Hanya Kamu Hidupku - Bab 109 Memanggil Suamiku

Ellen berada di tempat pemakaman selama setengah jam, setelah berpamitan dengan orang tuanya, Ellen berdiri dan secara tidak sengaja melihat Vima Wen yang berdiri di atas batu tangga, dia sedang menatap ke Ellen dengan diam-diam.

Ellen berhenti bergerak, alisnya yang elegan mengerat dan dia menatap ke Vima Wen sambil menjilat bibirnya.

Setelah saling tatapan beberapa detik, Vima Wen baru mengangguk terhadap Ellen sebelum berputar balik badan dan turun tangga.

Ellen, "............."

..................

Setelah kembali ke dalam mobil, ekspresi Ellen tetap memiliki ekspresi ragu yang bingung.

"Kenapa?" William mengelus pipi Ellen sambil bertanya.

"....Tidak ada" Ellen menarik nafas dan menggelengkan kepalanya.

William menjilat bibirnya sambil menatap ke Ellen.

Pupil hitam Ellen bergerak beberapa saat, setelah itu dia membungkukkan badannya dan mencium sudut bibir William dengan cepat.

Kemudian Ellen duduk dengan tegak sambil menundukkan kepalanya, dia berpura-pura tidak melakukan apapun tadi sambil memakai sabuk pengaman, sayangnya, telinga Ellen yang memerah mengkhianatinya.

William menggerakkan alisnya dan memegang sudut bibirnya, dia menatap ke Ellen dengan tatapan jahat, "Buat apa menciumku?"

Ellen, "............" Berpura-pura tidak mendengar.

William menjilat bibirnya, "Aku sedang bertanya kamu"

Ellen memegang sabuk pengaman di depan tubuhnya dengan erat, telinganya sudah memerah sampai mau terbakar.

Tenggorokan William bergerak naik turun, "Iya?"

Pipi Ellen memerah dan menjadi panas, dia melirik ke William dan menjawab dengan suara kecil, "Aku mencium suamiku sendiri, apakah hal itu membutuhkan alasan?"

"Kamu berkata apa?" Nada suara William meninggi, sepertinya dia sudah tidak bisa mengontrol diri.

Sudut mulut Ellen terangkat, dia menatap ke William dengan pipi memerah dan memasang gaya ratu, "Aku berkata, apakah aku mencium kamu butuh alasan?"

Tatapan William mendalam terlihat seperti gelombang besar yang akan membuat Ellen tenggelam, bahkan suara William menjadi serak, "Bukan ini"

Ellen melihat ke arah atas, "Aku sudah tidak ingat apa yang kukatakan"

"Ellen, mendengar kata-kataku, katakan sekali lagi"

William berkata dengan suara berat.

Detak jantung Ellen berdebar dengan kencang, dia merasa sangat malu dan manis tanpa alasan.

Melihat wajah William yang tegang, tatapan Ellen memancarkan kelembutan wanita yang hanya ditampilkan di depan pria yang mereka sukai, Ellen menatap ke William dengan berani dan berkata, "Aku mencium suamiku, ----------"

Baru berkata sampai setengah, bibir Ellen langsung ditutupi oleh William.

Ellen menarik sebuah nafas dan memegang sisi kursi dengan kuat secara refleks, dia menatap ke wajah William dengan mata membesar yang berada di jarak dekat dengannya.

William mencium Ellen dengan penuh gairah, bahkan dia langsung menaikki di atas tubuh Ellen.

Ellen yang ditekan oleh William sama sekali tida bisa bergerak.

Kehangatan dada William membuat tubuh Ellen berkeringat tipis dalam waktu kurang dari dua menit, pipiya juga terus memerah, bagian belakang kepala dan hidung Ellen dibasahi oleh keringat tipis.

Tangan dan kaki Ellen terasa lemah, seperti kapas, dia sama sekali tidak memiliki tenaga.

Mungkin karena masih di tempat pemakaman, kuburan orang tua juga hanya berada di jarak tidak jauh dari mobil mereka, Ellen tidak bisa fokus dan merasa agak tegang.

Sementara William juga memikirkan tempat keberadaan mereka tidak sesuai, selain ciuman dalam, dia tidak melakukan hal yang kelewatan.

Tetapi, pada saat bibir William meninggalkan bibir Ellen, pernapasan kedua orang sangat kacau dan sesak.

Ellen menatap ke pria di hadapannya dengan mata berair.

Tatapan William berisi cinta yang dalam dan berat, "Ellen, panggil sekali lagi"

Ellen mengigit bibirnya dengan malu dan berkata dengan suara lembut dan manja, "Tadi aku sudah memanggil, tidak mau lagi"

"Dengar kata-kataku, panggil sekali lagi, boleh?" William berbisik dengan lembut di telinga Ellen.

",,,,,,,,,," Ellen menggerakan bola matanya, "Baik"

"Aku sedang mendengar" William berkata dengan nada suara dalam.

Ellen mendekatkan bibirnya ke telinga William, "Suamiku................"

William, "............"

Setelah selesai memanggil, Ellen tertawa ketika melihat ekspresi William yang kacau.

William bahkan bisa merasakan tubuh kecil Ellen bergetaran karena tertawa.

William mengigit giginya dan menekan Ellen, menganggu dia dengan kuat lagi, dia memaksa Ellen sampai terus meminta tolong sambil memanggil suamiku selama belasan kali, setelah itu William baru melepaskan Ellen.

Setelah kejadian masalah itu.

Ellen mengingatkan semua orang sebagai wanita berpengalaman.

Kalau tidak ada masalah, jangan menantang seorang pria, apalagi pria keras kepala yang berkuasa.

Karena pada akhirnya, yang diganggu adalah diri sendiri.

......................

Hari kedua tahun baru, hanya Ellen dan Hansen yang berada di rumah.

William pergi ke rumah orang tua ibunya yang berada di luar kota untuk memberikan salam tahun baru.

Sementara Louis, Gerald dan Vania sudah berangkat keluar kota pada sore hari pertama tahun baru.

Ellen mendengar Mila dan Demian juga sudah berangkat pada malam hari pertama tahun baru.

Setelah sarapan dan mengantara William keluar, Hansen dan Ellen memindahkan kursi ke taman bunga setelah melihat cuaca bagus, di antara dua kursi panjang terletak sebuah meja persegi empat, di atas meja terdapat berbagai jenis buah dan cemilan.

Ellen dan Hansen berbaring di kursi masing-masing sambil membaca buku dengan santai.

Buku yang dibaca Hansen adalah buku catatan catur, sementara Ellen membaca buku bertema tentara.

Tentu saja, Ellen membaca buku bertema tentara bukan dirinya berminat, tetapi karena Hansen hanya memiliki buku ini.

Ellen menganggap membaca buku tersebut agar bisa menghabiskan waktu.

Setelah membaca sekitar 30 menit lebih, Hansen tiba-tiba berdiri dan berjalan ke dalam rumah.

Ellen mengira Hansen mau pergi mengambil buku lain, sehingga dia tidak berpikir banyak.

Setelah sekitar 5 menit, Hansen keluar dari rumah.

Hansen mengambil buku yang terletak di atas meja dan mulai membaca lagi dengan kacamatanya.

Ellen meletakkan buku yang dia pegang di atas paha dan menatap ke Hansen dengan tatapan aneh, "kakek buyut, tadi kamu masuk ke dalam buat apa?"

"Tidak membuat apa pun" Hansen menjawab tanpa melihat ke Ellen.

"....." Ellen menjilat bibirnya dan tidak berkata lagi, lanjut membaca bukunya.

Pada waktu itu, Hansen baru melihat ke Ellen dengan tatapan yang memancarkan cahaya.

.............

Ellen dan Hansen membaca buku selama 1 jam tanpa saling menganggu.

Tiba-tiba, suara menyalakan mesin terdengar dari pintu utama.

Ellen malamun sejenak, dia meletakkan buku di atas meja dan duduk tegak sambil menatap ke arah pintu dengan wajah meragu.

Sementara Hansen langsung berdiri dari kursinya dan meletakka bukunya dia di atas meja sebelum berjalan ke arah pintu.

Ellen membesarkan matanya dengan bingung.

Setelah melamun beberapa detik di atas meja, Ellen berdiri dan mengikuti di belakang Hansen dengan penasaran.

Kemudian.

Pada saat baru tiba di pintu gerbang, Ellen melihat sebuah bayangan tubuh yang tinggi keluar dari sebuah mobil regar berwarna hitam.

Sementara orang ini bukan orang lain, dia adalah........ Bintang!

Pada saat detik melihat Bintang, Ellen memiliki perasaan mau menggila!

Kemudian Ellen teringat dengan gerakan Hansen masuk ke dalam rumah satu jam lalu, dia pasti menelpon Bintang tanpa memberi tahu Ellen!

Ellen tidak mengerti.

kakek buyut dia ini sedang menyatukan dia dan Bintang, atau sedang mencari cara untuk memberikan William kesempatan menghukumnya?!

Tetapi jelas, Hansen tidak menyadari penampilan Ellen yang 'pasrah' pada saat ini, ketika Bintang turun dari mobil, Hansen memasang gaya yang sangat senang dan menghampirinya, "Aiyo, Bintang, kenapa kamu datang?"

Ellen,"......" kakek buyut, apakah kamu bisa tidak berpura-pura?!

Bintang tertawa dan menatap ke Hansen dengan mata murninyaq yang polos, dia menghampiri Hansen dengan makanan-makanan herbal di tangannya, "Aku datang memberi salam tahun baru kepada kakek buyut, semoga kamu panjang umur, sehat dan bahagia selalu"

"Anak ini memang baik. Cepat, masuk ke dalam" Hansen melayani Bintang dengan senang, senang sampai Hansen tidak terlihat ....... seperti dirinya.

"kakek buyut, kamu dulu" Bintang berkata dengan sopan.

Hansen menatap ke Bintang dengan ekspresi puas, melihat Ellen berdiri di dekat pintu dalam, Hansen menyipitkan matanya dengan senyuman sambil berkata, "Ellen, buat apa masih berdiri di sini? Ada tamu datang ke rumah kita, kenapa tidak mengucapkan selamat datang?"

Apakah Ellen bisa menolak?

Jawabannya adalah, tidak boleh!

Alasan Bintang datang ke sini adalh mengucapkan salam tahun baru kepada kakek buyut Ellen, Bintang tidak berkata dirinya datang menemui Ellen, dari mana Ellen memiliki alasan untuk mengusirnya?

Meskipun merasa tidak tahu harus bagaimana, Ellen tetap menghampiri Bintang dan berkata, "Berikan kepadaku saja"

Bintang menatap ke Ellen dengan tatapan terang, "Tidak perlu, biar aku yang mengambil saja"

"........Ambil ke dalam rumah saja" Ellen berkata.

"Baik" Bintang berjalan ke arah pintu masuk dengan senyuman besar setelah melihat ke Ellen.

Melihat bayangan belakang Bintang yang tampan dan tinggi, ekspresi Ellen terlihat kacau.

"Ellen, nanti kakek buyut mau pergi ke ruang baca, kakek buyut tidak akan menganggu kamu dan Bintang" Hansen tiba-tiba berbisik kepada Ellen dengan wajah 'pengertian'

"kakek buyut.........."

"Ellen, kamu tidak perlu berkata apa pun, kakek buyut mengerti semuanya"

Sambil berkata, Hansen bahkan memberikan sebuah tatapan masrah kepada Ellen.

Ellen, ".........."

"kakek buyut, Ellen"

Pada saat Ellen masih ingin berkata, Bintang sudah masuk ke dalam rumah.

Ellen memejamkan matanya, perasaan gelap menutupi hatinya.

Ellen merasa, setelah Bintang pulang nanti, dirinya harus menjelaskan hubungan mereka kepada Hansen.

Untungnya William berangkat keluar kota hari ini, kalau William berada di dalam rumah dan melihat Ellen bersama Bintang lagi, Ellen tidak berani berpikir masalah menakutkan apa yang akan terjadi.

Sementara itu, Ellen merasa kalau dia tidak menjelaskan kepada Hansen, masalah seperti hari ini pasti akan sering terjadi lagi.

Kalau begitu terus, Bintang pasti akan semakin salah paham, bahkan bisa jadi nanti masalah ini tidak akan jelas lagi walaupun Ellen mau menjelaskannya.

Hansen menatap ke Bintang dengan senyuman kemudian melihat ke Ellen dan mengeluarkan sebuah batuk kecil, "Bintang, kakek buyut merasa agak capek, mau pergi istirahat dulu, kamu tidak apa-apa kan?"

"Tidak, kesehatan kakek buyut tentu saja lebih penting" Bintang menjawab.

Hansen mengangguk, "Nanti siang jangan pergi dulu ya, makan siang bersama dulu kita"

Bintang melihat ke Ellen, wajahnya yang tampan terlihat agak merah, "Baik"

"Kalau begitu kakek buyut pergi istirahat dulu" Hansen berkata.

"Iya" Bintang berkata.

Sebelum pergi, Hansen melihat ke Ellen lagi dengan tatapan yang seolah-olah sedang meminta Ellen jangan membuat usaha Hansen menjadi sia-sia.

Sudut mulut Ellen bergetar.

Setelah itu Hansen sungguh meninggalkan tempat.

Setelah Hansen pergi, di dalam taman hanya sisa Ellen dan Bintang berdua.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu