Hanya Kamu Hidupku - Bab 170 Kesabaranku Ada Batasnya

Ellen yang berlutut di depan pintu, melihat bayangan Hansen yang dingin, giginya menggigit bibir bawahnya, sakit seperti disayat oleh sebuah pisau tajam yang besar.

Setelah Lina selesai menyiapkan sarapan, keluar untuk memanggil Ellen, tidak menyangka melihat Ellen yang sedang berlutut di depan pintu.

Lina terkejut, dengan cepat berjalan, sampai ke sisi Ellen, mengulurkan tangan untuk memapah bahunya Ellen, "Nona Muda, kamu ini sedang apa? Cepat bangun. "

Ellen menggigit bibirnya, dalam papahan Lina lalu berdiri.

"Nona Muda…"

Lina menghembuskan nafas, seperti ingin menghibur Ellen beberapa kata, tetapi membuka mulut, juga tidak berkata apa-apa.

Ellen menundukkan bulu mata panjangnya yang panjang, melangkah memasuki ruangan.

Lina memapahnya.

Memasukki ruangan utama.

Ellen melihat sekilas ruang tamu, hanya melihat Gerald dan Vania duduk berbarisan di atas sofa, tidak melihat Hansen.

Tenggorokkan Ellen yang pahit, mengangkat mata melihat sekilas ruangan membaca Hansen, lalu menurunkan mata berjalan ke ruang makan.

Sampai di ruang makan, Ellen duduk di samping meja makan.

Lina dari panci bubur mengambil semangkok bubur dan memberikannya kepada Ellen.

Ellen menerimanya dengan diam, menaruh di depannya, lalu mengambil sendok perak yang diletakkan di samping piring.

Lina berdiri di samping Ellen melihatnya sebentar, lalu menghela nafas dan pergi meninggalkan ruang makan.

Dan ketika Lina baru keluar dari ruang makan, sudut matanya melihat di ruang tamu Vania yang berdiri dari sofa dan melambaikan tangan padanya.

Lina terdiam, lalu berjalan ke arah sofa di ruang tamu.

Vania juga berjalan dari sofa, berjalan ke arah Lina.

Dua orang berjalan berdekatan, Vania memberhentikan langkahnya, memiringkan kepala melihat ke ruang makan, merendahkan suara dan berkata, "Ellen sudah makan? "

"…" Lina bengong, bingung melihat Vania.

Vania sedikit panik, "Sarapan. "

Lina dalam hati ragu, masih menjawab apa adanya, "Nona Muda sedang makan. "

"Kamu melihatnya makan tidak? " Vania bertanya dengan terperinci.

Lina memandang Vania, "Nona, mengapa kamu tiba-tiba perhatian pada Nona Muda? "

Mengapa berkata demikian, karena sarapan yang sebelumnya di siapkan oleh Lina untuk Ellen, yang semula tidak pernah muncul di dapur tetapi muncul juga.

Dan secara khusus menyuruhnya membuatkan Ellen bubur dan beberapa sayur.

Wajah Vania yang menegang, dan tidak biasa lalu mengelus lehernya sendiri, berkata, "Bagaimanapun dia juga keponakanku, aku perhatian dengannya sangat aneh kah? "

Lina memicingkan mata, melihatnya dan tidak berkata-kata.

Vania melihat keadaan, menutup rapat sudut bibirnya, juga tidak enak untuk bertanya lagi, lalu melihat sekilas ke arah ruang makan, lalu berbalik badan, berjalan kembali ke sofa ruang tamu, duduk di samping Gerald.

Lina bingung melihat Vania beberapa detik, lalu berjalan keluar ruangan.

Ruang makan.

Ellen tidak ada nafsu makan, mengambil sendok dan teruk mengaduk bubur di dalam mangkok.

Beberapa waktu lewat, Ellen baru menundukkan matanya, mengambil satu sendok bubur dan memasukkan dalam mulut.

Tetapi satu sendok bubur belum sempat masuk ke dalam mulutnya, Ellen tiba-tiba terdiam.

Kedua mata Ellen yang menyempit, terus menatap bubur yang ada di atas sendok, ternyata bubur seafood…

Ellen menahan nafas, lalu menaruh bubur di sendok itu kembali ke dalam mangkok, dan mengambil sendok terus mangkok.

Katanya bubur seafood, tetapi sebagian besar adalah daging kepiting.

Wajah Ellen yang sedikit memucat, berdiri, melihat bubur yang ada di dalam panci.

Menemukan dalam bubur banyak sekali cangkang kepiting dan dagingnya…

"…" Ellen berpikir, tatapannya melihat sekilas sayur yang ada di atas meja.

Lalu jatuh ke jamur kuping hitam dan tumisan sayur gelang di atas meja, wajah Ellen yang tidak terkendali dan langsung bergetar.

Bagaimana bisa…

Jari Ellen yang menggenggam erat.

Karena masalah longan Louis sebelumnya, Ellen sengaja mencari tahu di internet masalah makanan yang tidak seharusnya di makan oleh wanita hamil.

Jadi tahu masalah kepiting dan sayur asin serta jamur kuping hitam, akan mengakibatkan keguguran.

Apalagi kepiting…

Ellen melihat sayur dan bubur di atas meja, wajahnya langsung memucat.

……

Ellen sekitar 30 menit kemudian baru keluar dari ruang makan, hanya saja dia berjalan sedikit lambat, karena dia sekarang, tangan kakinya mendingin.

Vania yang melihat Ellen keluar dari ruang makan, kedua matanya terpana.

Ellen menundukkan matanya, tidak melihat Gerald dan Vania yang duduk di ruang tamu, melewati ruang tamu dan naik ke atas.

Vania yang bersandar di sofa, memandang melihat Ellen penuh dengan sinar beracun.

Tetapi kali ini, Vania tidak mencari masalah dengan Ellen, dan melihatnya naik ke atas.

Sampai Ellen masuk ke dalam kamar, menutup pintu, Vania baru mengeluarkan suara mengejek.

Gerald mendengar, mengambil buku yang ada di hadapannya, menoleh melihat Vania, nada suara penuh kehangatan, "Sedang bersiasat rencana apa lagi? "

Vania melihat ke arah Gerald, mengangkat dagu, dengan penuh percaya diri berkata, "Papa, kamu tunggu saja. "

Gerald, "…"

Tatapan Vania yang dingin.

Ellen, kamu tunggu saja!

……

Siang hari.

Lina sudah menyiapkan makan siang, memanggil semua orang untuk pergi ke ruang makan untuk makan.

Ellen baru keluar dari kamarnya.

Hansen yang berada sepanjang pagi di ruang membaca juga keluar.

Bahkan Louis dengan tubuhnya yang lemah juga keluar dari kamar.

Ellen melihat Hansen yang berdiri di depan ruang membaca, kedua bola matanya yang tanpa sadar langsung memerah.

Hansen yang memandang Ellen, sampai akhirnya, dia tidak memanggil Ellen sedikit pun, lalu turun ke bawah.

Ellen yang menggigit bibirnya sampai memucat.

Melihat Hansen dan Louis yang turun ke bawah, dirinya baru menggerakkan kaki yang tegang berjalan ke arah tangga.

Berjalan dari atas tangga ke bawah, ketika Ellen sampai di bawah, Hansen dan lain-lain sudah masuk ke dalam ruang makan.

Ellen menghirup nafas panjang, berjalan ke arah ruang makan.

Berjalan ke sisi meja makan, ketika Ellen melihat sayur di atas meja, kepalanya tiba-tiba berat, sekujur tubuh berdiri goyah.

Di atas meja ada seekor kepiting besar, udang segar, penyu bercangkang lunak, kuah adalah kuah rumput laut, di dalam kuah rumput laut berisi almond, sayur gelang yang sama, dan satu piring hati babi yang di rebus.

Karena menu utama hari ini adalah kepiting, jadi sayur tidak dimasak banyak.

Ellen melihat semua sayur ini, darah di wajahnya semuanya hilang.

Karena semua sayur ini, hampir semua tidak diperbolehkan untuk dimakan ibu hamil.

Kalau sarapan adalah hal yang tidak di sengaja, bagaimana kalau makan siang… masih tidak sengaja, kebetulan saja?

Semua orang melihat Ellen yang diam berdiri di samping meja makan, juga tidak duduk.

Kecuali Vania, ketiga orang itu dengan wajah aneh.

"Ellen, makan, kamu mengapa berdiri? Duduklah. "

Vania seperti ingin ketawa tetapi di tahan melihat Ellen.

Kelopak mata Ellen yang bergetar, mengangkat mata melihat Vania, di matanya muncul selapis warna merah.

Vania yang sengaja melakukan semua ini?

Dia tahu dirinya hamil, jadi…

Vania senang melihat Ellen yang terus mundur seperti itu, suaranya semakin meninggi, "Ellen, kamu melihatku untuk apa? aku juga bukan nasi, melihatku bisa kenyang? Cepat duduk, katanya kamu suka makan seafood, jadi aku sengaja menyuruh Lina memasakkanmu kepiting, udang, dan juga ikan. Bahkan kuah pun juga kuah seafood. "

Hati Ellen yang sudah tidak sabar lagi, melihat ke arah Hansen, dengan suara serak berkata, "Kakek buyut, aku tidak lapar, kalian makan saja. "

Setelah berkata, Ellen langsung ingin pergi.

Vania langsung dengan cepat berdiri dari posisinya, melewati meja panjang, berjalan ke depan Ellen, lalu menahannya.

Hansen melihat keadaan, mengerutkan kening.

Tapi kali ini dia tidak berkata apa-apa.

Louis yang badannya sedang lemah, sekujur tubuh tidak bertenaga, juga malas untuk ikut campur.

Hansen dan Louis tidak ikut campur, dan William juga tidak ada, Gerald melihat Vania yang seperti ini, tentu saja membiarkannya begitu saja.

"Ellen, apa maksudmu? " Vania langsung menggenggam bahu Ellen, dengan tatapan dingin memandangnya dan berkata, "Memandang rendahku? Sudah sampai ruang makan, kamu tiba-tiba berkata tidak lapar, tidak ingin makan lagi siapa yang percaya? aku lihat kamu karena mendengar perkataanku, aku yang secara khusus menyuruh Bibi 刘 memasak untukmu, baru tiba-tiba tidak ingin makan iyakan? Ellen, aku berniat baik padamu, ingin menjalin hubungan baik denganmu, tetapi kamu tidak menerima. Bagaimanapun aku juga seniormu, kamu begini, bukankah tidak memberi muka padaku? "

"Vania, tujuan kamu melakukan ini orang lain tidak tahu, tetapi aku tahu dengan jelas! " Ellen menahan nafas emosi, menatap kedua mata Vania, tatapan tajam dan dingin yang tak pernah ada.

Kening Vania yang bergetar, menggertakkan gigi, "Maksudmu aku melakukan ini ada tujuan tertentu begitu? Jadi kamu katakan saja di hadapan Kakek, aku sebenarnya ada maksud lain apa. Kalau kamu tidak bisa katakan, berarti kamu memandang rendahku! "

Ellen melihat Hansen sekilas.

Tadi pagi dia baru berkata jujur dengan Hansen, dia bersama seseorang melakukan suatu hubungan, dia dengan rela hati bersama orang itu.

Dia sekarang sedang emosi, kalau dia sekarang mengatakan dirinya hamil, dia benar tidak berani berpikir dia bisa bagaimana?!

Jadi, Ellen tidak bisa berkata kalau dia hamil saat ini!

Dan Vania juga berpikir dia juga tidak berani mengatakannya, jadi baru mengatakan seperti itu!

Vania melihat Ellen yang menahan emosi, dengan puas menaikkan alisnya.

Dia baru pertama kali melihat Ellen begitu menyedihkan di depannya, sangat puas!

"Ellen, bukankah kamu berkata aku ada tujuan lain? Kamu katakan. " suara Vania yang di naikkan, memaksa Vania untuk mengatakannya.

Ellen menggertakkan gigi, dengan wajah memerah menahan emosi.

Sifat Ellen yang pada dasarnya tidak menerima ejekan dan membiarkannya begitu saja, kecuali William dan Hansen serta beberapa senior, dia tidak pernah melakukan hal yang menyedihkan dirinya sendiri.

Jadi ketika melihat Vania yang terus memaksanya dan dengan tampang yang puas seperti itu, Ellen ingin sekali memberinya beberapa tamparan!

Ellen yang tampak sangat menyedihkan, sangat membuat Vania senang.

Juga membuat Vania semakin puas, berkata, "Ellen, apakah kamu merasa di rumah ini ada Kakek dan Kakak ketiga di belakang mendukungmu, kamu bisa memandang rendah semua orang? Sekarang adalah aku, kemudian adalah Papa Mamaku, dan kemudian adalah Kakekku. Ai, juga, sekarang kamu sudah menguasai Kakak ketigaku, tentu saja semua ini kamu bisa tidak menghiraukannya. Bagaimanapun, kamu begitu memiliki keahlian. "

"Vania, kesabaranku ada batasnya! " sudut mata Vania yang sangat memerah, mengepalkan tangan kuat menatap Vania.

Vania mendengar, malah tertawa, memeluk dadanya, tanpa maksud memandang Ellen, "Ellen, Kesabaranmu sudah sampai batasnya mau bagaimana? Kamu pukul aku sini. "

"Kamu kira aku tidak berani? " wajah Ellen yang berkerut dan tidak bisa dikerutkan lagi.

Dari pagi sudah menyiapkannya makanan "Keguguran", sampai siang hari masih menyiapkan semeja makanan "Gugur kandungan", sampai saat yang begitu memaksa ini, kesabaran Ellen sudah sampai batasnya.

"Kamu pukul…"

Plak---

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu