Hanya Kamu Hidupku - Bab 576 Melakukan Segalanya Agar Kamu Bahagia

Posisi jantung Pani berdegup kencang, setelahnya tangannya memeluk pinggangnya yang kurus dan kuat, wajahnya menempel pada letak jantung yang berdegup kencang, dengan pelan berkata dan tertawa, "Awalnya aku sudah datang ke rumah sakit daritadi, tapi saat pergi ke rumah sakit mencarimu, bertemu dengan seseorang......yang dekat, dia mengajakku mengobrol, aku pun pergi. Apakah sudah membuatmu khawatir?"

Sumi menarik kembali tangan panjangnya, "Mendapatkan teleponmu, sedang berpikir maksud kamu bertanya padaku di rumah sakit mana, hanya saja tidak menyangka kamu akan datang. Saat Ellen menelepon bertanya keadaan penyakit ibuku memberitahuku tentang kamu datang ke rumah sakit. Mengatakan kalau Suno yang mengantarkanmu ke rumah sakit sudah kembali ke vila. Apakah kamu tau waktu itu aku seberapa khawatir?"

"Ehn." Pani menjawab dengan menurut, "Aku yang ceroboh, harusnya aku memberitahumu aku sudah datang ke rumah sakit."

Wajah Sumi berputar ke arah telinga Pani, bibirnya menyentuh telinga Pani, dengan berat dan serak berkata, "Aku mengira kamu sudah lari!"

Lalu hati Pani bergetar, memeluk erat pinggang Sumi, "Aku lari kemana? Kalau bukan kamu, aku si ibu hamil ini mau naik pesawat saja sulit."

Sumi mengerutkan keningnya, melepaskan Pani, pupilnya yang dalam menatapnya.

Tangan Pani memegang dagunya, tatapannya yang berani melihat Sumi, "Aku sudah memutuskan."

"........Apa?" Tenggorokan Sumi tercekat, dengan dalam dan penasaran melihatnya dan berkata.

"Jujur denganmu!" Ucap Pani.

Perasaan Sumi tidak tenang, ada perasaan yang tidak bisa dijelaskan melekat di hatinya, kedua telapak yang terletak di pinggang Pani sedikit melekat, tatapan panik melihat Pani, "Jujur apa?"

Pani mengangkat dagunya, tatapannya yang bertemu dengan Sumi sedikit galak dan berani, dia berkata, "Aku harus mengakui kepadamu, 4 tahun ini, aku tidak pernah sedetikpun, berhenti mencintaimu!:

Sumi membesarkan matanya, hatinya bergetar hebat, "Apa yang kamu katakan?"

Wajah Pani sudah memerah, tapi tatapan yang melihat Sumi malah bersinar ketekunan yang bisa membakar orang, "Sumi, sejauh ini, kamu tetap, pria yang satu-satunya pernah aku cintai dan masih aku cintai!"

"Pani..........."

Sumi senang sekali sampai mengangkat wajah Pani, menundukkan kepalanya mencium Pani.

Tapi saat dia menyentuh bibir Pani, Pani malah menolehkan wajahnya.

Sumi melihatnya dengan kosong, kedua pupilnya membara, sebuah hati, juga dipenuh dengan keyakinan.

Kedua mata Pani yang jernih terlintas malu-malu, menggigit bibirnya, menatapnya dengan arogan, "Aku masih belum selesai berbicara."

Sumi menarik nafas dalam, kedua tangan hangat mencubit wajah kecil Pani, dengan serak berkata, "Kamu katakan, aku dengar."

Bulu mata Pani berkedip beberapa kali, dengan pelan berkata, "Aku jujur padamu tentang pertemananku padamu, karena aku tidak bisa membantah, tidak bisa membohongi diriku. Disaat yang sama, aku juga ingin sekali lagi mempertaruhkan keberanian dan harga diriku. Kalau nantinya masih tetap aku yang kalah, maka meskipun aku harus mengeluarkan hatiku, juga harus menghapusmu dari hatiku. Kalau menang, maka itu keberuntunganku."

"Aku tidak akan membuatmu kalah, Pani, aku tidak akan! Aku akan membuktikan kepadamu, kamu benar!" Sumi berkata pelan dengan nafas tersenggal.

Kedua mata Pani bersinar melihat Sumi, tersenyum lebar kepada Sumi, "Tapi paman Sumi, aku juga harus jujur kepadamu, kejadian 4 tahun yang lalu dan juga semua kejadian di club Bintang malam itu, ini adalah ikatan di hatiku, mereka pernah menyiksaku sampai mau mati! Jadi ini semua, di dalam hatiku tidak begitu mudah langsung berlalu! Aku sekarang masih tidak bisa melepaskannya. Aku butuh waktu."

"Aku paham, mengerti!" Sumi mendekatkan tangannya pada wajah Pani, lalu memegang leher belakangnya, menundukkan kepala dan hidung ke arahnya, dengan serak berkata.

Pani menatap Sumi senang juga menekan penderitaan di kedua matanya, kedua matanya hangat, "Paman Sumi, aku berharap kamu mengerti, kali ini, aku sungguh mempertaruhkan segalaku......Siapa suruh aku, tidak bisa melupakanmu!"

Bukankah cinta adalah gairah, bencana kecil dan kecerobohan?

Kalau selalu begitu bijaksana, melihat depan belakang, takut ini itu, apakah kamu berani bilang itu adalah cinta?

"Pani, aku menggunakan nyawaku berjanji padamu, aku akan melakukan semuanya untuk membuatmu bahagia, selamanya tidak akan mengkhianatimu!" Setelah suara serak Sumi selesai mengatakannya, dengan cepat melumat bibir Pani dengan bibirnya.

Tenggorokan Pani tersendat, memeluknya dengan kuat, memejamkan kedua matanya, membuka mulut dan membalas dan gairah.

Dua orang ini berdiri di tengah jalan, berpelukan dan berciuman dengan dalam, bunga, rerumputan, pohon disekitar, pejalan kaki yang lewat, seperti sudah tidak ada.

Sekarang, di dalam hati mereka, hanya ada satu sama lain saja!

..........

Setelah selesai berciuman.

Sumi tetap tidak tega melepaskan Pani, menggenggam sebuah tangan Pani tidak berhenti mengecupnya, mata yang melihat Pani, berbagai kelekatan, berbagai kelembutan.

Wajah Pani merah sampai urat lehernya, menggigit bibirnya yang merah dan bengkak, menginjak pelan Sumi menggunakan kakinya, "Ayo jalan!'

Ciuman juga sudah pernah.

Pani tidak lupa mereka sekarang masih di jalan raya dan juga dia sedang membawa perut besarnya, dipikir-pikir juga sangat memabukkan!

"Pergi kemana?" Tanya Sumi dengan lembut.

Pani dengan malu menjawab, "Apanya pergi kemana, tentunya pergi ke rumah sakit melihat bibi!"

Sumi melihatnya dengan lembut, "Tapi sekarang aku tidak ingin membiarkanmu pergi."

"..........." Pani terdiam, wajah kecilnya yang merah merona menjadi kaku lagi, melihat Sumi, "Kenapa?"

Sumi peka akan keadaan, lalu menghela nafas pelan di dalam hati, lalu mengelus kepala Pani dan memeluknya lagi, mengecup kepalanya dan berkata, "Sekarang aku hanya ingin bersamamu."

Masih mengira apa lagi?

Pani membuang nafas, mencubit pinggangnya, "Aku mengira kamu tidak mengizinkanku pergi melihat bibi, karena merasa hubungan kita berdua masih tidak pantas pergi melihat bibi!"

"Kamu berpikiran terlalu jauh." Sumi tersenyum, memeluk pinggang Pani dan memutarkan badan, berjalan menuju rumah sakit, "Hari ini baru lepas landas, aku ingin membawamu pulang, tapi......kamu sudah menolakku."

Daun telinga Pani memerah, menundukkan kepala dan tidak bersuara.

Sumi menundukkan kepala berbisik di telinga Pani, "Tidak perlu merasa ada apa, aku bisa mengerti pilihanmu waktu itu sepenuhnya, makanya aku tidak memaksamu pulang bersamaku."

Pani meliriknya, dengan pelan berkata, "Aku juga tidak merasa ada apa."

Sumi terdiam, lalu menggertakkan gigirnya, pura-pura galak melototi Pani.

Pani mengerutkan hidungnya, dengan cepat membuat wajah aneh yang menantang kepada Sumi.

Sumi melihat, jantungnya sungguh terendam di dalam air gula madu, lembut, gurih dan manis.

Gadis ini mau bermain dengannya seperti ini, bagus sekali!

Sebelum berjalan ke rumah sakit, tempat Sumi memarkirkan mobil.

Pani melihat arah ke rumah sakit, dengan ragu melihat Sumi membuka pintu kursi penumpang dan melihatnya, "Paman Sumi, sepertinya pergi seperti ini saja tidak terlalu baik bukan? Aku sudah sampai sini, seharusnya aku masuk melihat bibi baru benar."

Kedua mata Sumi menyipit, mengulurkan tangan menahan pergelangan Pani, lalu menariknya ke hadapan Sumi, menatap Pani dengan lembut, "Saat aku keluar mencarimu, ibuku kebetulan sudah tidur. Tunggu ibuku sudah bangun, aku baru bawa kamu ke rumah sakit melihatnya lagi, ehn?"

Mendengar Sumi bilang kalau Siera sudah tertidur, Pani juga tidak curiga, bagaimana juga Siera adalah pasien, butuh banyak istirahat.

Oleh karena itu, Pani pun masuk ke dalam mobil.

Sumi membungkukkan badannya memasangkan sabuk pengaman untuk Pani, lalu menutup pintu mobil dengan pelan, saat memutar tubuh berjalan ke kursi pengemudi, sebuah siluet dingin dengan cepat melintas di matanya.

...........

Sumi mengantarkan Pani meninggalkan rumah sakit Yihe tidak sampai 5 menit.

Siera, Samoa, Sumail dan Lira muncul di tangga menuju lobi rumah sakit.

Wajah Siera tampak tertekan dan dipapah oleh Samoa.

Sumail dan Lira berjalan di sebelah tubuh Siera dan Samoa, mereka saling menatap dan tetap diam.

"......Anak seperti apa yang aku lahirkan, jelas-jelas kredito! Kreditor yang mencariku meminta utang!"

Siera terus menahannya, sungguh tidak bisa menahannya lagi, menghempaskan tangan Samoa, menginjak kaki dan berkata.

Samoa, "......."

Sumail dan Lira yang mengetahui rahasianya, menatap Siera dalam diam.

"Membuatku marah saja, sungguh membuatku marah!" Ucap Siera mengulang.

"........Siera, kamu yang tenang." Ucap Samoa dengan lemah,

"Aku tidak bisa tenang! Dia adalah anakku, kenapa tidak bisa mendengar perkataanku? Apakah aku akan mencelakainya?" Siera meremas kepalan tangannya berkata dengan tidak adil.

Samoa menarik sudut bibirnya, melihat Sumail dan Lira.

Sumail menaikkan alisnya, menunduk melihat Lira di sebelahnya.

Lira sudah berkeringatan, menunjuk jarinya, berjalan ke sebelah Siera, merangkul lengannya, berkata, "Bu, lihatlah perkataanmu ini, kami semua tau kamu demi kebaikan Sumi, Sumi sendiri juga tau. Hanya saja bu, aku harus mengatakannya, ketrampilan akting ibu ini terlalu bagus, bahkan aku dan Sumail pun tertipu, mengira ibu benar-benar sakit parah!"

Sumail mengangguk.

Pagi ini dipanggil pulang oleh Samoa, wajah Siera pucat berbaring di atas tempat tidur, nafasnya kadang ada kadang tidak ada, meskipun suhu tubuh termasuk normal, tapi melihatnya juga sangat mengejutkan.

Lalu setelahnya dokter keluarga datang memeriksanya, juga mengatakan sakit Siera sangat parah dan juga menakuti begitu banyak.

Bagaimana juga ibu sendiri. Juga tidak pernah pura-pura sakit!

Sumail mana berani ceroboh, lebih baik melakukan apa yang ibunya suruh!

Sekarang dilihat.

Sepertinya tadi dokter keluarga sudah bersekongkol dengan Siera!

Wajah Siera memerah, juga malu sekali!

Sebenarnya dia dulu juga merasa sebagai orang tua pura-pura sakit untuk menculik anak-anaknya ataupun alasan lain, kekanak-kanakan sekali!

Juga pernah bersumpah diam-diam, seumur hidup ini tidak akan melakukannya!

Siapa menyangka.......dirinya juga bisa sampai tahap hari ini! Benar-benar kejadian di dunia sulit ditebak.

Lira melihat wajah Siera yang memerah, tertawa diam-diam, dengan serius berkata, "Bu, demikian Sumi dengan panik dari kota Yu pulang melihatmu, mengantarmu sampai ke rumah sakit, hasilnya setelah penyelidikan, rupanya kamu sama sekali tidak kenapa-kenapa, lalu Sumi akan berpikiran seperti apa? Harus diketahui di dalam hati Sumi dan Sumail, kamu adalah ibu yang paling logika dan terbuka, seperti kakak dan adik. Sekarang malah karena ibu berbuat seperti ini, saat itu hati Sumi sepertinya sudah dingin, kecewa!"

"Kamu jangan berkata yang tidak-tidak!"

Siera marah sekali sampai memukul kepala Lira.

Sumail melihatnya, langsung kesana, sebelum tangan Siera turun, langsung memeluk Lira ke samping, dengan tersenyum melerai, "Bu, ampun, ampun!"

Siera melototi Sumail dan Lira, dengan serius berkata, "Dia berhati dingin, kecewa? Juga tidak memikirkan atas dasar apa? Apakah dia ada alasan untuk kecewa padaku? Apakah kalian mengira aku mau seperti ini? Aku tidak ingin menjadi keren! Keadaan Sumi sejauh ini aku kalau tidak mencari cara menyuruhnya pulang ke kota Tong, apakah mau membiarkannya terus tinggal di kota Yu, berhubungan terus dengan Pani?"

"Kalian harus mengerti poin pentingnya! Pani sekarang bukan lajang, dia hamil anak pria lain! Aku sebagai ibu, penyakit jantungku sudah mau muncul, kalian ini malah jujur sekali, masih bisa merelai disini! Kalian ini sebenarnya papa kandung, kakak dan kakak ipar Sumi bukan?!"

Samoa bertiga yang dimarahi dengan galak, ".........."

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu