Hanya Kamu Hidupku - Bab 19 Mabuk

Melihat Ellen menerima hadiahnya, Bintang sempat tercengang satu detik, lalu detik berikutnya, detak jantung yang begitu keras dan cepat langsung menyerbu dadanya.

Coral Pavillion.

Ketika Ellen pulang, Darmi sedang menyiapkan makan malam di dapur.

Setelah meletakkan tas sekolahnya di atas sofa ruang tamu, Ellen langsung mengambil sebotol jus di kulkas, ia memutar tutup botol jus sambil bertanya pada Darmi yang sedang sibuk di dapur, “Bibi Darmi, paman ketigaku sudah pulang?”

Tuan Dilsen baru menelepon, beliau mengatakan kalau malam ini tidak akan pulang untuk makan malam, ia ada pertemuan dengan klien.” Suara Darmi menjawab terdengar dari arah dapur.

Ellen baru meletakkan botol di dekat mulutnya, begitu mendengar ucapan Darmi, mood untuk minum jusnya langsung hilang, alisnya yang rapi mengkerut, menggerutu, “Paman ketiga tidak pulang, kenapa tidak bilang padaku?”

……

Ketika makan malam, Darmi melewati ruang makan, melihat Ellen duduk di meja makan, menundukkan kepala sambil mencolok-colok nasi di depannya dengan sendok dengan wajah murung.

Setelah ragu sesaat, Darmi pun melangkah masuk, “Nona, masakan malam ini tidak sesuai dengan selera anda? Anda katakan apa yang ingin dimakan, akan segera kubuatkan.”

Ellen mengangkat kepala melihat kearah Darmi, menggeleng, “Tidak perlu Bibi Darmi, aku sudah kenyang.”

Setelah mengatakannya, Ellen meletakkan sendoknya lalu bangkit dan meninggalkan ruang makan.

Bibi Darmi melihat nasi dan lauk yang tidak tersentuh di atas meja makan, lalu melihat Ellen yang pergi dari ruang makan dengan lesu, ia merasa heran.

Setelah makan malam Ellen terus berada di dalam kamarnya, jarinya menopang wajahnya di atas meja belajar, matanya yang indah dan berkilauan menatap kotak hadiah yang terletak di atasnya tanpa berkedip, namun ia sama sekali tidak menggerakkan tangannya untuk membuka hadiah itu.

Dia agak tidak mengerti dirinya.

Jelas-jelas ia penasaran hadiah apa yang diberikan oleh Bintang, namun jelas-jelas hadiah itu tergeletak di hadapannya, namun ia tidak mampu menggerakkan tangannya untuk membukanya.

Ia mengelus dagunya, Ellen mengangkat kepala melihat jam yang tergantung di dinding.

Sudah jam 10 lewat.

Paman ketiga masih juga belum pulang.

Ellen tengkurap dengan lemas di atas meja belajar, jarinya yang lentik dan putih bersih mengelus pelan kotak hadiah itu.

Tiba-tiba ponsel di atas meja bergetar, bulu mata Ellen yang panjang agak bergetar, ia segera bangkit dari meja, menjulurkan tangan meraih ponselnya, lalu mengangkatnya, “Paman ketiga……”

“Ini aku Paman Samir.” Suara Samir terdengar tidak berdaya dan sedih.

Ellen mengkerutkan alis, ia menurunkan ponselnya dan melihat nama yang muncul di layar, ini memang nomor paman ketiga kok?

Dia meletakkan ponselnya kembali di telinganya, Ellen bertanya dengan bingung, “Paman Samir, di mana paman ketiga?”

“Di depan pintu, cepat keluarlah.” Samir berkata.

Sudah berada di luar villa kenapa tidak masuk?

Meskipun terheran, namun Ellen tetap berkata, “Aku segera turun.”

……

Ellen berlari kecil keluar dari villa, hanya melihat Maybach yang biasa dinaiki William berhenti tidak jauh dari gerbang, dan Samir juga Sumi berdiri di luar mobil, tidak terlihat William .

“Nona Ellen, jangan bengong lagi, cepat kemari.” Samir melambaikan tangan dari kejauhan padanya.

“Ow.” Ellen berkata sambil berlari kesana, kedua matanya yang hitam dan berkilauan menatap Samir dan Sumi, dia bertanya dengan suara pelan, “Di mana paman ketigaku?”

Samir mengkerutkan alis, menunjuk kearah mobil, “Di dalam sana. Dia mabuk, ngotot tidak mau turun dari mobil, coba kamu lihat kesana.”

Mabuk?

Ellen mengetatkan bibirnya, ia melangkah dengan cepat ke kursi belakang mobil, lalu membuka pintu mobilnya.

Aroma alkohol yang begitu kuat langsung menyerbak dari dalam mobil.

Ellen refleks mengkerutkan alis, ia membungkukkan tubuhnya melihat kedalam mobil, melihat kedua kaki William mengangkang, kepalanya disenderkan di sandaran kursi, kedua matanya terpejam dengan tenang.

Jujur saja, jika bukan karena bau alkohol yang begitu kuat dari dalam mobil.

Hanya melihat tampangnya saja, sama sekali tidak akan menyadari kalau William sedang mabuk.

Ellen masuk kedalam mobil, duduk di samping William, tangan kecilnya diletakkan perlahan di atas tangan besar yang berada di atas pahanya, “Paman ketiga…….”

Ellen baru memanggil ‘paman ketiga’, sebuah tangan tiba-tiba menggengam tangan Ellen dengan erat.

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu