Hanya Kamu Hidupku - Bab 172 Ellen Mengalami Kecelakaan

Wajah Rosa yang menegang, sekali lagi melihat Hansen dan Louis dari kaca spion, tidak banyak bertanya, langsung membalikkan stir, langsung mengendarai mobil ke arah Rumah sakit Yihe.

Samir yang belakangan ini baru membunuh sebuah film, yang diajukan untuk musim panas, belakangan ini muncul hanya untuk memberitahu bagaimana alur film, dan waktu lainnya kebanyakan tinggal di rumah.

Tengah hari, tiba-tiba Samir ingin makan hot pot, tetapi hot pot ini, makan sendirian tidak enak, jadi dia langsung teringat dengan William dan yang lain.

Semenjak tahun lalu Frans Domingo menonjok adiknya Karlos Domingo, memperoleh hinaan Keluarga Ridwansyah senior maupun junior, merasa sangat membosankan.

Frans yang sangat pendendam, terhadap keluarganya juga tidak terkecuali, jadi seluruh keluarganya semakin tidak suka padanya, dia semakin ingin menebar pesona di depan keluarganya, dan dengan cepat membereskan bisnis di luar negeri, pulang kembali.

Katanya karena ada Frans, suasana Keluarga Ridwansyah sangat tidak baik.

Setelah Samir mengetahuinya, sangat senang sekali.

Ada suatu kali dia ingin meminjam kesempatan ini mengerjai Frans, mana tahu ketika dia berkata, dia sengaja, satu kata langsung mematikan "Obrolan yang baik".

Hari ini Samir cukup beruntung, bertanya di grup Wechat apakah ada orang yang ingin makan hot pot, dia Tuan Samir Moral memanggil, orang-orang di dalam grup, setiap orang pun menjawab, ini adalah hal yang sebelumnya belum pernah ada.

Jadi mereka semua berencana di Shengle untuk makan hot pot.

Orang-orang ini adalah orang yang sangat menepati waktu, berjanji pukul 12 di Shengle, semua orang telah tiba di ruangan Shengle sebelum pukul 12.

Karena William, Ethan Hunt dan Sumi pada tidak begitu suka pedas, jadi dia memesan shabu-shabu.

Dan tugas memesan tentu saja jatuh pada Samir yang paling kecil.

Samir yang sembarangan memesan, aturannya yaitu, yang terpenting ada satu sayur yang bisa cocok dengan selera seseorang.

"Keluar makan, kenapa mengerutkan kening? " Frans meminum seteguk teh, merasa teh ini tidak cocok dengan seleranya, mata Frans yang memicing, lalu menaruh gelas teh di atas meja, lalu menjauhkan dari jarinya.

Frans juga tidak melihat siapa dan berkata.

Tetapi ketika perkataannya keluar, semua orang langsung otomatis meletakkan tatapan ke tubuh William.

William melihat sekilas semua orang, bibir tipisnya menaik sedikit, "Tidak apa-apa. "

"William, apakah kamu sedang mengkhawatirkan Ellen? " Samir bertanya padanya.

William diam.

Dari semenjak pagi ini keluar dari kediaman, dia selalu berada dalam suasana yang kacau, kekacauan ini, terus tidak bisa dicari.

"aku makan hot pot selesai, nanti sore akan pulang ke kediaman melihat Ellen. Yang penting belakangan ini aku santai dan terus santai. " Samir berkata.

Satu jari Sumi yang mengetuk ringan gelas teh, melirik William, "Ellen di kediaman ada Kakek yang melindunginya, seharusnya tidak terjadi apa-apa. "

"Tetapi William, Ellen sedang hamil muda, kamu membiarkannya sendirian di kediaman, akan tenang? " Frans mengangkat alisnya, melihat William.

Kerutan di kening William semakin dalam, memandang Frans.

Bagaimana dia bisa tenang, kalau memang tenang, semalam dia tidak mungkin tengah malam memanjat jendela untuk bertemu dengannya.

Dia semalam setuju Ellen pergi ke rumah.

Pertama karena keteguhan Ellen, dia tidak tega menolak keinginannya; kedua karena Hansen, sekarang Hansen berpikir dia yang memaksa Ellen, perasaan bersalah terhadap Ellen semakin mendalam, tentu saja ingin menjaganya dengan teliti, tidak akan membiarkan siapapun mengejeknya.

"Kakak keempat, bukankah kamu sedang omong kosong? Kamu lihat William dengan tampangnya itu, seperti orang yang tenang? " Samir melihat Frans sekilas, berkata.

Frans mencibirkan bibir, ingin berkata.

Saat itu juga ponsel Ethan berbunyi.

Ethan melirik ponsel yang ada di atas meja, melihat telepon dari Rumah sakit, tatapan yang dingin dipicingkan, lalu mengangkat telepon.

Ethan mengangkat telepon, belum membuka mulut.

Juga tidak tahu orang itu berkata apa, wajah Ethan langsung menghitam, mengangkat kepala melihat William.

Semua orang melihat keadaan, semua wajah terdiam.

Satu tangan William yang di letakkan di atas meja tanpa sadar langsung mengepal erat, tatapannya yang dalam terus memandang Ethan.

"aku sudah tahu, aku segera datang! "

Ethan selesai berkata, lalu menutup ponselnya, dan langsung berdiri dari tempat duduknya.

Kelopak mata William yang menyempit, melihat Ethan.

Ethan mengambil jas yang di gantung di belakang kursi, wajahnya yang serius, melihat William, lalu berkata, "Ellen mengalami kecelakaan. "

"…"

Wow---

Samir, Frans dan Sumi yang sedang santai, William yang tiba-tiba berdiri, mendorong kursi di belakangnya, sudah melangkah cepat keluar ruangan.

Samir menghirup nafas, melihat jaket yang di gantungkan William di kursinya, mengedipkan mata pelan, lalu dengan cepat berdiri, mengambil jaketnya dan jaket William, dan ikut berjalan keluar.

Ethan paling terakhir.

Frans dan Sumidengan wajah serius, saling bertatapan, ikut berdiri, mengambil jaket dan dengan cepat berjalan keluar.

……

Rumah sakit Yihe, ruang VIP.

Kepala Jery Lin yang turun tangan sendiri memeriksa Ellen, memastikan Ellen karena luka kepala, wajah yang terkena luka dalam seharusnya bagian kepalanya ikut terluka, di tambah karena suasana hatinya yang begitu tegang mengakibatkan otaknya kekurangan oksigen dan pingsan.

Karena mengetahui kondisi Ellen yang tidak biasa, jadi Jery menyuruh suster menginfus air infus sangat teliti.

Sebelum keluar dari kamar pasien, Jery tidak berani banyak bicara, hanya terus memperingatkan Hansen dan Louis, tubuh Ellen sangat lemah, tidak bisa menerima tekanan apapun lagi, kalau tidak akibatnya tidak bisa dibayangkan.

Dan lagi, beberapa saat ini Ellen harus menjaga suasana hatinya dengan baik.

Selanjutnya, Jery tidak berkata lagi.

Jery dan suster yang meninggalkan kamar pasien, Louis memapah Hansen yang terus gemetar duduk di samping ranjang pasien, dirinya juga ikut menarik kursi, duduk di sisi ranjang, melihat wajah Ellen yang bengkak memar dan garis darah di bawah kulitnya.

Membuatnya mengingat masalah Vania yang sebelumnya menggunakan CD-ROM melukai wajah Ellen.

Tatapan Louis yang penuh rasa bersalah dan prihatin, terhadap Ellen muncul perasaan yang tidak bisa di ucapkan.

Krek---

Pintu ruang pasien di buka dari luar.

Louis menghirup hidungnya, menoleh ke arah pintu masuk.

Kemudian.

Ketika melihat lelaki yang muncul di kamar pasien ini, Louis terkejut sampai berdiri dari kursi, kedua tangan langsung saling merangkul di depan pusarnya, kedua tatapannya memperlihatkan perasaan kacau menatap laki-laki itu.

Hansen melihat reaksi Louis, wajah yang sedih langsung bergetar, tidak menoleh.

Karena dia sudah menebak siapa yang datang.

Kemudian langkah kaki yang mendekat dari belakang, satu demi satu langkah seperti sedang menginjak lubuk hati Louis, membuatnya sangat kacau dan sedih.

"William…" bibir Louis yang gemetar, mata yang sangat memerah melihat William.

William tidak melihat Louis, kedua matanya sejak membuka pintu, terus tertuju pada tubuh wanita kecil yang terbaring lemah di atas ranjang.

Mungkin, mungkin sebagian wajahnya yang sempurna, dan perban di atas kepala yang belum di lepas, bagaimana dia tidak mengenal, dia adalah wanita yang ada dalam lubuk hatinya.

Dia sendiri tidak tega menyentuh sehelai rambutnya, bisa-bisanya di pukul orang sampai begini, di ejek sampai begini…

Amarah William seperti gunung meletus yang berkorbar, dia tidak mendekati Ellen, tatapannya seperti penuh dengan kebencian dan racun menatap Louis.

Tatapan itu, membuat Louis merasa dingin, telapak tangan yang terus berkeringat dingin, "William…"

"Siapa yang melakukannya? " suara William yang dingin, juga kejam!

"…" Louis menggigit erat bibirnya, melihat kedua mata William, air matanya hampir menetes.

"Siapa yang melakukannya! "

William saat ini, seperti kerasukan, wajah yang menghitam, setiap garis di wajahnya seperti terbuat dari es dingin, tidak ada kehangatan sedikit pun.

"William…" Louis menundukkan kepala, sedih dan meneteskan air mata.

Tatapan William yang begitu sadis, setiap siku tulangnya yang berbunyi, dalam kamar pasien yang terus berjalan.

"aku yang tidak baik, aku tidak menjaga Ellen dengan baik, kamu ingin menyalahkan, salahkan aku yang tua ini. Ibumu… jangan paksa dia. " Hansen yang terus memunggungi William, suara yang lemah, serak.

"Baik, jadi kamu katakan padaku, siapa yang melakukan ini? " William menggunakan kesabaran terakhirnya menatap punggun Hansen, berkata.

"aku sudah katakan ingin salahkan salahkan saja aku. " Hansen menoleh melihat William.

Wajah itu, kacau, lemah, sedih.

Sekujur tubuh William yang tegang seperti busur yang diluruskan, "Apakah Vania? "

"Bukan, bukan dia, bukan adikmu. " Louis terus menggeleng kepala, berkata sambil meneteskan air mata.

"Bukan dia? " wajah William yang dingin, sambil menaikkan bibirnya, "Kalau begitu Ayah tercintaku? "

"Tercinta" kata ini, keluar dari sela-sela gigi William, penuh dengan ejekan.

Louis membuka mulut, melihat wajah William yang sadis, tidak bisa memberontak.

William melihat keadaan, mengetahui.

Mata yang memerah terakhir kali melihat Ellen yang terbaring di ranjang, William langsung membalikkan tubuh, lalu ingin meninggalkan ruangan.

"William, apa yang ingin kamu lakukan? "

Louis kacau, tidak memperdulikan hal lain, langsung maju ke depan, langsung menahan bahu William, menatap kedua mata William yang penuh dengan air mata.

William memicingkan mata, dan hanya melihat Louis, lalu melepaskan tangannya, terus berjalan ke pintu masuk.

"William, William…"

Louis yang dihembaskan William begitu saja, satu badan tidak bisa berdiri tegak dan sedikit memiring.

Kenyataannya William tidak begitu bertenaga, hanya saja tubuh Louis yang lemah, dan mengalami kejadian hari ini, jiwa raga yang lemah, menyebabkan kondisinya yang lemah sekarang.

Menatap William yang berjalan ke pintu keluar, hati Louis yang sangat sedih, memohon pada Hansen.

Hansen yang melotot, perasaan di matanya juga begitu sedih.

Melihat Hansen yang tidak bergerak dan lemah, Louis langsung meneteskan air mata, menggertakkan gigi, menyusul ke pintu luar.

Hanya saja, William yang kaki tangannya yang panjang, ketika Louis mengejar keluar kamar, sepanjang jalan kosong, tidak ada bayangan William lagi.

Tubuh Louis yang menegang berdiri di lorong jalan, seketika, air matanya seperti hujan yang turun.

……

Tempat parkir di bawah Rumah sakit, suara lift yang berbunyi dan membuka.

William lima orang yang keluar dari lift.

Mengapa lima orang?

Karena ketika William ingin pergi, kebetulan Samir dan yang lain sedang berada di lift, ketika lift di buka, kebetulan William berdiri diluar lift.

Lalu, beberapa mengikuti William yang turun ke parkiran.

William yang duduk tegap di dalam mobil G-TR.

Samir dan yang lain yang berdiri di parkiran, saling bertatapan.

Mereka tidak tahu apa yang terjadi, juga tidak tahu sekarang bagaimana kondisi Ellen, dan ketika bertemu William di lift, satu kata pun tidak dikatakan.

Samir yang menggigit bibir bawahnya, lalu berjalan ke mobil William, bertanya.

Tidak disangka, dia baru melangkah dua langkah ke arah mobil, mobil itu seperti panah, dari hadapannya terus lewat keluar parkiran.

Samir, "…"

Kemudian.

Sampai, satu mobil, dua mobil, tiga mobil, terus lewat dari hadapannya.

Samir baru menghirup nafas ganas, perlahan menoleh ke belakangnya.

Dan sekarang, seluruh parkiran, kecuali dirinya, sehelai rambut pun tak ada.

Samir menghitam, lalu bergegas berlari ke mobil sport nya, masuk ke dalam, dan pergi menyusul.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu