Hanya Kamu Hidupku - Bab 592 Titik Lemah

Pani dan Siera menoleh ke belakang pada saat yang bersamaan, ketika melihat Sumi yang datang dengan langkah yang perlahan, terasa kedamaian di dalam hati mereka berdua.

Perasaan damai dan aman yang dirasakan oleh Pani murni karena kehadiran dari Sumi.

Sementara perasaan damai dan aman yang dirasakan oleh Siera karena dia menjadi percaya diri, setidaknya anaknya ada disini, tidak perlu takut mereka akan terus merebut menantu perempuannya kan?

Siera mengangkat alisnya karena gembira, tetapi pada saat yang sama, matanya berputar memusingkan dan dia berkata, "Sumi, kamu sudah datang."

Sumi menatap Siera, ekspresinya yang memusingkan ini tidak terbaca dan dengan tenang menjawab, "Ya."

Siera menggerakkan mulutnya dan tersenyum.

Pipi Pani lembut, kedua sisi pipinya memerah sambil menatap kedua bola mata Sumi yang cerah dan dipenuhi kepercayaan.

Sumi melangkah maju dan meletakkan tangan di bahu Pani, dengan hangat memandang Britania yang tersenyum padanya, "Bibi Wijaya."

“Ya.” Britania menanggapi dengan murah hati, menatap mata Sumi tanpa menyembunyikan kekagumannya, “Aku walaupun berada di australia juga kadang mendengar tentang prestasi cemerlangmu di dunia hukum, karena hubunganku dengan ibumu. Setiap kali mendengar selalu terasa rasa bangga. Hari ini akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Ya, dibanding ayah dan ibumu, ternyata anak lebih hebat dari orang tuanya "

Hati Siera menegang sambil melihat Britania.

Britania mengangkat alisnya dan menatap Siera, "Kenapa, apakah aku memuji putramu mengejutkanmu? Siera, kamu pandai dalam segala hal, hanya saja hati mu tidak cukup lapang."

Setelah mengucapkan ini, percakapan Britania berubah tajam. Dia kembali menatap Pani dan berkata, "Pani, dengarkan kata-kata Bibi Wijaya, pikirkanlah kembali. Jika Bibi Wijaya menjadi ibu mertua kamu, pasti akan menjadi ibu mertua yang paling baik dan perhatian. Jadilah anak menantuku, pasti jika dibanding menjadikan Siera sebagai...."

"Kak Britania, mengapa kata-katamu berubah?"

Siera mengerucutkan bibirnya, kadang kala memuji anaknya, sisa waktu yang lain merendahkan anaknya, mengatakan bahwa selama ibu mertuanya dan Sumi memperlakukan Pani dengan baik, dia tidak bisa merebutnya dan kemudian berusaha berebut dengannya. Dia tidak pernah melihat orang yang lebih suka berubah-ubah dibanding dirinya!

Ketika Britania mendengarnya, dia tidak membantah, hanya menyipitkan mata dan tersenyum.

Britania tidak berbicara dan secara otomatis Siera tidak bisa mengatakan apapun.

Bagaimanapun, di depan Britania, dia benar-benar merasa bahwa dia lebih rendah darinya dalam beberapa aspek.

Kata malu sering kali muncul di benaknya.

Siera menghela nafas di dalam hatinya dan menggenggam erat tangan Pani dengan rasa bersalah.

"Tuan Wijaya."

Sumi memandang Riki, "Bisakah kita berbicara berdua?"

Pani tertegun dan menatap Sumi dengan gugup.

Sumi menatap Pani dan menepuk bahu Pani singkat dengan telapak tangannya.

...

Sumi dan Riki tidak meninggalkan restoran, mereka hanya mencari dan duduk di tempat yang lebih jauh dari meja Pani.

Wajah jernih Riki dingin dan keras, "Nasihat apa yang dimiliki Pengacara Nulu?"

"Aku tidak mempunyai saran, namun jika ucapan terima kasih ada beberapa," kata Sumi dengan terus terang.

Riki mengerutkan kening dan menatap Sumi dengan ringan.

Sumi tidak menghindari pandangannya. Aura udara di sekitar mereka tidak lagi dipenuhi kesuraman dan permusuhan seperti pertemuan mereka berdua sebelumnya, nafasnya juga menjadi lebih santai dan lembut. "Pani berada di kota Yu beberapa tahun dan kamulah yang selalu menemani di sisinya, menjaganya, peduli kepadanya, jika bukan karena kamu, aku tidak bisa membayangkan kondisi Pani saat ini akan seperti apa. Riki, Pani memiliki orang kepercayaan, teman dan kerabat seperti kamu, adalah keberuntungan untuk Pani, juga keberuntungan untukku. "

"Apakah kamu memberi pidato sebagai seorang pemenang di hadapanku?" kata Riki dingin, "Munafik!"

Sumi menggerakkan bibirnya dan berkata dengan tangan yang diangkat, "Jika kamu berpikir seperti itu, maka apapun yang akan aku bicarakan, walaupun itu adalah perkataan yang sesungguhnya pun kamu tidak akan percaya."

"Tidak perlu berbicara dengan sok bijak dan sok jujur! Jika aku menukar status denganmu saat ini, aku pun juga bisa mengucapkan perkataan seperti itu kepadamu!" Riki menatap tajam ke arah Sumi, "Sumi, aku bukan temanmu, tapi adalah saingan cinta! Aku akan mengatakan ini kepadamu, jika kamu memperlakukan Pani dengan tidak baik, Aku Riki akan dengan sekuat tenaga membawa Pani pergi darimu! "

Mata Sumi menjadi gelap, menatap Riki beberapa saat lalu berkata dengan bibirnya yang tipis, "Aku tidak akan memberimu kesempatan!"

"Sebaiknya seperti itu!"

Setelah Riki mengatakan perkataan yang keras ini, dia pun bangkit berdiri dan berjalan ke arah Pani dan yang lainnya.

Sumi setengah menyipitkan mata, bangkit berdiri, memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah Pani, tapi hanya melihat Riki menarik Britania dan berjalan keluar.

Sumi mengerutkan bibir tipisnya dan beralih menatap ke arah Pani dengan pandangan yang jernih.

Pani membalikkan tubuhnya, emosinya tampak berantakan, cemas dan enggan untuk berpisah sambil memandangi punggung Riki yang pergi.

Sumi mengepalkan tangannya dan berjalan mendekat.

"Sumi, lebih baik kamu tinggal menemani Pani."

Siera berkata.

Sumi mengangguk.

Siera bangkit berdiri dan bergegas mengejar Britania.

Sumi memperhatikan Siera yang mengejar keluar dari restoran, menarik pandangannya dan kembali fokus menatap Pani.

Air mata mengalir dari sudut mata Pani, giginya dengan agak keras menggigit bibir bawahnya dan tangannya menggenggam erat rok di pahanya, berusaha keras untuk tidak menangis.

Hati Sumi tertusuk, dia maju mendekat dan memeluk kepala Pani, membiarkan dia bersandar di perutnya, "Semua akan berpisah, namun selama kamu punya hati, pada suatu hari akan bertemu kembali."

Pani menitikkan air mata dan menekan semua sesenggukan di tenggorokannya, "Riki, aku pasti akan bahagia. Kamu juga harus..."

"Bisa melakukannya."

.......

"Kak Britania."

Ketika Siera mengejarnya, Britania akan masuk ke dalam mobil.

Mendengar suara Siera, Britania menepuk pundak putranya, berbalik dan menatap Siera yang sedang berlari ke arahnya, dengan bibir yang tersenyum berkata, "Bukankah takut jika aku merebut menantu perempuanku darimu? Mengapa masih mengejarku?"

Wajah Siera panas dan dia tersenyum pahit dan berkata, "Kak Britania, jangan membuatku malu lagi. Masalah kebebasan aku tidak pernah bisa menang dibanding denganmu."

“Aku tidak mengucapkan kata-kata itu untuk mempermalukanmu, tapi aku benar-benar tidak nyaman!” Britania tersenyum, “Siera, Pani adalah anak yang baik, Riki dan aku sangat menyukai Pani. Ketika kami sampai di Kota Tong. Aku juga sudah mendengar Riki berbicara banyak tentang Pani. Pani, anak ini sejak kecil sudah melewati banyak lika-liku, yang membuat orang merasa kasihan. "

Siera mengangguk, "Kak Britania, sejak pertama kali aku melihat Pani, aku sudah menyukainya. Semua yang Pani telah alami, aku juga merasa kasihan dengannya. Aku akan terus memperlakukan Pani sebagai anak perempuanku sendiri dan tidak akan pernah membiarkannya sedikit pun dianiaya. "

“Kamu, bukanlah seorang ibu mertua yang keras dan sulit!” Britania meraih tangan Siera, pandangannya menjadi sedikit agak berat, “Siera, tolong aku...”

“Jangan bicara lagi, Kak, Aku akan melakukannya,” kata Siera dengan sungguh-sungguh.

Tenggorokan Britania bergetar, menarik napas dalam-dalam dan melepaskan tangan Siera, "Aku pergi dulu. Jaga dirimu."

Siera menatap Britania, matanya memerah, "Jika ada waktu, aku akan pergi mengunjungimu ke australia."

“Jika kamu sudah mempunyai cucu, kapan kamu akan mempunyai waktu kosong? Namun aku akan menunggumu.” Selesai Britania berbicara, tersenyum kepada Siera, berbalik dan masuk ke dalam mobil.

Siera menatap Britania dan menghela nafas dalam hatinya.

Di dunia ini, akan banyak terjadi kondisi tidak berdaya dan tidak bisa melakukan apapun, bahkan orang sekuat Britania, juga tidak dapat melakukannya sendiri.

...

Mobil itu sudah melaju menjauh dari restoran.

Britania melirik, Riki, yang masih enggan mengalihkan pandangan dari kaca spion, menghela nafas di bibirnya dan memaksa dirinya untuk menahan diri untuk kembali.

Britania menahan diri dengan tidak berbicara.

Suara Riki yang pelan pun mulai terdengar, "Ini adalah kampung halamanmu, Walaupun bagiku sangat asing. Namun aku malah meninggalkan bagian hatiku yang paling berharga disini."

Sudut mata Britania menjadi masam, hampir saja air mata mengalir turun.

Dia menolehkan kepala sedikit ke sisi lain, membuka bibirnya dengan ringan dan perlahan menarik napas.

“Bu, disini pasti ada bagian yang berharga yang tidak ingin dilepaskan, kamu pasti bisa mengerti perasaanku kan?” kata Riki.

Air mata akhirnya mengalir turun.

Britania memegang kemudi dengan kedua tangan dan seakan tidak bisa mengemudi.

Riki menoleh untuk melihat Britania.

Wajah Britania yang selalu terkendali, kali ini sudah dipenuhi dengan air mata.

Hati Riki sakit.

Dia berpikir.

Seperti dia, kakaknya juga merupakan kelemahan Britania. Bisa memanggilnya dengan mudah dan menjadi sangat lemah!

...

Rumah Zhao.

"Ibu ……"

Liaoran sedang minum teh di ruang tamu di lantai bawah. Suara cemas Vimaya meledak dari lantai dua membuat Liaoran terkejut dan hampir menjatuhkan cangkir teh di tangannya.

Sambil mengerutkan alis dengan tidak senang, Liaoran menatap Vimaya yang sedang berlari menuruni tangga. "Kenapa kamu seperti Pataya sering kebakaran jenggot?"

"Bu... Bu, lihat!"

Vimaya bergegas, tangannya gemetar dengan hebat dan menyerahkan dokumen yang baru saja dia cetak dari ruang kerja kepada Liaoran.

"Apa ini?" Liaoran menatapnya.

"Lihat saja!" Vimaya mengambil cangkir teh dari tangan Liaoran dan menyisipkan dokumen itu ke tangan Liaoran.

Alis Liaoran mengernyit dengan kencang sambil melihat apa yang ada di tangannya.

Judul dokumen yang ditulis dengan huruf besar terpampang di pandangannya-----perjanjian perceraian!

Alis Liaoran bergetar, dia pun duduk dengan punggung yang tegak dan pandangannya menatap ke bawah.

Vimaya meletakkan cangkir tehnya dan duduk di sisi Liaoran, sekujur tubuhnya bergetar dengan tidak terkendali.

"Memberi makan orang yang tidak tahu berterima kasih!"

Akhirnya, Liaoran melempar dokumen di tangannya dengan keras dan berkata dengan murka.

Vimaya memandang Liaoran, wajahnya dipenuhi rasa marah dan malu dan dengan gigi bergetar berkata, "Aku tidak pernah mengira Remon berani bercerai denganku? Siapa dia, hak apa dia untuk menceraikanku ?! Selama bertahun-tahun ini, jika bukan karena keluarga Zhao kita yang membesarkannya, dia sudah mengemis di jalan dengan tampangnya yang tidak berguna itu! Orang seperti itu berani ingin bercerai denganku? Dia meminta cerai? !!! "

"Bu, Ayah akan menceraikanmu?"

Pataya yang terkejut turun dari lantai dua.

Vimaya mengepalkan tinjunya dan mengutuk, "Remon bajingan! Anjing lebih berguna dari dia!"

"Apa ayahku gila?" Pataya berkata, "Jika dia menceraikanmu, menurutku dia tidak akan bisa menghidupi dirinya sendiri! Apa yang dia pikirkan?"

"Tidak, dia tidak akan mati kelaparan!"

Liaoran tiba-tiba meraih tangan Vimaya dan berkata dengan menggertakkan gigi.

Vimaya dan Pataya memandang Liaoran.

Wajah tua Liaoran bergetar dan tangan yang menggenggam tangan Vimaya menjadi semakin erat, begitu erat hingga Vimaya ingin melepaskan tangan yang digenggam, "Bu..."

"Dia pagi ini meminta uang untuk menyewa rumah dan aku sudah memberikan kepadanya!" kata Liaoran.

Vimaya menjadi pucat, "Bu, ini hanya sewa rumah, kamu tidak memberikannya banyak uang kan?"

"Satu miliar enam ratus juta!" kata Liaoran.

"Apa?" Vimaya kaget, "Bu, kamu pikun, ini hanyalah sewa rumah, mengapa kamu memberinya satu miliar enam ratus juta?"

Urat kepala Liaoran berkedut, dengan mata merah dan wajah pucat kekuningan yang tidak normal berkata, "Kamu, menurutmu menyewa rumah saat ini sangat murah? Dia mengatakan rumah yang dia sewa adalah daerah orang kaya, sebuah vila! Walaupun keluarga Zhao kita tidak bisa bangkit, kita masih bisa berharap kepada Pataya. Jika Pataya bisa mengenal satu hingga dua orang kaya, kita di masa depan pun tidak akan perlu khawatir! Siapa yang menyangka, siapa yang bisa tahu bajingan itu berani menipuku! "

Kata menipu terakhir, diucapkan Liaoran dengan berteriak, setelah berteriak matanya memutih dan dia pingsan!

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu