Hanya Kamu Hidupku - Bab 20 Paman Ketiga, Jantungmu Berdegup Kencang Sekali

Ellen baru memanggil ‘paman ketiga’, sebuah tangan tiba-tiba menggengam tangan Ellen dengan erat.

Ellen terkejut, ia melihat kearah William sambil menahan nafas.

“ Ellen, paman ketigamu kuserahkan padamu, aku dan paman Samir masih ada urusan, kami pergi dulu.” Suara Sumi yang lembut terdengar dari luar mobil.

Ellen mengedipkan mata, melihat ke arah luar mobil.

Ia melihat Sumi menggandeng lengan Samir berjalan ke mobil lainnya.

Tidak lama berselang, mobil itu langsung berlalu dari samping mobilnya.

Ellen menoleh melihat William, ia memanggilnya dengan lembut, “Paman ketiga.”

William tetap memejamkan mata, namun tangan yang menggenggam tangan Ellen seperti menarik Ellen mendekat dengan kuat.

Ellen tidak punya persiapan, sehingga langsung terbawa kedalam pelukannya.

Wajahnya bersandar di dadanya, suara detak jantung yang seperti suara drum bergema di telinganya.

Ellen mengedipkan matanya sambil memanggilnya sekali lagi, “Paman ketiga.”

“Temani aku duduk sebentar.” Dia berkata dengan suara agak serak dan lirih.

“Em.” Ellen mengangguk pelan dalam pelukannya.

Ellen diam tidak sampai setengah menit, tangan kecilnya ditempelkan ke dada William tepat di tempat jantungnya berdetak, “Paman ketiga, jantungmu berdetak cepat sekali.”

Kerongkongan William yang dingin dan kaku bergolak, mata hitamnya yang terpejam perlahan membuka, ia menunduk menatap kedalam mata Ellen yang hitam dan jernih.

……

Mobil off-road melaju dengan cepat di jalanan aspal.

Samir memandang Sumi yang mengendarai mobil dengan tatapan tidak mengerti, satu tangan Sumi memegang stir mobil, satu tangan lagi memegang rokok, “Eh, aku dan kamu bisa ada urusan apa? Apakah kamu tidak tahu kalau William itu sedang mabuk? Hanya Ellen yang bertubuh dan bertangan kecil seperti itu bagaimana mungkin sanggup memapah William ? Bisa-bisanya kamu langsung mengerek aku pergi begitu saja, sadis sekali kamu.”

Sumi menjepit rokok dengan bibir tipisnya, ia memegang stir dengan tangan lainnya, ia melirik Samir dengan sudut mata yang sedikit disipitkan, terdiam sebentar lalu berkata, “Dia tidak mabuk.”

“Apanya yang tidak mabuk? Siapa yang tidak mabuk?” Samir tidak mengerti.

“ William, dia tidak mabuk.” Sumi berkata.

“…..” ada beberapa maksud ya.

Samir membelalakkan mata melihat Sumi dengan wajah bingung, “Kamu bilang William tidak mabuk?”

“Em.”

“… kalau begitu kenapa tadi dia tidak mau turun dari mobil?” Samir mengangkat sudut bibirnya.

“Dia sedang menunggu Ellen .” Sumi berkata.

“…..” Samir membelalakkan mati, tetap tidak mengertii.

Sudah berada di depan rumah sendiri, untuk apa menunggu Ellen ?

Samir berpikir sejenak, namun tetap tidak mengerti, ia melihat Sumi sambil bertanya, “Sebenarnya apa maksudnya? Untuk apa William menunggu Ellen ?”

Sumi tidak bicara.

“Haih….”

“ William suka pada Ellen .”

“Seluruh kota Tong siapa yang tidak tahu.” Bukankah ini sama dengan omong kosong?

Siapa yang tidak tahu kalau Ellen merupakan permata hati William di kota Tong ini, kalau tidak suka, apa bisa disebut permata hati?

“Berapa umur William ?” Sumi bertanya sambil melirik Samir .

“……” Samir berkeringat, menatap Sumi dengan wajah speechless, “Hampir 30.”

“30.” Sumi menyunggingkan senyum tipis di bibirnya, “Apakah kamu pernah melihat William punya pacar?”

“Bagaimana pacaran? Putri keluarga Manda itu sangat sangar pada wanita manapun yang mendekati William, sampai membuat sekeliling William tidak ada seekor betina pun yang berani mendekat. Lebih jangan ditanya pacaran.” Samir menggerutu.

Sumi mengkerutkan alis, menatap Samir dengan tatapan iba.

Rasanya dia sudah memberi isyarat yang sangat jelas padanya.

Sebenarnya seberapa rendah IQ Samir . Bahkan ucapan yang sudah sejelas ini saja tidak bisa mendengarnya?

“Haih, tunggu, kenapa kita malah membicarakan masalah William yang tidak punya pacar?” Samir menarik nafas, berkata dengan nada bingung.

Sumi menggeleng, demi menghindari IQnya ikut terbawa bodoh olehnya, sebaiknya dia hentikan pembicaraan ini, toh bagaimanapun dia memberi kode, Samir tetap tidak akan mengerti.

……

Di dalam mobil, Ellen bersandar di dalam pelukan William, matanya sudah hampir terpejam dan tertidur.

William melihat mata Ellen yang mulai tertutup perlahan, sampai matanya sudah sepenuhnya terpejam, ia tersenyum, membuka pintu mobil, menggendongnya dan turun dari mobil, lalu berjalan masuk kedalam villa.

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu