Hanya Kamu Hidupku - Bab 381 Menurutlah, Jangan Menangis

Ellen yang tertinggal, baru menyadari keseriusan dari masalah ini, dan akhirnya dia pun benar-benar panik.

Setelah menunggu dua puluh menitan lebih dengan cemas, Ellen pun baru teringat untuk menelepon Dorvo.

Begitu telepon itu diangkat, Ellen langsung berkata, “Kakak, kamu, apa kamu sudah membawa pergi Samsu?”

Suara Ellen terdengar panik, dengan sedikit serak. Terdengar sangat panik dan tak berdaya.

“Em.” Kata Darvo setelah diam sejenak.

“Paman ketigaku marah, cepat kamu bawa dia kembali!” kata Ellen menaikkan suaranya.

Dorvo, “...”

Sudah dibawa pergi dan sekarang sudah diserahkan ke keluarga Ming, lalu bagaimana mungkin membawanya kembali?

“Adikku, kamu jangan panik.”

“Aku sangat panik ini, benar-benar panik! Paman ketiga sudah lama sekali tidak semarah ini kepadaku! Bahkan dia sampai berkata kalau dia tidak lebih baik dari Samsu ! kata Ellen, “Kakak, ayo bawalah Samsu kembali, ya?”

Dorvo diam lagi dan tak berkata apapun.

“Kakak !”

“Apakah William mengganggumu lagi ya?” tanya Dorvo.

“Dia tidak menggangguku, hanya marah saja. Begitu dia marah, aku pun jadi panik. Aku tidak ingin dia marah.” Ketika Ellen bicara, napasnya jadi tidak teratur karena marah.

“Adikku..”

“Kakak, kamu jangan bicara lagi. Cepat bawalah Samsu pulang! Aku mohon padamu.”

“...Lalu? setelah aku membawa Samsu kembali, Paman ketigamu bisa bagaimana membalasnya dan menghukumnya, apa kamu tahu jelas itu?” suara berat dan tertekan Dorvo terdengar jadi sangat serius.

“Aku tidak peduli! Apa yang dikatakan Paman ketiga benar, aku tidak seharusnya berhati lembut di saat seperti ini. Samsu sudah menipuku sampai ke tempat yang sangat terpencil dan berbahaya. Walaupun sekarang aku tidak apa-apa, jika seandainya aku ada apa-apa, anak yang ada di dalam perutku, juga tiga anak yang masih kecil, Paman ketiga nanti harus bagaimana coba? Pokoknya, tidak peduli Samsu akan menerima hukuman apa, itu sudah selayaknya dia terima.” Kata Ellen.

“Tapi adikku, benakmu juga tahu jelaskan. Samsu hanya karena mencintaimu, hingga membawamu pergi, dia juga hanya berharap di waktu kalian berdua bersama-sama itu, kamu bisa menyukainya. Di saat itu, dia tidak ada niat ingin melukaimu, dan juga tidak benar-benar melukaimu. Sekarang Paman ketigamu marah, dia pasti sudah berniat untuk menghancurkan Samsu di posisinya di keluarga Ming. Kamu harusnya tahu, Samsu adalah anak yang tidak sah. Dia lebih tua dari pada saudaranya yang dipanggil ‘kakak pertama’ itu, tapi dia di depan orang lain harus memanggil saudaranya itu dengan sebutan ‘kakak pertama’, penghinaan macam apa ini?”

“Kakak, kamu mulai kapan punya hubungan yang baik dengan Samsu. Kenapa setiap kalimat yang kamu ucapkan itu seolah sedang membantu Samsu bicara? Tidak heran, tidak heran kalau Paman ketiga merasa keluarga Nie dengan Samsu punya hubungan yang dekat dan tidak biasa, bahkan sampai Samsu melakukan hal semacam ini, masih saja bisa dengan muda memaafkannya!”

“Hubunganku dengan Samsu memang cukup baik. Tapi tidak lebih baik darimu. Aku membantunya, hanya karena melihat dia yang tidak melanggar hukum dan tidak benar-benar melukaimu. Dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dia menerima hinaan dan ejekan dari keluarga Ming, melihat sendiri bagaimana dia bertahan dan berjalan dengan sulitnya sampai bisa ke tahap ini.”

Dorvo berkata sampai sini, lalu dia berhenti sejenak, lalu baru berkata lagi, “Ada satu hal lagi, selama beberapa tahun tertekan dan terancam oleh Boromir, hanya Samsu satu-satunya yang tidak menghindari Keluarga Nie dan sering sekali bergaul dengan Keuarga Nie. Bahkan dia juga pernah berkata kepadaku, jika suatu hari butuh bantuannya untuk melawan Boromir, dia akan senang hati dan tidak akan ragu sedikitpun untuk membantu. Walaupun kemudian yang mengalahkan Boromir adalah Paman ketigamu. Tapi aku dalam hati tetap menerima niat baiknya itu.”

Setelah mendengar ucapan dan penjelasan dari Dorvo.

Ellen memejamkan matanya dengan erat, lalu menarik dan menghela napas sedalam-dalamnya, lalu baru berkata lagi dengan suara yang cukup sangat tenang, “Aku tahu. Kakak, aku sedikit capek sekarang, aku tutup dulu ya.”

“Em.”

Ellen menutup telepon, lalu mengambil ponselnya dan pergi dari ruang kerja. Kemudian dia masuk ke kamar utama.

Sudah mengitari kamar utama, tapi dia masih saja tidak menemukan orang itu.

Ellen mengerutkan keningnya lalu dia pun berjalan keluar.

Tapi belum sampai berjalan keluar, Nurima masuk.

Ellen pun berhenti, lalu dengan segera mengendalikan ekspresi di wajahnya, tersenyum lalu berkata, “Nenek.”

Nurima mengangguk, berjalan ke depan Ellen. Mengangkat pandangan matanya dan menatap Ellen dengan seksama, “Ellen, tadi aku liar William keluar, dan ekspresi wajahnya sangat tidak terlalu baik, kalian berdua, baik-baik saja kan?”

Keluar?

Ellen menggigit bibirnya, “Apa dia keluar membawa mobil?”

“Em.” Melihat kebingungan Ellen, hati nenek pun jadi tambah bingung.

Apa jangan-jangan mereka berdua benar-benar sedang ribut ya?

Dia sampai tidak mendengar suara mobil keluar!

Ellen memejamkan pelan matanya, sakit di hatinya semakin terasa.

“Ellen, dua hari lalu kalian masih pergi keluar bersama-sama kan? Kenapa waktu pulang langsung...” Nurima khawatir, dia menarik tangan Ellen lalu bertanya dengan cemas.

“Tidak apa kok nenek, kamu tidak perlu khawatir.” Ellen mengedipkan matanya, “Aku yang cukup egois dan marah-marah, Paman ketiga mungkin ingin aku tenang dulu mangkanya dia pergi keluar. Tapi, nenek tenang saja, Paman ketiga tidak akan tega marah cukup lama denganku.”

“Egois?” Nurima mengerutkan keningnya memandangi Ellen.

Ellen berkata ‘Egois’, Nurima sangat tidak setuju.

Di dalam hatinya, Ellen adalah wanita yang lembut dan pengertian, baik hati dan dermawan, ribut masalah kecil, Ellen tidak mungkin akan melakukan hal seperti itu!

“Ellen...”

Nurima awalnya ingin lebih memahami apa yang terjadi, tapi baru saja membuka mulut, tidak tahu dia teringat sesuatu. Tiba-tiba dia pun berhenti melanjutkan bicaranya, dan berkata, “Cinta dan kasih William kepadamu, kita semua disini melihatnya sendiri. Anak baik, harus pintar-pintar menghargai, paham tidak?”

“Em.” Ellen memeluk Nurima, lalu menyandarkan wajahnya di pundak Nurima, matanya sembab dan pandangan matanya tertuju ke arah luar pintu.

....

Tengah malam, Ellen berbaring kesana kemari menunggu William.

Menunggu sampai jam dua dini hari, terdengar suara kecil dari pintu utama.

Ellen tidak memdulikan apapun, dia langsung duduk di ranjang, menyalakan lampu dan mata besarnya yang bersinar menatap tajam ke arah pintu, “Paman ketiga, apa kamu sudah kembali.”

William yang mengenakan stelan hitam berdiri di pintu, tiga kancing di kemeja hitamnya terbuka, memperlihatkan postur indah dan seksi di dadanya. Lengan kuat dengan lengan baju yang dilingkis itu menenteng sebuah jas hitam.

Tidak tahu apa karena lupa menggantungkannya di lemari baju bawah atau karena buru-buru naik ke atas

Selesai Ellen bertanya, dia tidak bisa sabar lagi menunggu William membalasnya.

Dia pun membuka selimutnya dan turun dari ranjang, lalu berjalan keluar. Lalu begitu saja masuk ke pelukan William, “Aku kira kamu masih marah, dan tidak pulang.”

William tidak seperti biasanya yang langsung akan memeluknya balik. Dia malah menundukkan pandangan matanya dan memandangi Ellen, lalu mengulurkan tangannya menepuk punggung Ellen dan berkata, “Selarut ini kenapa belum tidur, apa kamu lupa kalau kamu sedang hamil?”

Ellen menggelengkan kepalanya di pelukan William, “Aku sedang menunggumu. Setelah kamu kembali, aku berniat menjelaskannya.”

William mengerutkan keningnya lalu mengeratkan bibirnya, dia mengulurkan satu tangannya untuk menutup pintu kamar, lalu menggendong Ellen dan berjalan ke ranjang.

Setelah bagian punggungnya merasakan kelembutan dan keempukan dari ranjang besar itu, Ellen pun segera mengulurkan tangannya dan merangkul leher William. Lalu mata yang sembab dan jernih itu menatap tajam ke paras wajah William yang terlihat serius, Ellen berkata dengan suara pelan, “Paman ketiga, Bagaimana mungkin Samsu bisa dibandingkan denganmu? Di hatiku, bahkan aku sendiri merasa aku tidak lebih penting darimu. Poin ini, kamu juga tahu jelas.”

Tatapan mata William menatap dalam ke Ellen, “Ellen, jika aku diculik pergi oleh seseorang yang sangat mencintaiku, tapi dia tidak melukaiku sedikitpun. Jika aku berkata ini kepadamu, tidak perlu memedulikannya, kamu akan melakukan apa?”

Jelas harus dipedulikan!

Mata Ellen memerah, menatap William, “Aku tahu aku salah. Benar-benar, aku harusnya percaya dengan penilaian dan tebakan Paman ketiga.”

Sampai sini.

Ellen merasa bisa terbuka membicarakan masalah ini.

Tapi tanpa menunggu Ellen melanjutkan ucapannya, William menarik tangannya lalu bangkit dan berdiri di depan ranjang. Tidak ada gelombang apapun di tatapan matanya, dia menatap Ellen dan berkata, “Aku masih ada urusan kerja yang harus diurusi, kamu tidurlah dulu.”

“....” Ellen tertegun, dia sepenuhnya tidak menyangka kalau masalah ini semakin lama jadi semakin seperti ini.

Juga di waktu Ellen tertegun ini, William sudah melangkahkan kakinya keluar meninggalkan kamar utama.

Kreteekkk...

Ellen tersadar dari pikirannya, dia pun duduk lalu bangkit dan mau turun dari ranjang, mata Ellen basah dan melirik pintu kamar, lalu mengulurkan tangannya mengelus-elus perutnya sendiri, dia pun membuka selimut dan berbalik kembali ke ranjang.

....

Dua hari kemudian, Willian benar-benar bersikap dingin kepada Ellen.

Di hati Ellen terasa sangat kosong!

Tapi untungnya ada hari dimana itu adalah hari ulang tahun William, Ellen pun bertekad dan sudah memutuskan, di hari ulang tahun William itu, dia akan memfokuskan diri dan pikirannya untuk memberi kejutan yang besar di depan William, sekalian memintanya memaafkannya.

Siapa juga yang tahu.

Sebelum ulang tahun Willian, Ellen tiba-tiba diberitahu kalau dia pergi keluar kota ada urusan bisnis!

Dan kabar ini, bukan William yang mengatakan sendiri kepada Ellen. Tapi salah satu orang di perusahaan yang meneleponnya, menggantikan William untuk memberitahu Ellen kabar ini.

Baru mendengar kabar ini, hati Ellen bagaikan disambar geledek, rasanya ingin sekali mencari tempat yang tidak ada orang untuk menangis.

Tapi dia tidak melakukan itu, dia malah memanggil Samir, Sumi, Frans dan nona yang tidak jarang sekali pergi dari rumah Ethan, untuk datang dan melihatnya menangis!

Samir dan lainnya pun sudah berkumpul.

Ellen mulai bagaikan istri muda, mengambil serbet dan menjadikannya seperti sapu tangan, dan mulai mengusap air matanya yang menetes.

Samir dan yang lainnya yang melihat sosok yang tersakiti dan sedih itu.... mereka malah benar-benar seperti tidak berperasaan dan senang sekali melihatnya!

“Ellen, aku kakak kelimamu ini sebenarnya ingin sekali membantumu. Tapi kamu juga melihatkan, kakak juga sudah meneleponnya, juga sudah mencoba semua cara untuk menghubunginya, tapi semuanya sia-sia. Paman ketigamu itu tidak mengangkat teleponku!” Samir memperlihatkan dirinya yang tidak berdaya.

“Hikh uh..”

“Ya ampun ya ampun, Ellen, kamu sudah menangis sampai jelek seperti kucing kecil begini. Kakak keempatmu yang melihatmu ini jadi ikut sedih, menurutlah, jangan menangis lagi.” Frans yang duduk bersila pun ikut berkata dengan menggoda.

“Hiks uh.”

“Ellen, Paman ketigamu itu yang paling menyayangimu. Dia kali ini bisa marah selama ini denganmu. Melihat kemampuanmu membuat marah orang, keliatannya semakin berumur semakin meningkat tidak sedikit ya. Aku kakak ketigamu kagum sekali denganmu!” tutur Ethan yang terlihat begitu serius.

Samir dan yang lainnya melirik ke Ethan.

Samir mengeratkan bibirnya menahan tawa.

Tiba-tiba teringat apa yang dikatakan Frans sebelumnya mengenai Ethan, tidak pernah bersuara, sekali bersuara sangat lucu!

“Hiks hiks hiks hiks hiks...”

Semua orang tahu tingkat depresi dan sedih Ellen saat ini.

Sudut bibir Sumi muncul senyum tipis yang samar, menatap Ellen, “Jangan lupa di perutmu ada bola yang umurnya empat bulanan, kalau kamu menangis seperti ini, itu tidak baik bisa melukai tubuhmu. Yang sedih nantinya malah Paman ketigamu. Mungkin saja nanti karena kamu tidak menghargai dirimu sendiri, kemarahannya malah semakin lama?”

‘Hiks uh..”

Dia memanggil mereka kesini, sebenarnya minta mereka menghiburnya atau untuk diejek sih?

Ellen sangat menyesal, dia tidak seharusnya memanggil mereka datang kesini!

Mereka itu orang baik apanya coba? Dia memanggil mereka sebenarnya untuk apa sih?!

Sebelumnya, hanya hati Ellen yang sakit, tetapi sekarang tiba-tiba jantung, hati, limpa, paru-paru, dan ginjalnya ikut sakit mendengar mereka!

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu