Hanya Kamu Hidupku - Bab 300 Kamu Memenuhi Hatiku Dengan Penuh

Setelah dari Yuk Gosip kembali ke rumah, Ellen makan siang dan pergi ke taman bunga dengan sebuah majalah di tangannya.

Darmi pergi ke taman bunga dua kali, sekali untuk memberi Ellen selimut, satu kali lagi untuk mengantar buah.

Pada saat Darmi mengantar buah untuk Ellen, 30 menit telah berlalu setelah dia mengantar selimut kepada Ellen, sementara Darmi menyadari dalam 30 menit ini, meskipun Ellen terus menatap ke majalah di tangannya, tetapi halaman majalan tersebut tidak pernah berpindah dalam 30 menit.

Meskipun merasa agak aneh, Darmi tetap tidak bertanya banyak, dia meninggalkan tempat setelah berdiri beberapa saat.

Jam 4.30 sore, Ellen dan Pak Suno pergi ke Taman Kanak-kanak Chunyi menjemput Tino dan Nino.

Di sepanjang jalan, pak Suno melihat ke Ellen beberapa kali melewati kaca spion, tetapi Ellen hanya terus mempertahankan posisinya, melamun terhadap luar jendela.

Setelah menjemput Tino dan Nino, mereka sekalian pergi ke Street Shop membeli kastanye untuk Nino, tiba kembali di rumah waktu pun sudah hampir jam 6.

Setelah Ellen mereka pulang tidak lama, William pun sudah tiba di rumah.

Karena William ada di rumah, Ellen tidak melamun lagi, dia mengambil sandal untuk William dan membantu dia melepaskan jaketnya kemudian menggantung ke rak, adegan ini memberikan kesan istri giat yang sangat profesional.

Sudut William terangkat dengan cantik, setelah Ellen mengantung baju, dia menarik Ellen ke sisinya dan berkata, "Hari ini begitu rajin ya"

Bola mata Ellen bergerak sana sini, kemudian dia memberi senyuman yang manis terhadap William.

William mencubit hidung Ellen kemudian memeluknya.

Pada saat makan malam, Ellen terus mengambil lauk untuk William dengan rajin.

Pada awalnya William bahkan merasa aneh dan mengerutkan alisnya, tetapi setelah beberapa saat dia pun terlihat tenang, mau apa yang dilakukan Ellen, reaksi dia tetap hanya biasa saja.

Setelah makan, William pergi ke ruang baca.

Sementara Ellen menemani Nino dan Tino mengerjakan pr di ruang tamu.

PR anak-anak selesai pada waktu hampir jam 9.

Nino dan Tino pun langsung memanjat ke atas sofa dan mulai memanfaatkan waktu dengan menonton kartun.

Ellen dan Darmi membereskan meja bersama, kemudian mereka juga membuat beberapa piring salad buah, satu piring untuk Nino dan Tino, kemudian Ellen sendiri juga membawa satu piring naik ke lantai atas.

Berjalan sampai depan ruang baca, Ellen langsung membuka pintu dan memasukkan kepalanya ke dalam ruangan sambil melihat ke William yang sedang mengurus urusan kerja dengan senyuman.

William hanya meliriknya dengan ekspresi datar tanpa bersuara.

Ellen masuk ke dalam ruangan dan menutup pintu dengan gerakan ringan sebelum berjalan ke arah meja.

Ellen meletakkan salad buah di atas meja dan berkata dengan senyuman, "Aku membuatnya untuk kamu"

William hanya melirik ke salad buah tersebut dan menjawab, "Iya"

"........." Ellen menyentuh wajahnya dengan canggung dan berjalan ke sisi kursi William secara perlahan, kemudian berdiri di sampingnya seperti seorang sekretaris.

William pun terus mengerjakan urusannya dengan natural.

Setelah berdiri 5 menit, William tetap tidak menghirau Ellen, akhirnya Ellen mengambil piring yang berisi salad buah dan menyuapi William sekeping buah pir.

William berhenti bergerak dan melihat ke Ellen.

Ellen langsung mempertunjukkan 'senyuman manisnya' kepada William, "Paman ketiga, kamu sibuk saja, aku suap kamu"

William menatap ke Ellen dengan sudut mulut terangkat, "Tidak perlu, sekarang aku masih tidak ingin makan. Kamu letak sini saja, nanti aku makan sendiri"

Ellen, "......"

William melihat ke jam yang berada di dinding, "Nino dan Tino juga sudah waktunya istirahat, kamu bawa mereka pergi keramas kemudian pergi tidur juga, malam ini aku akan agak telat, jangan tunggu aku ya?"

".... Oh"

Ellen menjilat bibirnya yang kering.

William berkata, "Pergi saja"

"........." Ellen terus menatap ke William tanpa bergerak.

Melihat adegan ini, William mengangkat alisnya, "Kenapa?"

Ellen menarik nafas, "Paman ketiga, sebenarnya aku ada masalah mau diskusi dengan kamu"

William menatap Ellen tanpa bersuara.

"........." Ellen mengigit bibirnya dan menarik lengan William, "Kita pergi sofa sana dulu"

William menyipitkan matanya dan berdiri dari kursi, jalan ke sofa bersama Ellen.

Setelah duduk di sofa, Ellen baru menarik nafas dalam lagi dan menatap ke William, "Paman ketiga, hari ini aku melihat Venus Ronia"

Tatapan gelap William mengalami gerakan kecil, tetapi ekspresi di wajahnya tidak berubah.

Ellen berhenti beberapa saat dan ekspresinya terlihat frustrasi, "Kemarin aku pernah memberi tahu kamu bahwa aku ingin pergi menjumpai kakek buyut.... kamu meminta aku untuk tunggu. Aku tahu sebelum kamu setuju seharusnya aku tidak membiarkan orang lain tahu bahwa aku... masih hidup. Pertemuan aku dan Venus Ronia hari ini juga merupakan sebuah insiden. Kalau aku benar-benar mau menghindar dia, bukan tidak bisa juga. Tetapi waktu itu, aku tiba-tiba... tidak ingin bersembunyi lagi"

William mengelus wajah Ellen dan berkata dengan nada suara lembut, "Kalau tidak ingin sembunyi, ya sudah tidak perlu sembunyi"

Ellen menggembangkan bibirnya, "Sore ini aku berpikir sangat banyak, aku merasa aku terlalu buru-buru"

William tidak berkata apa-apa, dia hanya memeluk Ellen dengan diam-diam.

Ellen menyandar di dada William dan berkata dengan suara kecil, "Kasus kemarin itu, semakin berpikir aku merasa semakin aneh dan menakutkan. Tujuan orang-orang itu sejak awal bukan uang, yang mereka inginkan adalah... nyawaku! Ada yang ingin aku mati"

Tatapan William mengelap, dia mengelus kepala Ellen dan berkata dengan nada suara tenggelam, "Kemarin aku tidak waspada, tetapi sekarang sudah berbeda, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh kamu!"

Ellen memejamkan matanya, "Yang aku ragukan sekarang adalah, siapa yang ingin aku mati? Aku tidak pernah berpikir mau mencelakai siapa pun, aku juga tidak pernah melukai siapa duluan. Mengapa ada yang ingin aku mati? Seberapa benci orang itu kepada aku sampai dia melakukan hal seperti ini?"

William menatap ke mata Ellen, "Orang yang memiliki hati beracun yang kejam tidak akan peduli apakah kamu itu baik atau jahat, dia juga tidak akan berpikir apakah kamu ingin mencelakai orang!"

"Iya, dia tidak peduli terhadap hal begitu, dia hanya merasa aku hidup di dunia ini sangat merusak matanya, makanya dia ingin aku mati" Ellen berkata dengan pahit, "Paman ketiga, aku merasa aku sudah tidak bisa melihat dunia ini dengan sudut pandang positif lagi. Dunia ini terlalu berbeda dengan apa yang aku mengira"

Setelah mengalami kejadian itu, setelah meyaksikan kejahatan dan penghinaan Boromir terhadap keluarga Nie, Ellen sama sekali tidak bisa memikirkan dunia ini dengan sederhana lagi.

Apakah dunia ini memang begitu kejam? Apakah hati manusia itu memang begitu racun?

Ellen memeluk William dengan erat.

William menarik Ellen untuk duduk di atas pahanya, kemudian dia memeluk Ellen seperti sedang mengendong seorang bayi sambil menepuk bagian belakang Ellen dengan lembut, setelah beberapa saat, dia baru bersaura, "Orang-orang itu adalah pengecualian, jangan menganggap semua manusia di dunia ini adalah begitu juga"

"... Paman begitu, apakah maksudmu adalah dunia ini masih memiliki banyak orang baik?"

"Apakah hal itu tidak benar?" William bertanya kembali.

"Apakah kamu adalah orang baik?" Ellen bertanya.

"Terhadap kamu, iya" William mengangkat sudut muluntya.

".... Narsis!" Ellen menyandar di pelukan William dengan diam.

William mencium dahi Ellen dengan lembut, "Paman ketiga di sini, kamu tidak perlu takut terhadap apa pun"

Sekali lagi mendengar kata-kata ini.

Mata Ellen langsung membasah, setelah belasan detik, Ellen baru bersuara, "Paman ketiga, mau apa yang aku buat, kamu tetap akan mendukung aku tanpa syarat kan?"

William berpikir sejenak sebelum mengerutkan alisnya, "Kecuali satu hal"

Ellen menarik dirinya keluar dari pelukan William dan menatapnya dengan bingung, "Apa?"

"Kalau kamu berani jatuh cinta kepada pria lain, aku akan membunuh kamu!"

"...." Ellen langsung keringatan, dia mengomel dengan suara kecil, "Kamu begitu jahat, aku mana berani"

"Berarti kamu benar-benar pernah memiliki niat itu?" Sambil berkata, William mengulurkan tangannya untuk mencubit wajah Ellen.

Ellen melarikan diri dengan senyuman, karena gagal, dia baru meminta tolong, "Tidak tidak, tentu saja tidak"

William menatap ke Ellen dengan serius, "Sikapmu agak sopan!"

Ellen mengigit bibirnya dan berdiri dengan tegak, kemudian mengangkat tiga jarinya, "Aku berjanji, selain paman ketiga, aku tidak akan melihat ke pria lain lagi di kehidupan ini! Hatiku akan selalu menjadi milikan paman ketiga! Karena tidak ada orang yang memiliki keberanian untuk menantang paman ketiga juga...."

"Ellen!"

"Paman ketiga, hal ini sama sekali tidak mungkin" Ellen melingkari leher WIlliam dan menatap ke mata William yang dipenuhi kemarahan, "Kamu sudah mengisi hatiku secara penuh, dari mana ada tempat untuk pria lain lagi. Paman ketiga, apakah kamu tidak tahu seberapa... cinta aku terhadap kamu?"

Melihat wajah Ellen yang memerah, kemarahan William baru menjadi agak ringan, ekspresinya yang mengerat juga menjadi lega, "Bagus"

Melihat ekspresi Willia sudah berubah, Ellen baru berkata, "... Paman ketiga, kamu tidak bertanya kepada aku, dimana aku bertemu dengan Venus Ronia?"

"Dimana?" Tatapan William mengerut.

"Hari ini aku pergi ke Yuk Gosip untuk wawancara, seteleh wawancara selesai, aku bertemu dengannya pada saat aku sedang menunggu elevator"

"Wawancara?" William bertanya.

Ellen melepaskan leher William dan mengangguk kepadanya, "Aku wawancara untuk menjadi editor, Senin ini masuk kerja"

Bibir William yang tipis tiba-tiba menjadi tegang.

".... Aku sudah pulang 2 3 bulan juga, tidak boleh terus di rumah saja, jadi aku berpikir mau mencari kerja" Setelah berkata, Ellen menarik nafas dan duduk kembali ke paha William sambil menatapnya dengan ekspresi polos.

"Sejak kapan kamu mulai mencari kerja?" Nada suara William masih termasuk tenang.

"Semalam tiba-tiba aku bersemangat jadi aku mengirim lamaran" Ellen berkata dengan cepat, "Awalnya aku ingin diskusi dengan kamu hari ini, tidak menyangka begitu cepat dan lancar"

William menatap ke bulu mata Ellen dengan diam, "Semalam kirim lamaran, hari ini sudah dapat kerja, apakah aku harus memuji kamu pintar?"

Ellen menatap ke ekspresi William yang tenang, penampilan aneh ini membuat bulu-bulu Ellen berdiri dengan merinding.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu