Hanya Kamu Hidupku - Bab 622 Ku Tak Bisa Meninggalkan Mu

Kata Pani "Saya benci" tersebut!

Begitu menusuk hati orang-orang!

Orang yang berada ditempat semua tercengang, semua berpaling melihat Pani.

Wajah Pani yang dipenuhi dengan kebencian sangat dalam, namun alisnya yang mengerut secara tak langsung mengungkapkan kerapuhan yang disembunyikan oleh dirinya.

Setiap kali mengungkit Tinaya dan Yumari, selalu akan memunculkan rasa kerapuhannya itu.

" Sandy, jika kamu masih waras, saya sarankan, sebaiknya kamu jangan mencari masalah denganku, terutama jangan lagi muncul dihadapanku. Karna saya takut saya tidak bisa menahan untuk memusnahkan semua yang kamu pedulikan!" Ujar Pani dengan jelas sambil melotot tajam kepada Sandy.

Raut muka Sandy berubah menjadi abu-abu, sepasang matanya sedikit gemetar seusai bertatapan dengan mata Pani yang penuh dengan kebencian dan kedinginan, dia hari ini benar-benar dibuat terkesiap oleh Pani !

Dia awalnya mengira, Pani akan memberinya muka, tidak akan berbicara begitu kejam dihadapan Samoa dan Siera.

Namun sungguh diluar dugaan, Pani berjumpa dengannya, sama sekali tidak mempertimbangan untuk memberi muka kepadanya.

"Ayah ibu, kita pergi saja!"

Pada akhirnya Troy tiba-tiba berdiri dari sofa, dengan muka dingin dan menghina dia melihat Pani, "Sekarang Pani sudah kaya, tentunya tidak akan menggangap kita orang miskin sebagai saudaranya! Memangnya kalian tidak sadar? Dia dulu dirumah mana berani seperti sekarang. Kenapa? Ya dikarenakan sekarang ada yang mendukungnya dibelakang, matanya sekarang sudah tinggi, tidak akan bisa melihat kita lagi."

Mendengar perkataan tersebut, Sumi yang dari tadi tidak bersuara, bibirnya yang tipis sekarang bergerak dengan perlahan, tanpa memandang Troy dia berkata, "Istri dari Sumi tentunya bisa sesuka hatinya mau bagaimana memandang orang-orang, siapa yang berani mengatakan dia tidak baik, saya tentu saja mempunyai cara agar orang-orang tersebut menutup mulutnya!"

Reta begitu mendengar pembicaraan dari Sumi, dia merasa tubuhnya menggigil, dengan spontan dia menarik tangannya Troy dan berkata, "Troy, kok kamu sembarangan berbicara? Cepat minta maaf dengan kakakmu!"

Wajah Troy cemberut, dia melotot kearah Pani, "Kalian ingin membaik-baikan dia adalah urusan dari kalian, bukan urusanku! Dimataku Pani adalah orang aneh, perempuan jalang!"

Wajah Sumi yang tampan dalam sejenak menghitam, kedinginan dari matanya seolah-olah bisa memusnahkan semuanya, dia menatap Troy dengan tatapan menusuk, sembari mengeluarkan suara yang meremang, "Sangat baik!"

Wajah Reta pucat dalam sekejap, dia tanpa berhenti menasehati Troy agar sudi meminta maaf dengan Pani.

Troy yang sekarang sama sekali tidak mau menurut, dia bahkan mengertakkan gigi melototi Pani, kalau bisa dia ingin menyerbu dan membunuh Pani.

Wajah Pani tidak berekspresi, yang dibenci oleh Troy adalah Pani menganggapnya tidak ada sama sekali merupakan penghinaan terhadap dirinya.

Troy meraung, tangannya menunjuk ke Pani, " Pani, saya kasih tahu kamu, jangan kamu kira kamu dibantu oleh keluarga Nulu, saya Troy akan takut padamu! Kamu tunggu saja, suatu hari nanti saya akan membalasnya!"

Pani menggerakkan bibirnya, "Hanya berdasarkan dirimu?"

"Dasar perempuan jala..."

Suara tamparan berbunyi

"Aaaaa..."

Troy belum selesai mengeluarkan kata-katanya, seluruh badannya terjatuh disofa. Benar, terjatuh gara-gara sebuah tamparan dimukanya!

Reta menutup mulutnya, dengan rasa sungguh tidak percaya melihat tangan yang belum sempat diturunkan oleh Sandy, lantas berteriak, "Apa yang kamu lakukan? Kamu sudah gila ya?"

"Brengsek!"

Sandy menyeret jauh Reta, lalu menarik kerah Troy sehingga bangkit kembali dari sofa, dua lagi tamparan keras diberikan kepadanya, "Pani adalah kakakmu, kamu berani-beraninya tidak sopan dengannya, saya akan membunuhmu!"

"Aaa... Sandy, kamu gila, kamu gila ya!"

Tamparan Sandy yang sangat kuat, tak butuh berapa lama, sudut bibirnya Troy keluar darah, wajahnya pun terlihat bengkak.

Reta benar-benar terkejut, dia menyerbu kedepan untuk menyeret Sandy.

"Dasar brengsek, Saya akan memukulmu sampai mati..."

"Huhuhu..."

Suara tangisan muncul karena ketakutan yang luar biasa.

Pani yang awalnya duduk disofa dengan acuh tak acuh, wajahnya sedikit berkedut setelah mendengar tangisan tersebut, dia memandang Suli yang duduk dibelakang sofa dengan raut muka bingung dan penuh rasa takut menatap Sandy, hati Pani yang dingin sedikit tersentuh.

"Suli, suli..."

Reta melihat putrinya yang menangis, segera dia menghampiri memeluk Suli, dia mengelus rambutnya dengan bermaksud ingin menenangkannya, "Suli jangan takut, jangan takut...."

"Huhuhu... Jangan pukul lagi, jangan pukul lagi. Kakak sudah berdarah, sudah berdarah." Suli melepaskan pelukan dari Reta, dia maju memeluk pahanya Sandy, memohon kepadanya dengan tersedu-sedu.

"Pergi menjauh!" Sandy ternyata mau menendang jauh Suli.

Pani menggenggam erat tangannya, matanya berapi-api.

Dimatanya Sandy apakah benar hanya bisa melihat uang saja?

Demi berakting didepannya, bahkan dia sama sekali tidak mempedulikan anak istrinya kah?!

Tutupan rapat dari bibir Pani hingga membentuk sebuah garis putih terentang.

Disaat dia ingin berdiri.

Samoa lebih cepat bangkit darinya.

Mata Pani berkedip ringan, dia memundurkan lagi badannya yang tadinya sudah maju ingin bangkit.

"Pak Wilman."

Suara Samoa pelan, stabil dan tidak terdengar ada emosi yang berlebihan.

Gerakan kaki Sandy yang ingin menendang Suli terhenti, satu tangannya lagi masih menarik kerah bajunya dari Troy, dia mengedipkan matanya, menghempuskan napas sembari menoleh ke arah Samoa.

"Ini sebenarnya adalah urusan rumah tangga pak Wilman, dan saya seharusnya tidak berhak untuk mencampurinya. Namun ini adalah rumah dari anak dan menantu saya, cucuku bahkan masih tidur dikamar bayinya. Suara yang bising ini saya takut akan mengganggu tidur nyenyak dari cucuku. Menurut saya, sebaiknya pak Wilman sekeluarga pulang dulu, sehabis itu kalian bisa menyelesaikannya dirumah saja, bagaimana?" Samoa menatap Sandy, suaranya lamban namun stabil, membawa pesona dalam memerintah.

Wajah Sandy benar-benar berkedut, dia dengan spontan bukan merespon Samoa, namun memandang ke Pani.

Pani melihat tangannya sendiri, tidak menghiraukan dia.

Sandy mengertakkan giginya dengan pelan, dan mengangguk kepalanya, "Hari ini benar-benar sungguh tidak enak dengan kalian. Sudah membikin lelucon didepan pak Samoa dan nyonya Nulu, nanti balik saya akan menasehati brengsek ini dengan baik dan benar!"

Samoa menyipitkan matanya.

Dengan segera, Sandy meninggalkan tempat tetap dengan posisi menyeret kerah bajunya Troy.

……

Kepergian sekeluarga Sandy membuat ruangan tamu menjadi hening.

Sumi, Siera dan Samoa berserentak memilih diam memandang Pani.

Meski Pani menunduk ke bawah, namun dia tetap bisa merasakan pendangan dari mereka, suatu pandangan prihatin yang namun tidak tahu bagaimana untuk menghibur menasehatinya.

Kedinginan dari darah Pani seakan-akan baru memudar.

Pani mengangkat kepalanya, dengan tenang melihat Siera dan Samoa, "Mama, papa, aku tadi menakutkan kah? Bagaimanapun, ini adalah wajahku yang sebenarnya."

Pani mengakhiri perkataannya dengan nada sedikit nakal.

Begitu mendengarnya.

Siera dan Samoa merasa sedikit lega.

"Apaan wajah yang asli wajah yang palsu, yang aku tau adalah menantu Nulu kami tidak boleh lemah sehingga bisa dibuly sama oleh orang lain! Gaya kamu yang tadi keren sekali, mama aja hampir tak tertahan mau bertepuk tangan untukmu!" Ungkap Siera dengan suara lembutnya.

Pani merapatkan mulutnya, ingin berkata namun akhirnya tidak jadi, dia hanya tersenyum kepada Siera.

Siera mengeluh dengan pelan, kasih sayangnya kepada Pani membuatnya merasa agak iba.

Kemudian.

Siera dan Samoa bersepakat naik ke atas, membiarkan Pani dan Sumi mempunyai ruang dan waktu untuk berduaan.

Selama "pertempuran" dengan Sandy tadi, tangannya Pani dari awal sampai akhir di genggam oleh Sumi, dia yang mengenggam erat akhirnya sedikit melepaskan.

Meski Pani merasa marah sakit hati dan bahkan benci, namun hatinya selalu merasa tenang.

Karena dia tahu, suaminya selalu berada disampingnya untuk menemaninya!

"Kalau kamu sedih, keluarkan saja tanggisanmu." Sumi memeluknya sambil mengatakan dengan suara beratnya.

Wajah Pani bersandar di dada sebelah kirinya, terdengar dengan jelas suara detak jantungnya, dan juga merasakan napas jernih dari suaminya. Pada saat yang sama, lengannya yang berotot memeluknya dengan kuat, suhu tubuhnya perlahan-lahan menghangatkan tubuhnya, adalah sebuah kehangatan yang tak terlukiskan.

Kalau seperti ini dia bagaimana bisa mengeluarkan tangisannya?

Pani sedikit menggerakkan bibirnya, "Aku tidak sedih, juga tidak ingin menangis. Karena orang yang terbaik sudah ada disampingku, buat apa aku peduliin orang-orang yang jahat yang tidak penting seperti mereka."

Sumi memeluknya dengan tambah erat, bibirnya yang hangat dan basah mencium keningnya, "Jangan memaksa."

Pani mengerutkan hidungnya, "Aku tidak memaksa, tapi aku punya prinsip! Aku tidak akan pernah menangis untuk orang-orang yang pernah menyakitiku, karena mereka tidak pantas!"

Sumi menahan napasnya, dia menunduk menatap keteguhan dari wajah Pani.

Pani mengangkat kepalanya, matanya yang jernih bagai tatapan mata bayi, "Yang bisa membuat ku menangis adalah orang-orang yang ku peduli! Sebaliknya aku akan ketawa terhadap orang-orang yang jahat padaku!

Jantung Sumi tiba-tiba berdetak dengan sangat kuat, dia menarik napas, mengangkat wajah mungilnya, dan menciumnya dengan sekuat tenaga. Gerbang giginya yang kebuka dalam sekejap, napasnya Sumi masuk tercurah bagai air dan api.

Mata Pani yang jernih memandang kerutnya alis Sumi, dia mengulurkan ujung jarinya yang putih, dengan perlahan-lahan meratakan kerutan dari aslinya, berbisik dengan suara kecil di bibirnya, "Paman Nulu, kamu adalah satu-satunya yang melanggar prinsipku, juga merupakan suatu keberadaan yang tidak bisa ku tinggalkan."

Sumi meraung, menekan bibirnya dengan tambah kuat. Hatinya, seluruh tubuhnya, dalam waktu yang bersamaan merasa sangat-sangat pedih.

Diwaktu melepaskannya, bibir Pani agak susah dirapatkan kembali, sepasang matanya yang bening terlihat sungguh seksi, dia terengah-rengah, lantas menatapnya.

Jakun Sumi bergeser, dengan sekuat tenaga dia kembali memeluk Pani, erat dan tambah erat.

Setelah menghembuskan napasnya, Pani pun kembali memeluk punggungnya, tangannya yang lembut dan putih dengan pelan menepuk punggungnya yang lebar, "Aku kira aku sudah berubah. Menjadi lemah, menjadi tidak ada prinsip dan berpedoman. Karena aku mencintaimu, jadi aku berubah."

"Tapi aku sekarang baru sadar, aku masih aku yang dulu, yang beda hanya ketika waktu menghadapimu saja. Karena kamu sangat-sangat penting dihatiku, kerena aku sangat memerlukan dirimu, karena cinta itu buta."

"Ada kalanya aku bahkan sangat benci sama diriku sendiri, aku meremehkan diriku, karena ku sadar aku begitu lemah tak berdaya. Tapi mulai dari hari ini aku akan berubah. Karena, dirimu."

Sumi seolah-olah ingin menyatukan antara mereka berdua, karena lengannya terlalu erat yang memeluk Pani, sehingga bajunya tampak menonjol karena kekuatan ototnya, dan bahkan kelihatannya sudah hampir mau sobek.

" Sumi, aku sepertinya, benar-benar tidak bisa melepas darimu." Pani memutarkan badannya dengan pelan, berkata dengan pelan sambil menghempuskan napasnya.

Jantung kali ini benar-benar berdetak dengan sekuat tenaga.

Sumi lekas menggendong Pani, dan bergegas menuju kamar mereka yang berada dilantai 2.

Sumi benar-benar tidak menyangka, dia tidak pernah berpikir, kedatangan sekeluarga Sandy, membuatnya mendengar pernyataan cinta yang begitu indah dari istrinya!

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu