Hanya Kamu Hidupku - Bab 110 Berhasil Berpacaran Dengannya

Setelah Hansen pergi, di dalam taman hanya sisa Ellen dan Bintang berdua.

Suasana menjadi agak aneh.

Ellen melihat ke kursi baring yang terletak tidak jauh darinya dan berkata, "Jangan berdiri, duduk saja"

Bintang menatap ke mata Ellen, "Kemarin paman ketiga kamu marah ya?"

"...." Setelah melamun beberapa saat, Ellen baru mengerti maksud 'kemarin' yang dikatakan oleh Bintsng Hamid, "....aku, sebenarnya paman ketiga, aku bukan orang yang akan marah hanya karena masalah kecil kemarin"

Masalah kecil?

Setelah berkata, Ellen sendiri saja merasa kata-katanya telah menampar pipinya sendiri.

Karen masalah kemarin, William hampir menghabiskan Ellen!

Tetapi apakah Ellen bisa menceritakan hal ini kepada Bintang?

Tidak bisa!

Akhirnya Ellen hanya bisa mendeskripsi masalah ini dengan 'ringan'

"Sebenarnya aku mengerti suasana hati paman ketiga kamu" Bintang berkata.

Bola mata Ellen menatap ke Bintang.

Bintang memberi Ellen sebuah senyuman kecil sebelum berkata dengan nada suara jernih," Aku mendenger kakek berkata paman ketiga kamu mengasuh kamu secara pribadi, dia menganggap dan menyayangi kamu seperti anak kandungnya, tentu saja dia tidak bisa menerima hubungan kita dalam waktu mendadak ini, lagian, seperti apa yang kami katakan, kita sekarang baru kelas 12, di dalam tatapan paman ketiga kamu, kita seharusnya termasuk berpacaran di usia muda"

Anak kandung?

Berpacaran pada usia muda?!

Wajah Ellen bergetar, dia menatap ke Bintang dengan wajah yang agaj canggung dan meragu, "Bintang, sebenarnya waktu pertemuan kemarin aku sudah ingin memberi tahu kamu"

"Tentang apa?" Bintang menatap ke Ellen dengan tatapan terang dan senyuman.

"......." Melihat ekspresi Bintang yang bahagia, sejujurnya, Ellen benar-benar tidak tega mengatakannya. Tetapi kalau sekarang Ellen tidak bersuara, pada akhirnya pasti akan muncul masalah.

Akhirnya, Ellen bertekad bersikap kejam dan berkata, "Aku berpikir, mungkin karena aku meminta kamu berpura-pura menjadi pacarku pada saat acara ulang tahunku kemarin, makanya kakekku salah paham hubungan kita adalah pacaran. Sementara kakekku sangat menyukai kamu, jadi dia terus berusaha keras untuk mengatur kesempatan agar kita bisa bersama dan memperdalam hubungan...."

Berkata sampai sini, Ellen berhenti sejenak sebelum lanjut berkata, "Orang yang mengajak kamu bertemu denganku kemarin di Xingdu Square sebenarnya juga kakekku. Aku tidak mengetahui rencana dan rancangan kakek, aku bisa pergi ke sana karena aku mengira kakek berada di sana"

Ellen menjilat bibirnya dan menatap ke Bintang dengan tatapan yang penuh dengan perasaan bersalah, wajah Bintang yang tampan menjadi agak pucat setelah mendengar kata-katanya, "Maaf ya Bintang, aku tidak menjelaskan kepada kakek makanya dia mengatur masalah-masalah ini sehingga kamu salah paham denganku... benar-benar sangat maaf"

Sudut mulut Bintang terangkat dengan kaku, kecewa dan kesadaran yang tidak tersembunyi memehui matanya, "Ellen, aku mengerti maksudmu. Semua ini sebenarnya adalah rancangan dari kakek, kamu tidak mengetahuinya. Kamu menjelaskan kepadaku karena takut aku salah paham bahwa kamu menyukaiku"

Bintang menarik nafas, "Sekarang aku sudah mengerti, selama ini aku sendiri saja yang memainkan peran cinta bertepuk sebelah tangan, aku tidak mencari tahu masalah dengan jelas. Sebenarnya, kemarin waktu aku pergi mencarimu di rumahmu, kamu sudah berkata bahwa kamu tidak menyukaiku dengan jelas. Seharusnya aku menyadari kamu tidak akan mengajakku keluar, tentu saja semua ini adalah rancangan dari kakek. Hanya saja dari bidang cinta, aku memilih untuk percaya bahwa kamu mengajakku keluar duluan, aku berpikir mungkin kamu bukan sama sekali tidak menyukaiku, mungkin kamu ada sedikit menyukaiku? Tetapi sekarang, aku tidak bisa membohongi diriku lagi. Faktanya adalah kamu tidak menyukaiku, sedikit pun tidak"

Kata-kata Bintang membuat Ellen saja merasa sakit hati.

Tetapi masalah cinta sangat aneh dan kacau, tidak akan bisa dijelaskan dengan baik.

Tidak suka ya berarti tidak suka!

Ellen juga tidak bisa terus menggantung dia setelah mengetahui dia menyukai dirinya dengan kondisi Ellen sendiri tidak bisa memberikannya balasan yang sama.

Mungkin keras kepala dan terus terang Ellen sekarang bisa membuat Bintang merasa sakit hati, bahkan dia bisa merasa putus asa, tetapi hal ini lebih baik daripada Ellen terus memberi dia harapan dan membuat dia merasa mungkin dia bisa berpcaran dengan Ellen, hal ini akan memboros waktu dan usaha Bintang, pada akhirnya yang terluka paling dalam tentu saja adalah Bintang sendiri.

Jadi Ellen pun tidak berkata apa-apa setelah mendengar kata-kata Bintang.

Menatap ke Ellen yang diam, Bintang merasa dadanya sangat sesak dan sakit.

Kedua tangannya membentuk tinju yang erat, Bintang pun bersuara lagi dengan nada suara serak, "Tetapi Ellen, aku tidak akan menyerah!"

Ellen, "............"

Dia melihat ke Bintang dengna alis mengerut dan tatapan yang tidak mengerti.

Iya, Ellen tidak bisa mengerti keras kepala dan pantang menyerah Bintang.

Ellen merasa dirinya sudah menyatakan pemikirannya dengan jelas.

Ellen tidak menyukainya, Ellen juga berharap Bintang tidak membuang waktu dia di sini lagi.

Tetapi, mengapa Bintang malah menjadi semakin pantang menyerah sekarang?!

"Bintang, sepertinya kamu tidak mengerti maksudku....."

"Aku mengerti!" Bintang memotong kata-kata Ellen dan melihatnya dengan tatapan yakin, kemudian dia berkata dengan nada suara pasti, "Aku tahu kamu menolakku, kamu tidak menyukaiku dan kamu tidak ingin aku membuang waktu dan usahaku. Ellen, aku mengerti semuanya. Tetapi, aku tetap menyukaimu, kamu adalah gadis pertama yang membuatku jatuh cinta, aku tidak akan menyerah dengan mudah"

"Bintang.........."

"Jangan berkata lagi Ellen, kamu berkata apa pun tidak akan bisa menggoyang pantang menyerahku" Bintang berkata dengan serius.

Ellen, "............." Dia merasa agak tidak berdaya!

Ellen tidak mengerti alasan Bintang tidak mau menyerah.

Kalau mau dibilang, sejak kenal sampai sekarang, percakapan mereka berdua bahkan masih bisa dihitung dengan satu tangan.

Ellen berpikir, mungkin Bintang saja belum mengenal Ellen secara total.

Meskipun masalah cinta tidak ada logikanya, tetapi, kalau Bintang pantang menyerah dengan kisah cinta seperti ini, bukannya hal tersebut agak tidak masuk akal?

Sementara Bintang?

Dia adalah seorang genius, contoh dari 'anak rumah orang lain', dia memiliki keluarga yang berlatar belakang berkuasa, dia sangat pintar dan rajin, berjalan ke mana pun pujian selalu mengelilinginya, dari kecil sampai sekarang dia belum pernah merasakan yang namanya gagal dan putus asa.

Bintang bisa dibilang seperti cahaya matahari yang terang dan aktif tanpa kerisauan hidup apa pun.

Di dalam sudut pandang Bintang, tidak ada barang yang dia tidak bisa dapat melewati usaha.

Bintang bersikap percaya diri dan pantang menyerah dalam segala hal.

Sehingga Bintang merasa penolakan Ellen itu hanya bersifat sementara, asal dia pantang menyerah dan terus berusaha, Ellen pasti akan merasa tersentuh suatu hari dan mereka pasti akan bisa bersama!

Menghapadi Bintang seperti ini, Ellen merasa tidak berguna juga kalau dia berkata banyak, karena Bintang sama sekali tidak ingin memikirkan kata-katanya, walaupun Ellen memberi tahu dia bahwa diirnya sudah memiliki orang yang dia suka, bisa jadi Bintang menganggap Ellen hanya mencari alasan agar dia bisa menyerah.

Ellen menghela sebuah nafas 'sedih' di dalam hatinya, dia juga tidak berkata lagi.

..............

Karena kata-kata Ellen, suasana antara Bintang dan Ellen tetap terasa agak canggung dan sunyi sampai jam makan siang.

William pergi ke luar kota, di rumah hanya sisa Hansen dan Ellen berdua, ditambah Bintang menjadi bertiga, tetapi makanan mewah dan enak malah memenuhi meja makan yang besar.

Jelas, Hansen yang meminta bagian dapur untuk menyediakan sebanyak makanan ini untuk melayani Bintang.

Dari hal ini saja bisa dilihat seberapa suka dan puas Hansen terhadap William.

Setelah makan siang.

Tidak tahu mengapa mereka bisa jadi membahas tentang masalah catur, Hansen menyadari Bintang ternyata juga bisa bermain catur, sehingga dia pun mengajak Bintang untuk bermain catur dengan gembira.

Kemudian mereka berdua pun membaca catur pergi ke taman bunga.

Ellen meminta pembantu untuk mengantar teh dan cemilan untuk mereka berdua, sementara dia sendiri berseumbunyi di ruang tamu menonton tv.

"Haha, bagus bagus, luar biasa"

Sepertinya mereka telah bermain satu kali, Ellen mendengar suara tertawa Hansen yang puas.

"Aku masih berbeda jauh kalau mau berbanding dengan kakek" Sikap Bintang sangat rendah diri.

"Orang muda yang masih bisa bermain catur sudah tidak banyak, selain itu kamu bermainnya dengan bagus, kalau ditambah latihan, kamu sudah bisa pergi tanding" Hansen berkata.

"Berkata tentang tanding, aku pernah mengikuti tanding catur internasional pada usia 17" Bintang berkata.

"........."

"Sayangnya hasilnya tidak memuaskan"

"................"

"Hanya meraih juara ketiga"

"............."

Ellen yang mendengar dari dalam rumah saja sudah mau tertawa.

Tiba-tiba dia merasa IQ Bintang ternyata juga tidak tinggi.

Mendengar nada suara Hansen tadi, seperitnya dia memenangi Bintang tadi.

Tetapi Bintang malah berkata dia pernah mewakili negara mengikuti tanding catur internasional, bahkan mendapat juara ketiga, bukannya hal ini berarti Bintang sengaja dikalahkan oleh Hansen tadi?

Ellen bisa membayangkan ekspresi Hansen pada saat ini.

"Tetapi kalau kakek yang mengikuti tanding itu, kakek pasti bisa meraih juara pertama dan menjadi kebanggaan negara kita" Bintang berkata.

Ellen mengangkat alisnya.

Sepertinya IQ dia juga tidak sangat rendah, dia masih tau cara mengakhiri masalah dengan baik.

"....... Lagi, main lagi. Bintang, kali ini kamu tidak boleh sengaja kalah, harus adil" Hansen berkata dengan nada suara penuh semangat.

"..........Iya" Nada suara Bintang terdengar agak panik, jelas dia juga menyadari dirinya salah berkata tadi.

Jadi, selanjutnya Bintang pun tidak sengaja dikalahkan oleh Hansen lagi, sesuai dengan ekspektasi, dia menang dengan penuh kebanggaan.

Ekspresi wajah Hansen sangat kacau, tetapi dia tetap mengontrol diri dan mempertahankan sikap yang seharusnya dimiliki oleh seseorang yang kalah, dia melirik ke Bintang dengan mata membesar, "Tadi masih berkata beda jauh denganku, benar-benar munafik!"

Bintang hanya mengeluarkan batuk kecil.

Ellen mengigit jarinya sambil tertawa.

"Lagi!" Hansen berkata.

Bintang, "........" Apakah dia boleh menolak? Hansen terlalu menakutkan.

Bintang adalah orang yang jujur, karena Hansen meminta dia jangan sengaja kalah, dia benar-benar main dengan serius, tetapi hal ini juga menyebabkan Hansen kalah dalam waktu sejenak.

Wajah Hansen bahkan berubah menjadi warna hijau, tangannya yang memegang catur terus bergetar, kalau bisa dia akan makan catur itu sekarang.

Bintang duduk dengan tegak dan melihat ke catur yang berada di tangan Hansen, dia berpikir, apakah Hansen akan memukulnya dengan catur karena terlalu emosi?

"..........Kakek, berhenti aja yuk?"

"Mengapa mau berhenti? Lagi! Lanjut! Siapa takut siapa!" Hansen berkata dengan emosional.

Bintang, "........" Aku yang takut terhadapmu!

Begitulah, 30 menit lewat.

"Tidak mau lagi! Benar-benar sangat membuatku emosi!"

Hansen membuang catur ke lantai seolah-olah dia mengalahkan seluruh kehidupannya.

Bintang, ".............." Dia langsung mengambil catur yang dibuang oleh hansen ke lantai, ekspresi dia terlihat sangat takut dan panik.

Ellen merasa Hansen akan 'makan' Bintang kalau dirinya masih tidak keluar, dia menggelengkan kepalanya dengna senyuman sebelum meletakkan remote di atas meja dan berdiri dari sofa sebelum berjalan ke arah pintu.

"Bintang........."

Kemudian, sebuah suara wanita yang kaget dan jernih pun berdering dari arah taman bunga pada saat Ellen baru saja berdiri dan belum sempat keluar.

Novel Terkait

Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu