Hanya Kamu Hidupku - Bab 7 Masa Muda Para Remaja

Tahu bahwa masalah ini tidak ada ruang untuk dibahas lagi, Ellen sudah tidak segan lagi, juga tidak bisa tidak pergi.

Setelah turun dari mobil, Ellen berdiri di pinggir jalan, melihat mobil William pergi jauh, sampai akhirnya tidak bisa melihatnya lagi, berbalik badan dan berjalan ke gerbang pintu sekolah.

" Ellen ." suara pria yang keras dan bersih datang dari belakang.

Langkah Ellen dengan pelan berhenti, berbalik kepala melihat.

Melihat satu tangan Bintang yang sedang membawa tas dan satu lagi membawa bola basket dan berlari kecil kearahnya.

Ellen menggigit kecil bibir bawahnya.

Bintang berdiri dihadapan Ellen, wajah yang tampan dan cerah dengan senyum yang malu, dengan mata yang berlinang melihat Ellen, "Ketemu lagi."

Ellen mengesampingkan pemikirannya, tersenyum padanya "Bintang."

Suara Ellen memang aslinya halus, ditambah dengan sifatnya yang terbentuk dari pengasuhan oleh William, saat dia berbicara, sedikit berani dan ceplas-ceplos.

Bintang mendengar namanya dipanggil oleh Ellen, telinganya memerah, tanpa sadar mengeluarkan tangan ingin menggaruk telinganya, tapi menyadari bahwa kedua tangannya dipenuhi dengan tas dan bola basket.

Ada sedikit malu, Bintang tersenyum simpul terhadap Ellen, "Sudah hampir telat, mari kita masuk."

"Baik." Ellen berkata, bersama Bintang berjalan masuk ke dalam sekolah.

Bintang di sekolah SMA Weiran sudah pasti adalah orang terhebat.

Tampangnya yang tampan dan keahlian dalam semua olahraga adalah kedua alasan kenapa dia disukai oleh banyak orang.

Dan latar belakang keluarga adalah keturunan politik, membuatnya menjadi lebih bersinar.

Ellen tidak usah dikatakan lagi.

William memanjakannya hingga semua orang di kota Tong tahu, Ellen yang berjalan di keramaian pun di kota Tong tidak ada orang yang berani mendekati.

Oleh karena itu keduanya berjalan masuk ke dalam halaman sekolah, tingkat ketertarikan itu sudah dapat dibayangkan.

Akan tetapi keduanya sudah terbiasa dengan pandangan seperti ini, tidak menunjukkan ketidak-nyamanan.

Kelas satu dan kelas empat tidak dilantai yang sama.

Kelas satu di lantai satu, kelas empat di lantai dua.

Di pintu kelas, Ellen menghentikan langkah kaki, dan berkata pada Bintang, "Sampai jumpa."

"Aku, aku lihat kamu masuk ke dalam." muka Bintang me merah lagi, melihat Ellen dan berbicara dengan gagap.

Ellen menatap Bintang yang tersipu, hanya merasa lucu, sudut bibit tanpa sadar naik, melambaikan tangan padanya dan masuk ke dalam kelas.

Melihat Ellen berjalan masuk ke dalam kelas, duduk ke di tempat sendiri, Bintang tertawa ringan, dengan jiwa muda dan postur muda, penuh semangat berlari ke lantai dua.

.......

"Gimana ?" Pani yang melihat Bintang seperti senang berlari keatas, berbalik melihat Ellen dengan lucu.

"Gimana, apanya gimana ?" Ellen tidak melihat bagaimana Bintang lari keatas, oleh karena itu Pani bertanya seperti ini, mebuatnya sedikit heran.

Pani menyela, "Kamu dan Bintang, kalian gimana ?"

Tangan Ellen yang mengambil kertas ujian dari dalam tas berhenti, mengarahkan kepala melihat Pani "Bertemu di gerbang sekolah, makanya jalan bersama."

"Hanya begitu ?" Pani menarik - narik sudut mulut.

"Iya." Ellen menganggukkan kepala.

"...." dahi Pani keluar tiga garis hitam, bukannya hanya searah dan berjalan bersama, kenapa Bintang senang sampai begini ?

Masa muda para remaja, dia juga tidak mengerti.

......

Sore selesai kelas, Pani berdiri di pintu kelas menunggu Ellen hingga tidak sabar, melihatnya yang dengan lamban duduk di atas kursi, juga tidak tahu Ellen sedang apa dan berkata, " Ellen, kamu berangkat atau tidak ?"

Ellen berbalik kepala melihat Pani, mukanya penuh dengan arti penolakan.

Pani berjalan kembali, tas sekolah diletakkan diatas meja, dengan tatapan yang tidak serius melihatnya, "Maksud wajahmu ?"

Ellen menggelengkan kepala dan menghembuskan nafas, "Menakutkan."

Menakutkan ?

Pani tertegun, "Kenapa aku tidak mengerti ?"

Ellen menghembuskan nafas yang panjang, mengambil tas dan berdiri, dengan muka yang serius melihat Pani dan berkata, "Pani, malam ini aku mau melewati bencana, kamu doakan aku melewatinya dengan lancar."

Melewati bencana ?

Pani tertegun dijahilinya, "Kamu ini kayak mau mati ya ?"

Ellen mengangkat bahu, tidak mengatakan iya atau tidak.

Bersama Pani keluar dari gerbang sekolah, Ellen dalam sekejap melihat mobil mewah yang berhenti di samping jalan.

Dan Sumi yang khusus datang menjemputnya bersandar disamping mobil menatapnya.

Pani mengenal Sumi, karena pernah melihatnya datang menjemput Ellen beberapa kali.

"Pani, aku menyuruh paman Sumi datang mengantarmu pulang dulu, kemudian pergi ke rumah lama." Ellen berkata.

"Tidak usah, aku ada urusan." Pani berkata.

Ellen mengkerutkan alis, "Mau pergi kerja lagi ?"

"Iya." Pani berkata, menepuk - nepuk bahunya, berbalik kepala dan pergi.

Ellen semakin mengkerutkan alis, melihat Pani berjalan jauh, baru berjalan kearah Sumi .

"Paman Sumi." Ellen berkata.

Sumi melihat sebentar kearah Pani, dengan lembut melekukkan bibir dan berkata pada Ellen, "Masuk mobil."

Ellen juga tersenyum padanya, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

......

Mobil berhenti di rumah lama, Sumi dari kaca spion melihat kearah kursi belakang, Ellen yang mengerutkan alis, dengan lembut berkata, "Tidak turun mobil ?"

Ellen dengan lembut melihat Sumi, suara berbicara seperti lapar berhari - hari tidak ada tenaga, "Paman Sumi, kapan paman ketiga akan sampai ?"

"Saat aku datang menjemputmu, paman ketiga-mu sedang rapat. Akan tetapi sekarang seharusnya sudah dalam perjalanan datang kemari." Sumi berkata. Tahu William sudah dalam perjalanan kemari, Ellen menghembuskan nafas dengan ringan.

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu