Hanya Kamu Hidupku - Bab 9 Paman Ketiga, Kamu Sangat Baik Padaku

Ellen , "..." speechless!

Memandang sudut mulut Ellen yang berkedut, dan Vania tersenyum bangga, "ada apa? Apakah sulit? Kamu memanggil kakak lelakiku paman ketiga, aku adik perempuannya, bukankah kamu harus memanggilku tante muda? "

“Apakah kamu benar-benar ingin mendengar aku memanggilmu tante muda?” Ellen menyipitkan matanya, membalikkan mulutnya dan tersenyum menampakkan sepasang lesung pipit.

“Tentu saja.” Vania mengangkat dagunya dan siap mendengarkan dengan penuh perhatian.

Ellen mengangguk, "Oke, kamu dengarkan baik-baik…..mu"

Vania menatapnya.

"Aku sudah memanggil ‘mu’ lo." Ellen mengangkat bahu.

"..." sudah panggil?

Vania menatapnya, "kamu panggil apa? Kenapa aku tidak mendengarmu?"

"Aku sudah panggil ‘mu’ ya," kata Ellen.

Vania menghela napas dari mulutnya"Kamu pikir kamu panggil sapi, mu mu mu," katanya

Ellen memegang bibirnya dan berhenti berbicara dengannya. Dia menggandeng William dan melangkah maju.

Dan William juga menarik keluar lengan yang dipegang oleh Vania .

Ketika Vania melihat bahwa dia telah ditinggalkan lagi, dia sangat marah sehingga dia serasa ingin menelan bumi!

……

"Ellen, makan lebih banyak, kamu jauh lebih kurus daripada pas datang terakhir kali."

Di atas sebuah meja yang terbuat dari kayu gaharu yang harganya puluhan miliar.

Hansen terus membawa sumpit ke Ellen , yang duduk di sampingnya.

Menurut adat generasi makan di meja bundar, Ellen seharusnya tidak duduk di samping Hansen .

(di meja bundar, aturan duduk kursi harus urut dari paling tua sampai termuda)

tapi Ellen sepenuhnya ditarik oleh Hansen untuk duduk di sampingnya.

Sekarang, dia duduk di samping Louis dan Mila , menghadap Gerald dan Demian, dan William ada di posisi setelah Demian .

Selama itu ditempati William, Vania benar-benar enggan untuk pergi ke tempat lain.

Karena itu, dalam posisi setelah William, Vania sedang duduk.

Dengan kata lain, ada "galaksi" antara posisi duduk Ellen dan William.

(lokasi duduknya berjauhan)

“Kakak ketiga, buat kamu, makanan kesukaanmu.” Suara manis Vania sampai terdengar oleh Ellen.

Ellen menghela napas dari mulutnya dengan ringan dan sudut matanya memandang William.

William tampaknya memiliki juga memiliki perasaan yang sama, ketika dia melihat ke Ellen, Ellen juga sedang menatap kemari.

Mata keduanya bertemu di udara, dan Ellen segera memberikan William ekspresi mulut cemberut.

Pandangan William dalam dan tenang.

“Ellen sudah kelas 3 SMA taun ini ya?” Louis , yang duduk di sebelahnya, membuka mulutnya.

Ellen memalingkan muka dari William dan berkata kepada Louis , "ya, nenek."

“Setelah lulus, lanjut universitas dalam atau luar negeri, kamu sendiri mau yang mana?” Tanya Louis .

Ellen akan berbicara tapi suara William yang dalam dan dingin sudah duluan terdengar, "tidak keluar negeri, tetap di kota Tong."

Louis mengerutkan kening dan melirik putranya, "Aku bertanya dengan Ellen lo."

Bibir William yang tipis tertutup dan matanya yang dingin dan dalam, terfokus menatap Ellen.

Alis Ellen berkedut, berkata kepada Louis , "Aku ikut kata paman ketiga."

Begitu kata-kata Ellen keluar, alis Louis menjadi semakin kencang.

"Lebih baik lanjut dalam negeri. Begini, kalau kakek kangen dan mau lihat kamu lebih gampang." Hansen berkata sambil tersenyum.

Ellen dengan lembut meraih lengan Hansen dan hatinya merasa hangat.

.....

Setelah makan malam, William membawa Ellen kembali ke Coral Pavilion.

Begitu mereka turun dari mobil, hujan mulai turun.

William mengeluarkan mantel jas di mobil dan menutupi kepala Ellen. Dia menggenggam bahu Ellen dan membawanya ke villa.

Ellen menatap William dari bawah jasnya, dan tiba-tiba berkata kepada William, "paman ketiga, kamu sangat baik padaku."

Pandangan mata William yang dalam dan dingin sesaat menghilang dan melihat kearah Ellen.

....

Hujan deras yang tidak terduga malam ini, petir dan Guntur muncul beberapa kali di kegelapan malam.

Ellen bersembunyi di selimut, hanya menunjukkan dua mata hitam dan cerah, dan menatap kilat yang memotong langit di luar jendela tanpa berkedip, Dia hanya merasa bahwa saat petir datang, seperti membelah jiwanya tanpa ampun di tengah udara .

Dengan jantung berdebar, Ellen tiba-tiba mengangkat selimutnya, melompat dari tempat tidur tanpa alas kaki, bergegas langsung ke pintu, membuka pintu dan berlari keluar.

Di kamar sebelah, Ellen membuka pintu, perlahan mendorong pintu dengan tangan dan kaki yang ringan, dan berjalan cepat ke tempat tidur besar di tengah ruangan.

Tubuh kurus seperti ikan menyelinap ke dalam selimut.

Ellen memeluk lengan pria itu dengan erat, dan wajahnya bersembunyi di lengannya.

Krakk Glarrr--

Semakin keras guntur, semakin mengerikan petir yang melintas di kelopak matanya yang tegang seperti sedang mengejarnya.

"Paman ketiga." Dengan gemetar Ellen memanggil William, dan tubuh kecilnya menyusut menjadi sebuah gumpalan.

Orang seperti William, juga sangat waspada pada saat tidur.

Tapi kali ini Ellen membuka pintu dan bahkan berbaring di sampingnya, tetapi dia tidak merasakannya sama sekali.

Suara guntur dan kilat terus-menerus menembus gendang telinga Ellen .

Dengan begini, William tidak bisa menenangkan rasa takutnya, Ellen terus mengebor masuk ke dalam selimut tipis, dan akhirnya memanjat naik langsung ke tubuh William. Wajah dinginnya ditempelkan di dada terbuka William yang memakai piyama tidur.

Dia merasakan suhu panas dari dadanya ke wajahnya, dan Ellen merasa lebih tenang.

Bulu matanya yang mEllengkung gemetar, tertutup sedikit, dan bibir Ellen yang lembut merasa lebih nyaman.

Sebelum dia bisa tenang sepenuhnya, pinggangnya tiba-tiba dipeluk oleh sepasang tangan besar yang kuat.

Di bawah langit yang kacau, dia ditekan dengan kuat dibawah tubuh pria yang kekar dan berotot, dan kemudian bibirnya ditutup rapat oleh pria.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu