Hanya Kamu Hidupku - Bab 208 CEO Dilsen Group, William Dilsen

Bab 208 CEO Dilsen Group, William Dilsen

Kantor majalah mulai beraktivitas pada pukul sembilan, Agnes Nie mengantar Nino Nie dan Tino Nie ke taman kanak-kanak setiap pagi, tetapi dia tidak pernah datang terlambat.

Suatu hari, setelah dia mengambil alih pekerjaan Sonya selama satu minggu, tiba-tiba Kepala Direktur memanggil Agnes ke kantor lagi.

Agnes berjalan masuk tanpa tahu apa yang akan dia hadapi nanti.

"Bagaimana perasaanmu?" seperti biasa Kepala Direktur duduk di kursi besarnya, tangannya disilangkan dan diletakkan di atas meja sambil menatap tajam kearah Agnes.

Agnes berpikir sejenak dan berkata, "Minggu ini aku telah membaca semua majalah mode bintang yang pernah diterbitkan oleh kantor majalah ini ..."

"Cukup…."

Sebelum Agnes selesai berbicara, Kepala Direktur mengangkat tangannya dan memotongnya.

Agnes sedikit terkejut dan menatapnya.

"Agnes, apakah kamu tahu Samir, Sutradara ternama Samir Moral?" Kepala Direktur berkata tiba-tiba.

"Kenal, Beliau membuat banyak film yang banyak diperbincangkan orang-orang," kata Agnes.

"Sutradara Samir belum mau diwawancarai oleh media apa pun selama empat tahun berturut-turut, Jika kamu bisa mewawancarainya, itu akan sangat membantu untuk pengembangan masa depan kamu di kantor majalah ini." Kepala Direktur itu menatap Agnes dengan penuh makna, tetapi dia juga mengatakannya dengan sangat jelas.

Agnes menjepit ujung jarinya di mana tidak terlihat oleh Kepala Direktur, Agnes menatapnya dengan mata jernih.

"Agnes, aku tahu bahwa kamu baru saja menyelesaikan jurusan jurnalisme dan komunikasi dengan biaya kamu sendiri, Dalam tiga tahun terakhir, kamu telah bekerja dengan hati-hati dan bertanggung jawab, dan memiliki perspektif yang tajam dan kemampuan untuk mendapatkan sebuah berita, Sekarang majalah tidak mudah dijalankan, tetapi kolom makanan yang menjadi tanggung jawab kamu, diterima dengan sangat baik oleh pembaca, promosi dan sirkulasi juga cukup besar. Aku percaya kamu juga dapat melakukannya dengan baik di kolom bagian hiburan, kamu tidak akan mengecewakan saya, bukan? " Kepala Direktur berkata .

Agnes, "……...."

Kepala Direktur kemudian menambahkan dan berkata, "Baru saja menerima berita, Sutradara Samir ada di penerbangan hari ini dan akan tiba di kota Rong. Agnes, saya harap kamu sebagai pemimpin redaksi bagian hiburan, akan menindaklanjuti dan bertanggung jawab atas wawancara ini secara langsung. Aku tidak yakin untuk memberikan tanggung jawab ini kepada orang lain. Jika berhasil, kamu baru bisa duduk di posisi pemimpin redaksi dengan aman, Apakah kamu mengerti? "

"Aku mengerti." Agnes menarik napas dan mengangguk.

Kepala Direktur itu menatapnya dan berkata. "Lanjutkan pekerjaanmu."

Agnes berbalik badan dan meninggalkan kantor.

...................

Kembali ke kantor redaksi, Agnes menyaksikan para editor bagian-bagian lain khawatir tentang isi majalah edisi berikutnya, dan juga terlihat sangat panik.

Kegembiraan karena promosi belum bisa dinikmati, Agnes tidak menyangka bahwa tugas pertamanya sebagai pemimpin redaksi bagian hiburan adalah mewawancarai Sutradara Samir.

Agnes mengerutkan kening, perlahan-lahan menempelkan kepalanya di atas meja, dan mengetuk dahinya ke meja pelan.

Ini berlangsung sekitar 20 menit, Agnes lalu mengangkat kepalanya,

meluruskan punggungnya dan mengepalkan tinjunya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Angkat tangan dan melihat jam tangan, Ini sudah hampir jam sepuluh.

Agnes memalingkan matanya, bangkit, mengambil tas dan meninggalkan kantor editor, pergi ke kompartemen staf yang bertanggung jawab untuk bagian hiburan.

Pada pukul 10:30, Agnes meninggalkan kantor majalah bersama Tabita Shen, asisten editor, dan meminta pengemudi penuh waktu yang disewa oleh kantor untuk langsung ke bandara.

Ketika Agnes dan Tabita Shen tiba di bandara, mereka menemukan bahwa bagian penjemputan penumpang di bandara telah dikelilingi oleh berbagai macam media dan penggemar Sutradara Samir, Dia dan Tabita berusaha sekuat tenaga untuk menerobos masuk kerumunan.

Agnes dan Tabita hanya bisa berdiri di belakang kerumunan media dan penggemar dan hanya bisa menatap tanpa daya.

"Bos, bagaimana ini? Dengan cara ini, kita bahkan tidak bisa melihat wajah Sutradara Samir, Tugas ini terlalu sulit." Tabita menghela nafas.

Agnes mengerutkan kening, melihat kearahTabita, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Tabita melihat situasi ini juga tidak mengatakan apa-apa lagi.

Pukul dua belas dua puluh, terdengar jeritan melengking datang dari depan.

Agnes terkejut, Baru saja akan melihat kearah asal jeritan itu, dia didorong ke tengah oleh sekelompok orang.

"Samir Moral, Samir Moral, Samir Moral ..."

"Sutradara Samir, aku mencintaimu."

"Kamu sangat tampan"

"Ah ah..."

Agnes, "..........." dia tidak menyangka bahwa Sutradara Samir sangat populer, bahkan lebih populer daripada artis muda asal korea!

Seperti yang dikatakan Tabita sebelumnya, posisi Agnes bahkan tidak bisa melihat wajah Sutradara Samir, Samir meninggalkan bandara di tengah keramaian dan masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di luar bandara.

Dan Agnes, yang sudah terdorong sampai ke depan, akhirnya terbebas dari kerumunan.

"Bos, kamu baik-baik saja?"

Tabita tidak tahu ke mana tadi, Dia berdiri di depanAgnes dengan terengah-engah dan menatapnya dengan gugup.

Agnes melihat keluar bandara dan menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, Ayo kita pergi dari sini."

"…………."Tabita sedikit terkejut, Melihat Agnes yang sedang berjalan meninggalkan bandara, dia sempat berhenti selama beberapa detik dan akhirnya mengejar ketinggalan. "Bos, apakah kita akan seperti ini?"

"Kalau tidak, mau bagaimana lagi?" Agnes sudah duduk di dalam mobil.

Tabita mau tak mau harus mengikuti masuk ke mobil.

Ketika pengemudi mulai menyalakan mobil, Tabita memandang dengan gelisah ke arah Agnes . "Apakah kita baru saja menyerah?"

Agnes menatap Tabita dan berkata, "Siapa bilang?"

Tabita , "………..."

.......................

Kembali ke kantor majalah, Agnes bahkan tidak makan siang, Dia menelusuri di sekitar berbagai group di Wechat dan bertanya tentang rencana perjalanan Sutradara Samir di kota Rong.

Akhirnya, dalam group twitter, ada informasi bahwa Sutradara Samir akan menghadiri makan malam peringatan 30 tahun yang diselenggarakan oleh media Starshine malam ini.

Mengetahui berita itu, Agnes duduk di kantor selama lebih dari sepuluh menit, lalu mengeluarkan ponselnya dan menekan sebuah nomor.

"Ada apa?" Suara pria itu terdengar keras.

"Aku ingin kartu undangan untuk pesta peringatan yang diselenggarakan oleh Starshine Media." Agnes membuka mulutnya dan berkata.

"Oke."

"Terima kasih........."

Agnes belum selesai mengucapkan terima kasih, pria itu sudah menutup telepon.

Agnes, "…………...."

Ketika kartu undangan sudah tidak ada masalah, Agnes mengajak Tabita dan meninggalkan kantor.

..................

Pesta ulang tahun Starshine Media dijadwalkan akan dimulai pukul 19:00 malam.

Pukul setengah enam, Agnes dan Tabita sudah tiba di gerbang tempat perjamuan.

Pukul enam empat puluh, Agnes mendapatkan kartu undangan.

Tabita melihat kartu undangan di tangan Agnes, dan matanya akan melotot hampir meloncat keluar.

Starshine Media adalah perusahaan media terbesar dan paling berpengaruh di kota Rong, meskipun baru berdiri selama 30 tahun.

Selain para bintang yang dikontrak perusahaan, hanya direktur tingkat atas dan selebritis bisnis yang dapat menerima undangan dari Starshine Media, walaupun sebagai pemimpin redaksi di kantor majalah, mereka tidak mungkin bisa dapat menerima kartu undangan tersebut.

Anda bisa bayangkan betapa sulitnya mendapatkan kartu undangan seperti itu.

"Pesta akan segera dimulai, Ayo masuk."

Kata Agnes.

"……..." Oh. "Tabita sempat menelan ludah karena gugup.

Meskipun suhu udara di kota Rong sudah mulai hangat, tapi masih terasa dingin di malam hari.

Terlebih lagi, untuk menghadiri pesta makan malam, Agnes mengenakan gaun malam yang terlihat punggung putihnya.

Tabita bergidik ketika melihat Agnes turun dari mobil, Dia tidak bisa menahan diri dan sempat bersin, Dia tidak ingin turun dari mobil karena sangat dingin.

Agnes menunggu di luar sebentar, ketika melihat Tabita enggan keluar, wajahnya sempat berubah dan mengerutkan kening, menatap ke belakang ke arah Tabita yang malah terdiam, "Cepat!"

Tabita hanya tersenyum, "Aku takut dingin."

"Mulut Agnes berkedut," cepatlah, kalau sudah masuk ke dalam tidak akan terasa dingin lagi. "

Tabita berpikir sejenak, Tampaknya memang benar, sebenarnya tidak terlalu dingin juga, mungkin hanya perasaannya saja, akhirnya dia keluar dari mobil.

Melihatnya turun, Agnes meraih tangannya dan berjalan menuju ruang perjamuan.

Karena ada kartu undangan, Agnes dan Tabita memasuki aula perjamuan dengan lancar.

Ketika mereka memasuki ruang perjamuan barulah mereka menemukan bahwa pesta makan malam yang diselenggarakan oleh Starshine media seperti upacara penerimaan penghargaan.

Ada karpet merah panjang di tengah perjamuan, danAgnes memperhatikan bahwa ada label di setiap meja, menunjukkan siapa dan siapa yang duduk di meja mana.

Agnes memberikan kartu undangan kepada staf yang membawa mereka ke ruang perjamuan. Setelah melihatnya, staf membawa Agnes dan Tabita langsung ke deretan kedua meja makan bagian tengah di dekat panggung.

Tabita melirik daftar orang yang duduk di meja yang sama dengan mereka, dan langsung terkejut.

Waduh, semuanya nama besar.

Tabita menarik napas dan menatap Agnes, wajahnya terlihat penuh dengan kejutan.

Wajah Agnes juga sedikit gugup.

Dia tidak menyangka semuanya diatur dengan sangat "lengkap"!

................

Ketika Agnes dan Tabita tiba, sudah hampir terlambat sebenarnya, tetapi seluruh ruang perjamuan hanya terlihat puluhan orang saja.

Lima menit sebelum dimulainya jamuan formal, aula jamuan tiba-tiba menjadi sangat ramai.

Ketika Agnes dan Tabita melihat kearah pintu masuk, mereka melihat sejumlah besar orang datang dari pintu masuk, Para wanita semuanya mengenakan pakaian yang sangat mewah mempesona, dan para pria semua mengenakan pakaian yang sangat formal.

Dalam waktu kurang dari tiga menit, seluruh ruang perjamuan, kecuali untuk deretan kursi pertama, sudah hampir sepenuhnya telah diduduki.

Agnes dan Tabita yang sedang duduk di meja makan, terlihat seperti "bunga-bunga indah" yang terlihat berbeda dengan yang lain.

Dari waktu ke waktu, mereka mendapatkan pandangan dari beberapa pasang mata yang terlihat memandang mereka dengan aneh.

Agnes baik-baik saja, Tabita telah menelan air selama beberapa menit karena sangat gugup.

"Bos, aku ingin pergi ke kamar mandi." Tabita sedikit tersipu dan berbisik di sebelahAgnes.

Agnes menatapnya dan menepuk tanganTabita dan memegang roknya.

"Jangan gugup, bintang besar itu juga manusia, dan mereka tidak akan memakanmu."

"Aku ingin bertemu bintang besar dan melakukan wawancara eksklusif, Sekarang aku bingung melihat begitu banyak." Tabita berkata sambil mengangkat bahu.

Agnes berkata, "Buat apa bingung ? kamu harusnya minta mereka tanda tangan satu per satu nanti, Dengan tanda tangan ini, kamu dapat pamer selama bertahun-tahun."

"Wowww ..." Benar juga. "Tabita menjawab dengan senang.

Agnes menggerakkan alisnya, melirik Renji, yang duduk di meja di sebelahnya, dan bibirnya terlihat terang dan merah muda.

"Ini dia Sutradara Samir."

Sutradara Samir muncul di ruang perjamuan pada saat itu.

Begitu dia muncul, semua bintang di pesta itu langsung riuh.

Melihat ke pintu masuk serempak.

Tabita juga menggerakkan kepalanya melihat kearah pintu masuk.

Jantung Agnes berdetak kencang beberapa kali.

Perlahan menarik kembali tangannya yang tadi di bagian belakang tangan Tabita , dan tanpa sadar menggengam tangannya sendiri.

Mata sempat tertutup, sambil menafas dalam, Agnes, hendak berbalik untuk melihat.

Ada banyak kegelisahan di ruang perjamuan.

"Ya Tuhan, katakan padaku, apakah aku salah lihat ?"

Agnes , "………...."

"OMG, ini jelas adalah pesta yang paling bermakna dan menyenangkan yang pernah aku kunjungi."

"……………."

"Ya Tuhan, itu bukannya CEO legendaris dari Dilsen Group, William Dilsen, yang datang bersama Sutradara Samir."

Agnes, "………..."

"Ah ~ ~ ini mereka, Sutradara Samir dan CEO Dilsen Group, William Dilsen datang ke arah kita."

"……...." Mata dan wajah Agnes tiba-tiba terasa lebih kencang, tangan yang tergenggam otomatis mengencang karena semakin gugup.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu