Hanya Kamu Hidupku - Bab 131 Terima Kasih Paman Ketiga

Sementara bagian belakang tubuh William pun mulai gemetaran.

Kedua mata William pun mulai menyipit dan merasakan sentuhan bibir Ellen di bibirnya.

Setelah mencium beberapa saat, Ellen baru melepaskan William, melihat bibir William yang basah, Ellen tetap merasa agak malu, tetapi tidak bisa berbanding dengan kebahagiaan yang dirasakan Ellen pada saat ini.

Akhirnya Ellen bisa mengikuti ujian nasional, usaha dia selama ini juga tidak akan menjadi sia-sia.

Satu tangan William memegang tubuh Ellen agar tidak jatuh, satu tangannya lagi mengelus sudut mata Ellen yang basah, "Lain kali tidak boleh begitu buru-buru lagi, jangan lupa kamu hamil sekarang"

Ellen mengangguk dan menyandar dahinya di atas dahi William kemudian menjawab dengan suara lembut, "Terima kasih paman ketiga"

William mengangkat alisnya, "Iya, kalau aku masih tidak menuruti permintaan kamu, aku tidak tahu kami masih mau bermain berapa drama kecil bersamaku"

".........." Wajah Ellen menjadi hangat, dia mengembangkan mulutnya, "Aku, aku mana ada bermain drama kecil?"

"Tidak ada?" William memarahinya.

Ellen menunjukkan lidahnya kepada William, kemudian memeluk leher William tanpa berbicara.

Bermain drama kecil?

Ellen mengaku ada untuk sebagian kecil.

Melihat sikap William yang keras kepala tidak setuju Ellen mengikuti ujian nasional karena hamil, Ellen merasa dirinya tidak boleh diam saja dan tidak melakukan apa pun langsung menuruti kata-katanya.

Meskipun William adalah orang penting di kehidupan Ellen, anak mereka juga penting, tetapi Ellen juga merasa, kehidupan dirinya juga penting.

Lagian, kondisi sekarang belum tiba di tingkat harus memilih satu dan melepaskan satu.

Kalau bisa menjaga tiga pihak pada waktu bersamaan, mengapa tidak mengambil keputusan yang mereka berdua bisa terima?

Jadi, Ellen memilih untuk tidak berantem dan mengeluh dengan William, tetapi dia juga sedang menggunakan caranya sendiri agar William bisa menyadari dirinya tidak bahagia sekarang sehingga William bisa berpikir kembali.

Ellen percaya William peduli kepadanya, jadi William tidak akan tetap mempertahankan keputusannya tanpa berpikir di posisi Ellen setelah menyadari Ellen tidak bahagia.

Dan fakta juga sesuai dengan pemikiran Ellen.

Keputusan William akhirnya setuju Ellen mengikuti ujian nasional adalah contoh terbaik.

Jangan berkata cara yang Ellen gunakan itu baik atau tidak, pintar atau tidak.

Asal cara Ellen bisa membuat William menyadari Ellen bukanlah robot yang tidak memiliki perasaan dan pemikiran sendiri, Ellen bukan robot yang hanya menuruti perintah William, Ellen adalah orang yang bisa berpikir dan berusaha untuk mencapai hal-hal yang dia inginkan.

William adalah orang bisnis yang kuat dan kejam di dunia bisnis, dia sudah terbiasa menjadi pemimpin yang memberikan perintah dan berdiri di puncak paling tinggi, personalitas William juga termasuk setia, kuat dan keras kepala.

Jadi asal William sudah membuat keputusan, dia akan segera menjalaninya, asal William merasa hal itu benar, kamu harus menurutinya.

Bersama dengan orang seperti ini, kamu hanya memiliki 2 pilihan. Antara menjadi patung yang menuruti segala perintahnya, atau mengerakkan otakmu untuk 'berperang' dengannya, mencari cara untuk membuat William bisa berdiri di posisi kamu dan berpikir pada saat dia bersikap tinggi hati dan keras kepala.

Kalau kamu tidak bisa menjadi satu antara kedua jenis orang itu, berada di pertengahan, kebersamaan kalian akan menjadi sangat capek, bisa berjalan sampai akhir atau tidak juga masih merupakan sebuah keraguan.

Sementara Ellen jelas adalah manusia jenis kedua.

Di kesan William, Ellen adalah 'pahlawan luar biasa' yang bisa bersikap keras kepala dan bisa menurut, di saat harus bersikap lembut, Ellen tidak akan menolak, di saat harus berusaha dan mencapai tujuan Ellen juga tidak akan bersikap lemah, Ellen bisa bersikap imut, dia juga bisa menahan segala rasa pedas.

"Nanti aku meminta paman Xu kamu untuk menghubungi guru yang mengajar kamu kemarin untuk datang ke rumah membantu pelatihan kamu mulai besok"

William melepaskan Ellen dan berjalan kembali sambil memegang tangannya.

"Iya" Ellen mengangguk.

Ellen tentu saja mengerti, William sudah setuju Ellen mengikuti ujian nasional, tentu saja Elen tidak akan William mengizinkan dia pergi sekolah.

Jadi Ellen pun setuju tanpa meragu pada saat William berkata mau mencari guru datang ke rumah membantu pembelajaran Ellen.

"Kamu sekarang sedang berada di masa awal hamil, tidak boleh belajar seperti dulu lagi, harus perhatikan waktu istirahat. Nanti aku akan membuat sebuah jadwal istirahat untuk kamu, kamu menjalani latihan sesuai dengan jadwal, kalau tidak aku akan menarik kembali keputusan mengizinkan kamu mengikuti ujian nasional" William berkata dengan nada suara tegas.

"Baik" Ellen langsung mengulurkan tiga jari dan berjanji kepada William.

William menjilat bibirnya dan tidak berkata lagi setelah menatap ke Ellen.

..........

Keputusan Ellen akan mengikuti ujian nasional sudah sah, William pun mengatur semuanya dengan baik untuk Ellen.

Ellen hanya perlu mengerjakan soal latihan sesuai dengan jadwal yang diberikan William sama mempertahankan suasana hati yang bagus untuk menjaga kandungan.

Tidak perlu merisau apa pun, semuanya akan diatur, Ellen tentu saja tidak memiliki pendapat lain.

Ellen dan William tidak memberi tahu masalah hamil kepada Darmi.

Jadi Darmi merasa sangat aneh dan terkejut pada sat mengetahui Ellen tiba-tiba tidak pergi ke sekolah dan mengerjakan latihan di rumah, tetapi karena mengetahui identitas dirinya, Darmi tetap mempertahankan sopan santun dan tidak bertanya apa pun.

Suatu hari, Ellen dan gurunya pergi ke ruang baca William untuk mengerjakan soal latihan.

William pun memasuki ruangan pada saat Darmi sedang memberes alat makan di ruang makan.

Melihat kedatangan William, Darmi merasa agak terkejut, gerakan memberesnya pun berhenti, "Tuan, apakah ada yang bisa saya bantu?"

William memberikan Darmi selembar kertas A4 yang dia pegang, "bibi Darmi, ini adalah menu yang aku meminta ahli gizi untuk buat, mulai dari sekarang, kamu siapin makan pagi, siang dan malam sesuai dengan menu ini"

Wajah Darmi muncul ekspresi tidak mengerti, dia mengambil kertas yang diberikan oleh William.

Darmi merasa sangat aneh, sejak kapan William merisau masalah kecil seperti menu makanan?

William tidak menjelaskan banyak, melihat Darmi sudah mengambil kertas, dia langsung berputar balik badannya meninggalkan ruang makan.

Melihat William sudah keluar, Darmi baru mulai membaca kertas tersebut.

Setelah melihat judul besar yang tertera di atas, mata Darmi langsung membesar, bola matanya bahkan hampir jatuh.

Judulnya adalah........... Menu untuk ibu hamil!

Apakah Darmi mengalami penampakan hantu? Atau matanya sudah rusak?

Darmi mengosok matanya dengan kuat sebelum membaca kertas itu lagi.

Judul yang tertera tetap sama!

Jadi....

Darmi menarik nafas dingin.

nona muda sudah hamil?!

Tuhan!

Darmi terus menarik nafas, tangannya yang memegang kertas pun terus mengerat.

Bisa dilihat, berita ini sangat mengejutkan untuk Darmi!

........................

Jadwal belajar Ellen yang ditetapkan oleh William adalah jam 9 pagi sampai jam 12 siang, kemudian jam 2.30 siang sampai jam 5 sore, setelah jam 5 adalah waktu istirahat.

Kemudian setiap sabtu minggu adalah waktu istirahat, tidak belajar.

Untungnya Ellen mengambil bidang IPA bukan IPS, jadi dia tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menghafal latar belakang.

Ditambah Ellen biasanya sangat rajin mengerjakan soal latihan, pengetahuan dia di setiap mata pelajaran sangat luas dan tepat, sehingga proses pembelajaran di rumah pun termasuk sangat lancar.

Hari sabtu, William membawa Ellen ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kandungan.

Sebenarnya, waktu pergi Ellen juga tidak mengerti apa-apa, dia bahkan tidak tahu orang hamil harus melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin.

Setelah tiba di rumah sakit, Ellen baru tahu tujuannya datang ke rumah sakit setelah dokter wanita membawa dia pergi melakukan pemeriksaan.

Setelah pemeriksaan, dokter wanita memberi tahu William dan Ellen bahwa bayi sangat sehat, dokter juga memberi tahu Ellen harus mempertahankan suasana hati yang bagus, memperhatikan gizi makanan dan olahraga yang cukup.

Ellen pun menngingatnya satu per satu.

Kemudian Willian dan Ellen pun meninggalkan ruang dokter dan pulang ke rumah.

Tidak menyangka Ellen bertemu dengan Venus dan Vima di lantai kehamilan.

Karena sudah ketemu, Ellen tidak bisa pura-pura tidak melihat dan pergi begitu saja.

Ellen mengedipkan matanya dan berkata kepada William, "Paman ketiga, aku pergi beri salam sebentar, kamu tunggu aku ya"

William melihat ke arah Vima, kedinginan di dalam matanya pun sepertinya menjadi agak mendalam, kemudian William melihat kembali ke Ellen dengan tatapan lembut, "Iya"

Ellen memberikan tas dan hasil pemeriksaan kandungan yang dia pegang kepada William, William juga mengambilnya tanpa ragu.

Setelah menunjukkan lidahnya kepada William, Ellen baru berjalan ke arah Vima dan Venus Rinoa.

"Ellen, kamu kenapa datang ke rumah sakit? Tidak enak badan ya?"

Vima langsung bertanya dengan gugup sambil memegang tangan Ellen setelah Ellen menghampirinya.

Vima menunjukkan kepeduliannnya terhadap Ellen tanpa sembunyi.

Tidak hanya Ellen, Venus yang berdiri di samping Vima Wen saja memasang ekspresi tidak percaya.

"........... bibi Wen, aku hanya mengalami masalah kecil di bidang menstruasi, tidak apa-apa. Kalau anda? Apakah anda tidak enak badan?" Ellen bertanya.

"Masalah ini bukan masalah kecil, kamu tidak boleh bersikap ceroboh. Aku mengenal seorang ahli herbal, nanti aku meminta dia untuk membuka satu resep untuk kamu, kamu meminta pembantu rumahmu untuk memasak herbal sesuai resep setiap hari" Vima tidak mau melepaskan tangan Ellen dan berkata dengan ekspresi merisau.

Alis Venus mengerut.

Ellen merasa tidak terbiasa dengan kepedulian dan perhatian Vima kepadanya.

Ellen menjilat bibirnya dan menjawab, "Tidak perlu merepotkan bibi Wen, sebenarnya tidak parah kok, hanya perlu aku bersikap agak perhatian saja"

"Begitu saja, nanti aku pergi mencari ahli herbal itu dan meminta resep kepadanya, setelah itu aku baru menelpon aku, lihat kamu mau datang ambil.... atau aku mengantar ke sekolah pada saat jam sekolah" Seolah-olah tidak mendengar kata-kata Ellen, Vima berkata lagi setelah diam sejenak.

Ellen, "..............."

"ma, apakah anda baik-baik saja?" Venus menatap ke Vima dengan tatapan aneh.

Vima melamun sejenak sebelum menoleh ke Venus .

Pada saat melihat ekspresi tidak mengerti dan bingung di wajah Venus , tatapan Vima menjadi semakin dalam, kerisauan di wajahnya pun menghilang secara perlahan dan kembali ke normal.

Vima mengedipkan matanya dan menarik nafas dalam secara diam-diam sebelum menoleh ke wajah Ellen yang terlihat seperti tidak tahu harus melakukan apa, jantung Vima mengerat dan tidak tahu harus berkata apa.

"Ellen"

Pada saat itu, suara William berdering dari belakang.

Ellen menoleh ke William yang di belakang sebelum berkata kepada Vima, "bibi Wen, pamanku sedang menunggu aku, aku pergi dulu ya, sampai jumpa"

Tatapan Vima memancarkan tidak tega, dia melihat ke William yang berdiri di jarak tidak jauh dari mereka sebelum mengangguk kepada Ellen, "Sampai jumpa"

Ellen menatap ke waja Vima selama 2 detik sebelum berputar balik badannya dan berlari ke William.

"Agak lambat!"

Melihat Ellen berlari, alis William pun langsung mengerut.

Ellen pun langsung memperlambat langkahnya.

Setelah Ellen berjalan dekat, William pun mengulurkan tangan mau memegang tangan Ellen.

Tetapi Ellen menghindarnya, dia mengangkat tangannya dan memegang lengan William.

Tatapan William menjadi agak mendalam, dia menatap ke Ellen dengan tatapan tidak mengerti.

Ellen memasang ekspresi kasihan seolah-olah sedang meminta William untuk mengertinya.

Karena Vima dan Venus masih berada di belakang mereka, kalau mereka saling pegang tangan, kedua orang itu pasti akan merasa ragu.

Meskipun gerakan Ellen memegang lengan William juga terlihat masrah, tetapi paling tidak mereka tidak akan meragukannya.

William menjilat bibirnya, tatapan dinginnya menjadi semakin mendalam.

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu