Hanya Kamu Hidupku - Bab 129 Ellen, Dengarkan Kata-Kata Paman

William melepaskan sabuk pengaman dan mendekati ke arah Ellen, wangi tubuh William segera mengelilingi Ellen, tatapan Ellen agak bergetar dan bahunya menjadi kaku secara refleks.

William mengangkat alisnya, setelah itu Ellen mendengar suara melepaskan sabuk pengaman.

Kedua mata Ellen yang gelap berhenti bergetar, wajah kecilnya mulai memerah, Ellen mengira William mau.... mencium dia!

William tertawa tanpa suara dan mengelus pipi Ellen sambil memegang pinggangnya yang langsing dan mengendong Ellen ke pahanya dari tempat duduk penumpang.

Wajah Ellen menjadi panas, bola matanya yang hitam memancarkan cahaya dan dia menatap ke William dengan tatapan tidak mengerti.

William menyandar di kursi dengan satu tangan mengelilingi pinggang Ellen, satu tangan mengelus perut Ellen dengan lembut.

"........" Mata Ellen membesar, dia menatap ke William dengan tatapan yang polos.

Wajah William terlihat polos dan datar, ekspresinya yang biasanya selalu dingin pada saat ini malah terlihat lembut.

Ellen mengedipkan matanya dan menundukkan kepalanya, melihat ke telapak tangan yang menempel di atas perut Ellen, "Paman ketiga, apakah kamu menyukai anak kecil?"

"Tidak" William menjawab dengan terus terang.

Ellen melamun sejenak dan menatap ke wajah William.

Ekspresi di wajah William sangat damai dan lembut, bibirnya yang tipis juga terangkat dengan ringan, keseluruhannya terlihat sangat elegan dan tenang.

Tetapi, William malah berkata dia tidak menyukai anak kecil.

Kalau tidak menyukai anak kecil, mengapa dia mengelus perut Ellen dengan penuh kasih sayang?

Selain itu, mengapa dia bereaksi begitu menggila dan marah pada saat Ellen mau mengaborsi anak di dalam perutnya?

Tatapan Ellen dipenuhi oleh perasaan tidak mengerti.

Pada saat itu William mengangkat kepalanya, tatapannya terlihat seperti tempat perkumpulan ribuan bintang, sangat lembut dan terang, "Selain anak kita"

Hati Ellen berdering sejenak, dia menatap ke William dengan tatapan yang semakin mendalam.

Apakah maksud William adalah dia tidak menyukai anak kecil, tetapi dia menyukai anak dirinya dan Ellen?

Ellen memiringkan kepalanya dengan ekspresi yang agak kaku.

William senyum dan memukul dahi Ellen yang putih.

".........." Ellen merasa terkejut, dia langsung menutupi dahinya, seolah-olah takut William terus 'menyiksa' dahinya, Ellen menggembangkan mulutnya dan melirik ke William dengan wajah tidak senang.

Sementara pada saat itu, William tiba-tiba mengangkat dagu Ellen dan menciumnya.

Uh..............

Bola mata Ellen membesar, kedua tangannya memegang bahu William secara refleks sambil menarik nafas di dalam hati.

William mengigit bibir Ellen, cara William menutupi bibir Ellen tidak terlihat seperti sedang mencium Ellen, malahan terlihat sedang menyatakan suasana hatinya yang senang kepada Ellen.

Pada akhirnya, William baru melepaskan Ellen pada saat bibir Ellen sudah pegal dan mati rasa.

Setelah itu, Ellen langsung membuka mulutnya dan menarik nafas dengan kuat sambil menatap ke Ellen dengan mata basah yang terlihat emosi.

William mengelus pipi Ellen yang memerah karena dia dengan lembut, sementara dia menatap ke bibir Ellen yang merah dan agak bengkak dengan tatapan yang dingin dan gelap.

William memejamkan matanya sebelum mencium pipi Ellen dengan tenaga yang tidak termasuk kuat dan tidak termasuk lemah, suara seraknya terdengar seperti sedang disiksa dengan kesakitan, "Ellen, Ellen........"

Melihat wajah tampan William yang memerah, Ellen merasa agak panik, dia meletakkan kedua tangannya di bahu William dengan lembut dan berkata dengan suara kecil, "Paman ketiga, aku, aku duduk samping saja"

William membuka matanya dan menatap ke Ellen dengan tatapan gelap beberapa detik.

Setelah melepaskan bibir Ellen, William menyandar ke kursi dan menarik sebuah jarak dari Ellen, tetapi satu tangannya tetap masih berada di pinggang Ellen.

Ellen mengedipkan matanya dan kebasahan di dalam matanya pun menghilang.

Ellen menegakkan tubuhnya dan tidak bergerak.

Bukan karena apa, tetapi karena sesuatu yang berada di bagian pinggungnya sangat keras dan menganggu!

Sebenarnya William juga tidak ingin begitu, pada awalnya dia hanya ingin menyatakan perasaan gembiranya sehingga ingin memberikan ciuman dan pelukan kepada Ellen.

Tetapi, setelah mencium dan memeluk, William... tidak bisa mengontrol diri, dia jadi menginginkan lebih banyak.

William menghela sebuah nafas berat dan memijat hidungnya sambil berkata dengan suara serak, "Lain kali tidak begitu lagi"

Ellen, "..........." Dia tidak tahu harus berkata apa.

Setelah beberapa saat, William baru menurunkan tangannya dan tatapannya yang tadinya gelap pun kembali ke kondisi tenang, dia menatap ke Ellen dengan ekspresi serius, "Lahirkan dia"

"........" Ellen mengerutkan alisnya tanpa bersuara, tatapannya berisi sedikit kerisauan.

William duduk dengan tegak dan mengelus pipi Ellen, berharap bisa melihat sedikit kelembutan di dalam mata Ellen, William berkata dengan suara lembut, "Ellen, apakah kamu percaya kepada paman ketiga?"

Ellen menatap ke William sambil melamun.

"Apakah kamu percaya?" William bertanya lagi.

Ellen mengangguk.

William menjilat bibirnya, "Bagus, kalau begitu terus percaya kepada paman ketiga. Mau apa pun yang terjadi, kamu harus selalu percaya kepada paman ketiga, oke?"

Menatap ke wajah William, ekspresi khawatir muncul di wajah Ellen, "Paman ketiga, kamu mau buat apa?"

William menyandarkan dahinya ke dahi Ellen, nada suaranya terdengar jernih dan lembut, "Kamu tidak perlu berpikir tentang masalah lain, hal yang paling penting yang harus kamu lakukan sekarang adalah menjaga kandungan kamu dengan baik, oke?"

Menjaga kandungan?

Wajah Ellen terlihat meragu, "Apakah aku harus mengundurkan diri dari sekolah?"

Tatapan dingin William memancarkan cahaya kecil, dia menatap ke Ellen dan tidak bersuara.

Kalau Ellen masih tidak mengerti setelah melihat ekspresi William yang seperti ini, maka dia sudah bisa dibilang benar-benar bodoh.

Tatapan Ellen yang terang menggelap dan kecewa, "Bolehkah aku menjaga kandungan setelah ujian nasional?"

Melihat ekspresi Ellen yang kecewa, William merasa agak tidak tega, dia mengelus pipi Ellen dan berkata dengan nada suara lembut, "Apakah kamu tidak mendengar kata-kata dokter tadi? Masa sebelum tiga bulan adalah masa paling bahaya, tidak boleh ada kesalahan kecil apa pun, jadi, mulai hari ini, kamu menjaga kandungan di dalam rumah saja. Ellen, paman ketiga berjanji kepada kamu, tunggu anak kita sudah dilahirkan, aku akan mengizinkan kamu kembali sekolah lagi dan ujian nasional. Boleh?"

"Aku boleh ujian nasional dulu, setelah ujian masuk universitas, aku baru mengurus surat penundaan kuliah sementara, tunda satu tahun baru kuliah" Ellen menatap ke William dengan tatapan berharap.

Ellen percaya, berdasarkan kemampuan William, menghindari pemeriksaan tubuh pada saat ujian nasional itu bukan masalah susah.

Ellen baru hamil dua bulan sekarang, masih ada 50 hari lebih sebelum ujian nasional, berarti pada saat ujian Ellen baru hamil 4 bulan.

Hamil 4 bulan, seharusnya perut belum terlalu jelas, asal Ellen perhatikan baju yang dia pakai, orang lain tidak akan berpikir ke arah hamil.

Ujian nasional juga hanya berlangsung 2 hari, setelah ujian selesai Ellen bisa menjaga kandungan di dalam rumah dengan tenang, tunggu setelah mendapat surat lulus, Ellen baru mengurus surat penundaan kuliah sementara, setelah melahirkan, Ellen bahkan juga menjaga anak dulu sebelum kuliah pada tahun kedua.

Semakin berpikir, Ellen merasa pemikiran dia ini bagus, tatapan berharap yang tertuju kepada William pun menjadi semakin berat.

Tetapi.

Satu kata William meghancuri harapan Ellen, "Tidak mungkin"

Sudut mulut Ellen yang terangkat terlihat kaku, dia menatap ke William dengan mata membesar yang tidak menerima, "Mengapa tidak mungkin? Aku merasa bisa, orang yang bekerja saja mengambil cuti hamil pada bulan ke 7, aku baru hamil 2 bulan sekarang, setelah ujian nasional berakhir juga baru hamil 4 bulan, aku bisa ujian nasional dulu baru menjaga kandungan di rumah"

Sikap William sangat keras kepala, "Itu orang lain, kamu beda dengan mereka"

"Ada beda apa?" Ellen tidak menerima.

William menatpa ke Ellen dengan tatapan yang agak tidak berdaya, seolah-olah Ellen sedang bertindak seperti anak kecil yang merajuk.

Ellen merasa emosional, tetapi dia menahannya karena mengetahui William hanya menerima sikap lembut, kalau kamu bersikap keras dengannya, dia akan bersikap lebih keras daripada kamu dan menekan kamu sampai tidak bisa membantah.

Jadi Ellen mengontrol emosinya dan berusaha berbicara secara logikal dengan suara lembut, "Paman ketiga, kalau kamu khawatir aku sekolah, aku juga boleh belajar si rumah saja, tunggu tanggal ujian sudah tiba baru aku pergi ujian, aku merasa kedua masalah ini sama sekali tidak saling tabrakan, bisa dijalankan secara bersama.

William menatap kepada Ellen dengan tatapan seolah-olah sedang melihat anak kecil, "Ellen dengarkan kata-kata paman"

"....." Ellen benar-benar ingin memukul orang!

Dia melirik ke William dengan mata membesar, perasaan marah Ellen bahkan membuat Ellen tidak ingin berbicara dengan William lagi!

Masalah ini adalah hal mengenai kehidupan dan masa depan Ellen, demi anak Ellen sudah setuju mau tunda kuliah satu tahun, mengapa William tidak bisa agak menghargai Ellen?

Keras kapal pria ini benar-benar sampai tidak masuk akal!

Ellen marah sampai matanya memerah dan ingin menangis.

Melihat ekspresi Ellen, William menghela nafas lega dan memeluk tubuh Ellen yang kecil dan kurus, "Sudah, paman ketiga tahu kali ini kamu dirugikan, tunggu siap melahirkan, paman ketiga pasti mendukung kamu untuk sekolah kembali, tidak akan membiar anak menganggu kamu, oke?"

Ellen mengembangkan mulutnya dan tidak ingin berbicara.

Sekolah kembali? William berkata seperti seolah-olah hal ini semudah pergi membeli sayur di pasar.

William tidak berpikir bagaimana Ellen menjalani semester kemarin sampai sekarang demi ujian nasional, setiap hari Ellen mengerjakan setumpuk soal latihan sampai dia ingin muntah!

Padahal ada solusi yang bisa membuat dua hal ini berjalan secara bersamaan, mengapa William tidak mau memilih solusi itu dan terus memaksa Ellen untuk tidak ujian nasional, apakah hal ini tidak terlalu kelewatan?

Lagian Ellen juga berkata mau ujian sambil mengandung, kalau Ellen benar-benar bermaksud mau menggugurkan anak dan ikut ujian nasional, bukannya William akan langsung menghabiskannya?

Ellen merasa frustrasi sampai ingin meledak di tempat.

....

Mereka berdua kembali ke rumah.

Ellen berjalan di depan dengan wajah marah, sementara William mengikuti di belakangnya dengan senyuman ringan, ekspresi di wajah dua orang ini berbeda secara total.

Darmi yang melihat adegan ini merasa bingung dan aneh.

Biasanya, kondisi yang akan terjadi hanya antara Ellen membuat William marah, sehingga William memasang wajah gelap, atau William membuat Ellen marah, sehingga Ellen memasang wajah merajuk dan ekspresi William juga tidak enak dilihat.

Sementara hari ini berbeda, satunya marah-marah, satunya terlihat gembira.

Pada saat Ellen naik ke lantai atas, dia sengaja menginjak dengan langkah kaki berat sehingga suara ketukan yang berat pun terdengar.

Sudut mulut Darmi bergetar, dia berpikir masalah besar apa yang terjadi sampai Ellen melampiaskan kemarahannya kepada tangga rumah sendiri!

Selain itu, bukannya seharusnya Ellen sedang berada di sekolah pada jam segini?

Berpikir sampai sini, Darmi menatap ke William dengan ekspresi yang meragu dan waspada.

Awalnya Darmi mengira William akan ikut naik ke lantai atas, tidak menyangka William sudah duduk di atas sofa pada sast ini, selain itu ekspresi di wajah William sangat jelas menjelaskan dia sedang merasa gembira.

Ujung alis Darmi terangkat kemudian akhirnya mengerut, Darmi tidak mengerti situasi dua orang ini, dia menghela sebuag nafas panjang sebelum berputar balik badan berjalan ke dapur.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu