Hanya Kamu Hidupku - Bab 522 Pani, Beraninya Kamu

Dalam sekejap mata, waktu sudah tiba di awal agustus.

Setiap hari menjaga Yumari yang tidak menunjukkan tanda-tanda baikan, suasana Pani terasa sangat cemas dan putus asa.

Pada saat seperti ini, beberapa orang yang dia tidak sukai masih sibuk muncul di depan Pani, bahkan mereka memilih hari yang sama.

Yang pertama adalah Reta yang berpakaian seperti seorang wanita kaya raya, dia berjalan ke dalam kamar Yumari tanpa melepaskan kacamata hitamnya.

Memasuki ruangan, Reta melirik ke Yumari yang berbaring di atas tempat tidur dengan kondisi tidak sadar diri, kemudian dia mengulurkan 2 jarinya dan melambaikannya dari belakang.

Kemudian supir pun memeluk bunga lili masuk ke dalam ruangan dan meletaknya di atas meja sebelum meninggalkan ruangan.

Reta mengulurkan tangannya dan membelai bunga segar itu, kemudian melihat ke Pani dan berkata dengan nada suara santai: "Aku dan ayahmu berencana membawa Troy Wilman dan Suli wilman untuk liburan ke luar negeri setelah acara tunangan kamu. Mau bagaimanapun tante Yumari sudah bekerja di keluarga Wilman banyak tahun, aku berpikir harus menjenguk dia dulu sebelum pergi liburab"

Pani hanya melihat ke Yumari, "Kamu sudah menjenguk dia, sudah boleh pulang"

Reta tertawa, dia tidak bermaksud mau pulang, malahan menarik kursi yang berada di depan tempat tidur dan duduk di atasnya.

Pani melirik ke Reta dengan tatapan mendingin.

"Pani, aku menyarankan kamu untuk bersikap menerima saja. Usia tante Yumari sudah tua, tentu saja imum tubuhnya sudah tidak sekuat waktu muda, tidak bisa dihindari dia tertular penyakit semacam ini. Tidak hanya tante Yumari, kami juga akan begitu ketika sudah tua. Jadi kamu harus menerima kenyataan" Reta berkata.

"Aku mau menerima kenyataan apa?" Pani berkata dengan dingin.

Reta melihat Pani dengan sudut mulut terangkat, dia mengangkat alisnya dan berkata, "Pani, aku tahu kamu tidak suka mendengar kata-kata seperti ini, aku juga merasa aku sepertinya sedang mengutuk tante Yumari. Tetapi.... sejak dilahirkan, kita semuanya sedang menuju ke tempat tujuan pasti yang bernama kematian..."

"Jadi?" Pani mengigit giginya.

Reta menyipitkan matanya dan tatapannya menyapu melewati Yumari yang berbaring diam di atas tempat tidur, "Meskipun kamu tidak pernah mengakui aku, dari sisi hukum, aku juga termasuk ibu kamu. Aku mengingatkan kamu sekarang itu sedang memberi suntikan antibiotik kepada kamu, agar kamu tidak sedih sampai tidak bisa mengontrol diri pada akhirnya"

"Aku hanya memiliki satu ibu dan dia sudah tidak berada di dunia ini lagi. Reta, sekarang aku tidak memiliki suasana hati dan energi untuk berperang dengan kamu, kamu lebih baik pulang sekarang, kalau tidak aku tidak bisa menjamin apa yang aku lakukan nanti!" Pani berkata dengan suara dingin.

Sudut mata Reta berkedip dengan dingin, "Aku datang menjenguk tante Yumari dengan niat yang baik, teatpi kamu memperlakukan aku seperi ini? Aku merasa agak sedih"

"Keluar!" Pani menatapnya dengan kasar.

Ekspresi Reta tenggelam, dia melihat ke Pani dengan suram, "Pani, kamu melihat penampilan kamu sekarang, mana mirip dengan gadis yang berusia 18 tahun? Kamu itu seorang wanita berengsek!"

"Aku tidak keberatan memperlihatkan kepadamu apa itu wanita berengsek!"

Pani berdiri dan mengambil bunga lili yang berada di atas meja, kemudian satu tangannya lagi memegang kerah baju Reta dengan kuat.

"Ah...."

Reta tidak menyangka Pani akan bereaksi begitu kasar, dia merasa sangat kaget dan terkejut, dia merasa tenaga tangan Pani yang memegang kerahnya sangatlah kuat!

Pani menarik Reta ke arah pintu kamar dengan wajah menghijau.

"Ah, ah..." Reta panik sampai tidak bisa berdiri dengan baik, "Pani, Pani kamu sangat berani! Mengapa kau berani, mengapa kamu bisa begitu kepada aku, Pani, lepaskan aku, aku memerintah kamu lepaskan aku sekarang, ah..."

Kemudian Pani benar-benar melepaskannya, hanya saja Reta ditarik keluar dari ruangan olehnya.

Gerakan melepaskan Pani ini membuat kacamata hitam Reta jatuh ke atas lantai.

Tubuh Pani bergoyang sana sini, dia mundur ke belakang dan memegang pagar pembatas dengan cemas untuk menstabilkan tubuhnya, dia melihat ke Pani dengan ketakutan dan sesak, kali ini dia tidak berani mengatakan kata perintah apa pun lagi.

Tatapan Pani yang melihat ke Reta sangatlah dingin, wajah kecilnya terlihat menghijau, dia melangkah dengan cepat ke depan Reta kemudian membuang bunga lili ke tubuh Reta dengan kuat, "Reta, kamu mengira kalian bisa hidup bahagia kalau nenek aku mati? Aku beri tahu kamu, kalau nenekku kenapa, kamu, Sandy Wilman dan seluruh keluarga Wilman adalah musuh aku! Kalian jangan berpikir mau hidup dengan santai! Jadi, kalau aku itu kamu, aku akan segera pulang ke rumah untuk berdoa agar nenekku baik-baik saja, kalau tidak..."

Reta ketakutan sampai merinding, dia menatap ke wajah Pani yang jahat, "Pani, kamu, kamu sudah gila!"

"Aku bisa gila itu juga karena dipaksa kalian!"

Setelah berkata, Pani pun berputar balik badannya untuk kembali ke kamar.

Sudut matanya menyapu melewati seorang pria yang tidak tahu telah berdiri di ujung korider berapa lama.

Pani menyipitkan matanya, kemudian menjilat bibirnya dan memasuki ruangan tanpa berkata apa pun.

Reta masih berada dalam keadaan ketakutan, dia berdiri di sana dengan gemetar dan masih sesak setelah beberapa saat.

"Apakah nyonya Wilman baik-baik saja?"

Suara pria yang rendah berdering dari samping.

Reta melamun sejenak dan mengangkat kepalanya dengan posisi tangannya masih di atas dadanya.

Pada saat melihat wajah pria itu, Reta pun berdiri dengan tegak dan mengeluh, "Tuan Nulu, tadi kamu sdudah melihatnya kan? Aku datang menjenguk tante Yumari dengan niat baik, tidak apa-apa kalau dia tidak menyambut aku, tetapi dia bahkan menggunakan cara kasar seperti ini mendorong aku keluar dari ruangan! Aku juga bisa memaafkan dia untuk hal ini, aku mengerti dia! Tetapi pada akhirnya dia malah mengancam aku kalau seandainya tante Yumari kenapa kenapa, dia mau menghitung dendam ini dengan aku dan Sandy, dari mana dia berhak begitu? Apakah aku dan Sandy yang menyebarkan penyakit kepada tante Yumari? Dari mana dia berhak tidak membiarkan kami hidup dengan santai? Aku merasa dia benar-benar sudah gila..."

"Nyonya Wilman, harap perhatikan kata-kata anda!"

Sumi mengerutkan alisnya dan berkata dengan nada suara tegas.

Jantung Reta mengerat, dia menatap ke Sumi dengan panik.

Wajah Sumi terlihat sangat dingin, kehangatan yang dia tunjukkan biasanya sama sekali tidak memiliki jejak lagi, "Kalau Pani tidak menyambut nyonya Wilman, makan anda dipersilahkan pulang saja!"

Setelah berkata, Sumi pun berjalan masuk ke dalam ruangan dengan wajah tenggelam.

Melihat Sumi memasuki ruangan, Reta menenangkan diri lagi selama beberapa saat, kemudian mengambil kaca mata hitam yang jatuh di atas lantai dan meninggalkan rumah sakit dengan takut.

..........

Waktu Sumi masuk ke dalam ruangan, suasana hati Pani sepertinya telah tenang kembali. Pani melihat ke Sumi dengan ekspresi biasa dan berkata, "Kapan dokter berencana melakukan operasi pada nenekku? Nenekku sekarang sudah sama sekali tidak sadar diri, apakah kondisi seperti ini normal?

Sumi menatap ke Pani, ketidakstabilan di hatinya membuat matanya terlihat gelap.

Mungkin Pani tidak sadar, atau mungkin dia sadar, hanya saja dia tidak ingin mengurus hal seperti ini untuk sekarang.

Emosi Pani selalu menunjukkan kondisi pasang surut yang drastis dalam beberapa hari ini, seperti skizofrenia, detik sebelumnya Pani terlihat frustrasi, mudah marah, tetapi detik selanjutnya dia akan terlihat tenang dan damai seolah-olah tidak ada hal yang terjadi.

"....Aku pergi bertanya kepada dokter" Sumi berkata.

Pani mengangguk, "Telah merepotkan kamu"

Sumi berkata, "Pani, kita sudah mau bertunangan. Aku adalah tunangan kamu, jadi kamu tidak perlu bersikap begitu sopan denganku"

Pani melirik Sumi kemudian mengalihkan tatapannya ke arah lain tanpa berkata apa pun.

Sumi memegang tangannya, "Aku pergi mencari dokter"

"Baik"

Sumi menarik nafas dan meninggalkan ruangan Yumari untuk menuju ke kantor dokter.

...........

Kurang dari 10 menit setelah Sumi meninggalkan ruangan Yumari, tamu yang tidak diundang selanjutnya pun tiba.

Pani melihatnya dengan alis mengerut, "Kalau kamu datang untuk menjenguk, tidak perlu lagi. Kalau kamu datang untuk mencari masalah, aku tidak memiliki waktu untuk mengurus kamu, silahkan pulang!"

Pengunjung itu melihat ke Pani, wajah dia yang terlihat sedikit kekanakan memilik senyuman yang penuh hinaan dan kepuasan yang tidak bisa disembunyikan. Dia meletakkan kedua tangannya ke belakang dan berkata dengan sudut bibir terangkat, "Kak saudara, kamu salah paham. Bagaimana aku bisa mencari masalah dengan kamu di bawah kondisi keluarga kamu sedang berada di dalam situasi darurat? Tentu saja aku datang untuk menjenguk pasien"

"Mau aku ataupun nenekku, kami tidak memiliki hubungan dengan kamu yang membuat kamu berhak menjenguk dan merisau kepada kami. Seharusnya kamu tidak datang!" Pani berkata dengan lelah dan frustrasi.

Sekarang dia benar-benar tidak ingin mengurus orang-orang tidak penting ini!

Melihat wajah orang-orang ini, dada Pani akan menyalakan api yang dia sendiri tidak bisa menahan dan membuat dia ingin merobek mereka sampai berkeping-keping!

"Kak saudara, kenapa kamu bisa berkata seperti ini? Kita itu saudara, keluarga kamu itu tentu saja adalah keluarga aku juga" Pataya melihat ke Pani dengan senyuman.

Melihat Pani merasa frustrasi, marah, tidak berdaya, sakit hati, Pataya tidak bisa menahan diri dan merasa senang dari dalam hati!

Kedua mata Pani menyala api, dia menatap ke Pataya dan berusaha menekan suaranya, "Pataya, kamu pulang saja. Cepat, pulang sekarang"

Pataya memiringkan kepalanya dan berjalan menghampiri Pani dengan kedua tangannya di belakang, setelah sampai di depan Pani, dia menundukkan kepalanya dan melihat ke Pani, "Kak saudara, apakah kamu tahu? Dulu aku lumayan iri kepada kamu. Karena tuan Nulu menyukai kamu, kasih sayang dia kepada kamu membuat aku iri dan mengharapkan kehidupan seperti ini. Tetapi setelah aku mengetahui Tuan Nulu memiliki seorang teman sejak kecil yang dia cintai selama belasan tahun, tiba-tiba aku tidak merasa iri dengan kamu lagi. Sebaliknya, aku mengasihani kamu! Benaran, kak, aku sangat mengasihani kamu! Karena kamu adalah pilihan Tuan Nulu setelah dia tidak memiliki pilihan lain! Tidak ada orang yang bisa menggantikan posisi wanita itu did alam hatinya. Sementara, orang apa pun bisa menggantikan posisi kamu! Apakah kamu merasa dirimu kasihan juga?"

Pani menatapnya dengan dingin, "Aku akan berkata untuk terakhir kali, cepat pulang!"

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" Pataya mengedipkan matanya kepada Pani dengan senang, "Kalau aku tidak mau pulang, apa yang akan kamu lakukan?"

Pani, "Benaran tidak mau pulang?"

Pataya menggembangkan mulutnya dan menggelengkan kepalanya secara perlahan,

"Bagus, sangat bagus!"

Pani berdiri dan berjalan ke araah kamar mandi.

Pataya melirik ke ember di tangan Pani, sebenarnya dia sudah menyadari tujuan Pani, dia juga berusaha untuk meninggalkan ruangan sebelum Pani bisa menghampirinya.

Tetapi, Pataya adalah orang yang tidak akan menangis sebelum dimasukkan ke peti, dia terus berdiri di tempat dan menatap Pani dengan mata besar, "Pani, kamu jangan berpikir mau menakuti aku, kamu berani...."

Pus....

Sebelum Pataya selesai berkata, perlawanan yang kuat segera menyambut dia dan kemudian diikuti oleh hawa dingin.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu