiba di tujuan, Demian dan Mila dengan mudah menemukan lokasi keberadaan Hansen dan Sobri.

Karena lokasi mereka berdua, adalah yang paling ramai saat ini.

Demian dan Mila saling menatap, kemudian masuk ke kerumunan itu dengan kekuatan maksimal mereka.

Ketika masuk ke dalam.

Langsung melihat Sobri yang memegang beberapa mantel, berdiri di samping Hansen yang memegang “Senapa sniper”, dan Hansen dengan serius sedang menembak ke arah video game player……

Demian dan Mila: =_=

"Ah, satu sudah mati, mati lagi yang satu... Kak, hebat!"

"Wow, oh, oh ~~"

“Kak, sini, sini……Ya!”

“……Nino, kamu berisik sekali!”

"Aku akan membantumu bersorak."

"Siapa yang ingin kamu bersorak?"

“……”Nino tertegun, memutar kepalanya, dan berkata kepada Hansen dengan mengepalkan kedua tangannya, “Ah, kakek buyut semangat……Hei, kakek buyut, satu pun kamu tidak berhasil membunuhnya!”

Hansen mengangkat alisnya, hampir saja mematahkan “Senapan” di tangannya!

Sobri merasa senang, tetapi takut Hansen marah padanya, dan dia berbalik sambil tersenyum-senyum.

Ketika berbalik dia melihat yang berdiri di depan kerumunan yaitu, Mila dan Demian dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan.

Sobri marah.

……

Restoran Western.

Hansen duduk di antara Nino dan Tino dengan muka masamnya, dan masih tertekan karena dirinya kalah dalam permainan.

Tino dan Nino dengan penasaran melihat Demian dan Mila yang ada di hadapan mereka.

Demian dan Mila juga melihat mereka dua dengan misterius.

“Aku tidak bisa menahan lagi!”

Mila menarik nafas, dan menatap Hansen, “Kakek, bahkan anda menginginkan cucu, juga tidak boleh menculik cucu orang lain!”

Demian, “……” dengan menggunakan ekspresi yang penuh kasih sayang terhadap adiknya.

Hansen melotot ke arah plafon, “Matamu yang mana melihat aku menculik anak orang lain?”

“Ini, bukannya sudah ada bukti?” Mila melihat Tino dan Nino.

“Mila, bukannya kakek ingin bilang! Bagaimanapun IQ itu dibawa sejak lahir.” Hansen berkata.

Mila mendengar Hansen berkata seperti itu, tidak marah, bahkan senyum, “Kakek, Anda ini.”

Hansen melihat Mila yang menyenangkan, tidak bisa menahan, dan tidak menyembunyikan lagi, menundukkan kepalanya sambil melihat Tino dan Nino, lalu berkata, “Mereka adalah kakak dari papa kalian, kalian harus memanggil Paman Pertama dan Bibi Kedua.”

Tino dan Nino mengangguk, melihat Demian dan Mila, dengan satu suara, memanggil “ Paman Pertama, Bibi Kedua 。”

Mila tertegun dan bengong.

Demian menarik nafas, perlahan-lahan mengalihkan tatapannya dari Tino Nino, dan menatap Hansen, “Kakek, Anda mengatakan orang yang harus memanggilku dan Mila kakak, jangan-jangan adalah William?”

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu