Hanya Kamu Hidupku - Bab 664 Kisah Manis Sumi Dan Pani 3

Hati Sumi penuh dengan kejutan kesenangan, wajahnya yang tenang juga mulai serius, setelah itu dia menatap ke arah Lian.

Namun Lian yang barusan masih semangat menjerit malahan terdiam pada saat ini, kedua matanya yang polos terus menatap wajah Sumi.

“Lian, sayang, coba memanggil papa lagi.” Siera berjongkok di hadapan Lian dan membujuk dengan nada lembut.

“Haha.” Lian mengulurkan tangan dan mengelus wajah Siera, meskipun sedang tertawa dengan gembira, namun tetap saja tidak mau memanggil lagi.

Meskipun kata pertama yang dilontarkan Lian bukan memanggil ibunya, namun saat ini Pani tidak sempat ‘cemburu’ lagi, seluruh hatinya penuh dengan kesenangan dan rasa terharu terhadap perkembangan Lian pada kali ini.

Pani menarik nafas dan berjongkok di hadapan Lian, setelah itu menggenggam tangan kecilnya dan berkata, “Lian memanggil papa lagi ya, mama mau dengar, boleh ?”

Tatapan Lian yang polos langsung mengalih ke wajah Pani, sekitar tiga empat detik kemudian, budak kecil tersebut membuka mulut dan memanggil, “Papa ……”

Mata Pani bahkan langsung memerah karena terlalu gembira, setelah itu langsung menoleh ke arah Sumi.

Sumi dan Pani saling bertatapan, tatapan yang penuh dengan rasa terharu dan kegembiraan.

Sumi melangkah ke hadapan kereta bayi, lalu langsung mengangkat tubuh Lian dari kereta bayi, “Lian, panggil papa lagi.”

“Papa, papa ……”

Lian mengulur tangan untuk mengelus wajah Sumi, kemudian terus menyebut dengan nada gembira.

“Haha.” Sumi tertawa dengan penuh kegembiraan, kemudian mengecup kuat pada pipi Lian yang lembut, “Anak kesayangan papa, hebat sekali !”

“Papa ….”

“Haha ….”

Sumi terus memeluk Lian dan mengangkat tubuhnya dengan tinggi, sepertinya sangat gembira.

……

Lian sudah bisa memanggil papa, ditambah lagi hari ini adalah malam tahun baru, sehingga ada dua kabar gembira yang terjadi di tahun baru ini.

Setelah selesai menyantap hidangan makan malam dengan penuh kegembiraan, mereka sudah duduk di ruang tamu sambil menonton acara tahun baru.

Pani memeluk Lian ke ruangan kecil ketika Samoa mereka tidak menyadarinya, “Lian, panggil mama.”

Pani meletakkan Lian ke atas sofa, kemudian berjongkok di hadapannya dan menangkap tangannya.

Lian langsung menoleh ke arah ruang tamu dengan refleks, sepertinya ingin bermain di sana, “Papa ….”

“……” Pani menghalang pemandangan Lian, kedua matanya yang bulat terus menatap tatapan Lian yang polos, “Sayang, kamu memanggil mama, mama langsung memelukmu mencari papa, mau ?”

“Papa.”

Lian menatap Pani dengan wajah yang sedikit mengerut, sepertinya merasa kesusahan dan tidak berdaya.

Pani tidak mau mengalah, dia berlutut di atas lantai, kemudian menatap Lian dan berkata, “Sayangku, kamu sudah bisa memanggil papa, kalau tidak memanggil mama, mama akan sangat sedih. Kamu coba memanggil mama, sekali saja.”

Lian menatap Pani dan membuka bibir kecilnya, sepertinya juga ingin melontarkan kata tersebut, namun akhirnya tetap saja hanya berkata, “Papa.”

Pani, “……”

“Sayangku ….” Pani memeluk Lian dengan tampang kasihan, kemudian mengecup keningnya dan berkata, “Kamu jangan begitu nekat, boleh ? Coba panggil mama, sekali ya, boleh ?”

Lian terus menatap Pani, seolah-olah sedang mengeluh nafas.

Pani sangat tidak berdaya.

Pani beranggapan bahwa Lian tidak memanggil dirinya pada pertama kalinya, pastinya dikarenakan orang yang membuat susu untuk Lian di malam harinya bukan dirinya, malahan adalah Sumi !

Pani diam-diam menebak sendiri lagi, sepertinya Sumi memang memperhitungkan niat seperti ini, makanya bisa begitu tekad dalam membuat susu untuk Lian di malam harinya, dia begitu berusaha dalam ‘menyanjung’ Lian, tujuannya adalah agar Lian dapat memanggil dirinya pada pertama kalinya berbicara !

Lelaki tua yang licik !

“Haih ~~”

…….

Pada saat tahun baru berlalu, kabar mengenai perusahaan Mingcheng telah bangkrut sudah menyebar luas.

Keadaan krisis perusahaan terus bertahan selama waktu setengah tahun, sepertinya dalam waktu setengah tahun ini, kehidupan Sandy dan Reta juga sangat luar biasa !

Setelah memenuhi masa satu tahun, akhirnya Pani sudah bisa bekerja di luar, sedangkan Sumi juga tidak ada alasan untuk menghalanginya lagi.

Oleh sebab itu Pani mulai mengirik lamaran di berbagai tempat dan melamar pekerjaan.

Pada pertengahannya, Sumi juga memperkenalkan pekerjaan untuk Pani, namun Pani menolak niat baiknya, dia merasa dirinya sanggup mendapatkan pekerjaan yang baik hanya dengan mengandalkan kemampuan sendiri.

Sebelumnya ketika di kota Yu, meskipun dia masih dalam keadaan hamil, namun tetap saja sanggup bertahan di PT Sukajaya asisten yang begitu banyak saingan, oleh sebab itu Pani sangat percaya dengan diri sendiri.

Tentu saja, meskipun Pani sangat percaya diri, namun dia tetap saja tidak sombong.

Dia mengetahui bahwa pada masa satu tahun ketika dirinya masih ‘santai’ di rumah, dia juga telah meninggalkan bahasa Prancis untuk beberapa waktu, oleh sebab itu target pekerjaan Pani pada saat ini adalah perusahaan asing tingkat menengah.

Setelah terus mencari selama setengah bulan dan interviu di berbagai perusahaan, akhirnya Pani menemukan sebuah perusahaan yang sesuai dengan harapan dirinya, sedangkan pihak perusahaan juga sangat puas terhadap Pani, oleh sebab itu tiga hari kemudian Pani sudah bisa bekerja seperti biasanya.

Demi merayakan dirinya sudah mendapatkan pekerjaan, Pani membeli berbagai bahan memasak di swalayan dan berencana untuk masak di malam ini.

Pani mengendarai mobilnya dari swalayan dan tiba di depan rumah, ketika selesai memarkir mobilnya, dia langsung melihat Suli yang sedang menggendong tas sekolah dan berdiri di depan pintu.

Pani sedikit kaget, tangannya yang masih memegang stering terus mengerat, sejenak kemudian dia melepaskannya dan membuka sabuk pengaman, kemudian turun dari mobil.

“Kak.”

Setelah melihat Pani, Suli tetap saja menyapa Pani sama seperti biasanya.

Pani menutup pintu mobil dan berjalan ke hadapan Suli dengan tanpa ekspresi.

Suli mengangkat kepala untuk menatap Pani, tatapannya yang jernih tiba-tiba menjadi suram.

Pani juga menyadari badan Suli yang semakin kurus beserta reaksi risau yang berada di wajahnya.

Akan tetap dia tidak ingin ikut campur dan juga tidak ingin memikirkan alasan di balik semua ini.

Pani berusaha membuat suaranya terdengar dingin dan bahkan tidak berperasaan, “Pulang sekolah tidak kembali ke rumah, buat apa ke sini ?”

Suli menatap Pani dan tiba-tiba melangkah ke hadapannya, kemudian memeluk pinggang Pani, wajahnya menempel pada bagian perut Pani dan menangis dengan tanpa suara.

Punggung Pani sedikit merinding dan menunduk kepala dengan gerakan kaku.

Dia melihat butiran air mata yang terus menetes dari sudut mata Suli, setiap tetesan air mata mengandung kelemahan dan kesedihannya.

Pani mengepal tangan sendiri dan mengerut alis, kemudian berkata, “Suli, kamu sekarang sudah dua belas tahun, sudah bukan anak-anak yang tidak mengerti apapun lagi, kamu harus mengerti, aku sudah memutuskan hubungan dengan keluarga Wilman, dan juga kamu ….. seharusnya kamu tidak boleh muncul di sini.”

“Aku hanya, aku hanya tahu kalau kamu adalah kakakku.” Suli menekan nada bicaranya, meskipun hanya berumur dua belas tahun, namun suaranya pada saat ini mengandung berbagai rasa tidak berdaya kesedihan.

Pani menjawab dengan nada gemetar, “Aku bukan …..”

“Kak, ini terakhir kalinya aku datang mencarimu.”

Pani masih belum selesai berbicara, Suli sudah buru-buru berkata dengan nada serak.

Pani mengerut alis dan menatap Suli.

Suli memeluk pinggang Pani dengan erat, air matanya seolah-olah tidak akan berhenti menetes, “Aku tahu kalau ayah dan ibu sangat jahat kepadamu, abang juga membuat kesalahan, kamu tidak akan pernah memaafkan mereka lagi. Tetapi Suli tidak membuat kesalahan terhadap kakak atau jahat pada kakak, kakak boleh jangan benci dengan Suli ?”

Suli bukan hanya sekedar tidak melakukan perbuatan jahat apapun terhadap dirinya, malahan terus membalas sikap dinginnya dengan kesabaran.

Meskipun Pani selalu bersikap dingin atau kejam kepadanya, Suli juga tidak pernah menyalahkan Pani, malahan terus mengakui Pani sebagai kakak kandungnya.

Ujung hidung Pani sedikit pedih, dia menatap Suli dan berkata, “Aku terus saja berharap, seandainya kamu bukan anak perempuan Reta, akan betapa baiknya.”

“Tetapi Suli adalah anak perempuan ibu.”

Suli menahan suara tangisan dan menatap Pani dengan wajah yang penuh dengan bekas air mata, “Tetapi kamu juga kakaknya Suli. Kakak, kami sudah mau pindah.”

Tatapan Pani sedikit kaku, “Pindah ?”

Suli mengangguk, “Perusahaan ayah sudah bangkrut, rumah juga dijual untuk membayar hutang. Ayah dan ibu bertengkar setiap harinya karena uang. Abang tidak menyukai rumah yang sekarang, sehingga tidak mau pulang ke rumah.”

Mata Suli penuh dengan tatapan tidak berdaya dan kesedihan, “Ayah bilang posisi rumah sekarang tidak baik, makanya dia begitu sial. Dia bermaksud membawa kami pindah ke kota lain dan mengulangi hidup kami di kota baru.”

Posisi tidak baik ?

Pani tersenyum sinis, “Dia sial bukan karena posisi rumah, tetapi orangnya yang bermasalah.”

Suli mengerut bibir setelah mendengar kata-kata Pani, dia menunduk kepala dan berkata, “Kali ini aku datang mencari kakak, karena ingin pamit dengan kakak.”

Hati Pani sedikit tersentuh dan menatap ke arah Suli.

Suli juga menghapus air mata sendiri dan menatap Pani, “Kak, tidak peduli bagaimana pemikiran ayah mereka, tetapi Suli tetap akan menjadi adiknya kakak, dan tetap akan menjadi saudara kakak. Kakak bukan orang tidak memiliki saudara di dunia ini, karena masih ada Suli.”

Hati Pani terus gemetar.

Dia pernah mendengar kata-kata seperti ini dari orang yang sama, yaitu Suli !

Sebenarnya pada saat dirinya baru masuk kuliah, dia pernah kembali ke kota Tong pada liburan pertama, dikarenakan ingin berjamaah kepada Yumari dan Tinaya.

Sebelum pergi, dia pernah kembali ke keluarga Wilman.

Hal ini bukan karena dia tidak tega terhadap keluarga Wilman, malahan karena merasa tidak tega dengan kenangan dirinya dan Yumari ketika masih tinggal di keluarga Wilman.

Dia juga tidak ingin bertemu dengan orang keluarga Wilman, namun tetap saja bertemu dengan Suli.

Pada saat itu, Suli telah mengatakan kata-kata tersebut kepada dirinya, Suli mengatakan bahwa dirinya akan menjadi saudara Pani untuk selamanya, dan juga akan menjadi adiknya !”

Pada keadaan saat itu, kata-kata Suli bagaikan air hangat yang melelehkan hati Pani, sehingga membuat Pani merasakan kehangatan dari keluarga.

Oleh sebab itu Pani meninggalkan nomor ponselnya untuk Suli …..

Pada hari ini.

Keadaan dirinya dan Suli saling bertukar.

Kalau begitu apakah dirinya juga harus membalas kehangatan tersebut kepada Suli ?

Dalam hati Pani sudah memiliki jawabannya.

Dia menatap Suli dan tersenyum dengan perlahan-lahan, kemudian mengulur tangan dan menghapus bekas air mata di wajahnya, “Aku meninggalkan nomor ponselku kepadamu, kalau kamu sudah menetap stabil di kota lain, ingat memberitahuku …. Ada kesulitan apapun juga memberitahuku.”

“…… Kakak.” Suli menatap Pani dengan tampang tidak percaya.

Pani mengelus wajah Suli dengan gerakan lembut dan berkata, “Suli, kamu harus ingat, orang yang berhubungan denganku adalah kamu, tidak termasuk orang tua dan abangmu. Kalau kamu mengalami kesusahan apapun, kamu boleh mencariku, tetapi hanya kamu saja. Mengerti ?”

Suli mengangguk dengan kuat dan memeluk Pani dengan erat, lalu melontarkan tangisan dan berkata, “Aku tahu kak.”

Pani menunduk dan menatap Suli, lalu memeluknya dengan inisiatif, “Ada waktu aku akan menjengukmu, kalau kamu mau main di kota Tong, hubungi ….kakak. Kakak jemput kamu.”

“Iya iya !” Air mata Suli terus menetes, namun malah mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Pani.

“Iya.” Pani membalas dengan senyuman lembut.

……

Pada waktu makan malam, Pani menyiapkan hidang lezat di dapur, pada pertengahan makan, Pani mengumumkan kabar baik bahwa dirinya telah mendapatkan pekerjaan.

Siera dan Samoa yang mendengar demikian juga turut bahagia, dan juga terus melontarkan pujian untuk Pani, Pani bahkan merasa sedikit segan.

Dibandingkan dengan sikap Samoa dan Siera, sikap Sumi malahan terkesan sangat dingin dan datar.

Pani terus melirik Sumi dan memberikan isyarat kepadanya, namun Sumi tetap saja tidak mengucapkan kata selamat kepada dirinya.

Pani merasa sedikit murung, oleh sebab itu ketika selesai makan dan Sumi baru saja melangkah ke dalam ruang baca, Pani sudah langsung mengikuti di belakangnya.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu