Hanya Kamu Hidupku - Bab 324 Sudah Sakit Parah, Tidak Jauh Dari Kematian

Sepanjang jalan mereka sekeluarga berlima merasa sangat senang, bahkan William yang biasanya menyetir tanpa ekspresi terus tersenyum sepanjang jalan.

Ketika mereka berlima tiba di Ming Yue, Demian dan Mila sudah tiba disana terlebih dahulu.

Begitu mereka berdua melihat Tino dan Nino, mereka segera menggendong kedua anak itu.

Kesan yang diberikan oleh Demian tidak seperti William yang sulit untuk didekati, namun ia juga bukan tipe yang bersifat baik, dan biasanya tidak ada yang ingin mendekatinya apalagi mengusiknya.

Namun ketika dia menggendong anak, ekspresi wajahnya berubah manjadi begitu lembut dan begitu hangat.

Sifat Mila memang tidak jaim, latar belakang dan posisinya di dunia entertainment membuatnya terbiasa mengungkapkan sifat suka dan tidak sukanya dengan jelas.

Sejak dia menggendong bocah ini, melihatnya mengelus disini mencubit disana, bisa disimpulkan seberapa sukanya dia pada anak ini.

Ellen melihat ini, hatinya merasa hangat juga tersentuh.

Ketika dia masih anak-anak, Demian dan Mila sudah sangat baik padanya.

Meskipun setelah besar, karena pekerjaan, menjadi jarang bertemu.

Namun rasa hangat yang pernah mereka berikan, tetap terasa begitu baru.

Karena melihat rasa suka dan sayang yang mereka berikan untuk Tino dan Nino.

Membuat perasaan Ellen manjadi semakin dalam.

Setelah rombongan William tiba kurang lebih 10 menit, Gerald pun tiba.

Ketika menyetujui untuk datang ke acara ini, Ellen sudah menduga akan bertemu dengan Gerald.

Sehingga dia sudah mempersiapkan mental.

Namun ketika Gerald benar-benar muncul dihadapannya, penampilannya yang sekarang membuat Ellen terkejut sepenuhnya.

Penyakit uremianya sudah sampai di stadium akhir, dan ketika dia masih di kota Rong sudah mengetahuinya.

Namun akhirnya ia menemukan artikel yang mengatakan kalau penyakit uremia itu bukanlah penyakit yang ganas.

Asalkan tetap mencuci darah dengan teratur, sama sekali tidak akan mempengaruhi kehidupan sehari-harinya.

Dan kondisi Gerald sekarang sama sekali tidak terlihat seperti orang yang hidup normal sewajarnya.

Gerald baru berusia 70 tahunan, namun dirinya terlihat jauh lebih renta daripada Hansen yang berusia 90 tahunan.

Entah karena cuci darah jangka panjang atau bukan, wajahnya dipenuhi oleh bercak merah dan putih, kulitnya terlihat seperti orang yang mengidap penyakit vitiligo.

Sangat kurus!

sudah memasuki bulan april mendekati mei, dia masih juga mengenakan pakaian yang berbahan wol, sweater menempel ditubuhnya, pakaian yang seharusnya berukuran size kecil, malah terlihat seperti orang yang mengenakan pakaian berukuran besar, celananya adalah celana santai berwarna abu-abu tua, terlihat begitu longgar, seolah akan turun kapan saja setiap kali ia melangkah.

Intinya, Gerald yang ada dihadapannya sama sekali berbeda dengan Gerald yang berada dalam ingatannya, perubahan yang terjadi padanya membuatnya terlibat bagaikan dia orang yang berbeda!

Dan ketika Gerald melihat Ellen, ekspresinya terlihat ragu sejenak.

Namun kembali normal dengan cepat, seolah ia bisa menerima kenyataan kalau Ellen ‘bangkit dari kematian’ dengan mudahnya.

Mila menurunkan anak dalam gendongannya ketika melihat Gerald, bangkit berdiri dan berjalan ke sisi Gerald, memapahnya untuk berjalan masuk ke dalam ruangan, “Pa, bukankan kamu bilang akan datang bersama Vania? Dimana Vania?”

Setelah Gerald sakit, reaksinya menjadi lebih lambat.

Setelah Mila bertanya sesaat, ia baru menjawab, “Dia akan datang agak telat.”

Mila memapahnya duduk di sofa dalam ruangan, sedikit mengkerutkan alis, “Vania ini keterlaluan sekali, kalau tidak bisa mengantarmu kesini, seharusnya memberitahu aku dan kakak agar kami bisa menjemputmu. Kesehatanmu tidak baik, datang kesini seorang diri, kalau terjadi sesuatu dijalan bagaimana?”

Gerald menatap Mila, setelah sesaat mengetatkan bibir, “Jangan menyalahkannya, akhir-akhir ini dia sangat sibuk, capek.”

Mila hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun.

Pandangan Gerald beralih, perlahan mengarah ke Ellen, lalu berhenti disana.

Namun ia tidak bicara, hanya memandangi Ellen.

Ellen bertatapan dengannya beberapa detik, lalu mengalihkan pandangannya.

“Tino, Nino, itu adalah kakek.”

Mila berjalan kesana, menggendong Nino, berkata sambil tersenyum pada Tino dan Nino.

Sejak awal Tino dan Nino sudah memperhatikan Gerald.

Sekarang mendengar Mila memperkenalkan, keduanya langsung mengetatkan bibir dan melihat kearah Ellen.

Ekspresi wajah Ellen begitu tenang, sebenarnya ia ingin tersenyum pada Tino dan Nino, dia sudah mencoba, namun tidak berhasil.

Lebih tidak sanggup menganggukkan kepala untuk menyuruh mereka memanggil.

Tino dan Nino melihat Ellen tidak berkata, mereka juga hanya terdiam.

Gerald melihat reaksi Tino dan Nino, ekspresinya jauh lebih datar daripada melihat Ellen.

Ia hanya melirik Tino dan Nino sekilas, lalu langsung mengalihkan pandangannya.

Seolah tidak perduli apakah Tino dan Nino akan memanggilnya atau tidak.

Mila yang menggendon Nino melihat sikap Gerald, cukup terkejut, sehingga tidak membujuk Tino dan Nino untuk memanggilnya.

Hansen menatap Gerald, ekspresinya terlihat begitu berat.

Gerald merupakan satu-satunya keturunan yag dia dapatkan dari istrinya.

Hansen begitu mencintai istrinya, tentu saja ia juga sangat menyayangi putranya ini.

Sekarang dia malah sakit seperti ini, bahkan kurus sampai seperti ini, selain ketika berhadapan dengan Vania ia sanggup memaksakan diri sedikit, biasanya ketika kedua papa dan anak ini duduk bersama, sama sekali tidak ada satu kata pun yang bisa diucapkan!

Setiap kali Hansen melihat Gerald, selain rasa tidak tega, hanya ada rasa tidak berdaya yang tidak berakhir.

Suasana yang awalnya begitu senang, karena kehadiran Gerald, suasana menjadi jauh lebih hening.

Setelah semua menunggu sesaat, tidak melihat Louis tiba.

Demian mengangkat telepon untuk menghubungi Louis.

Telepon tersambung, Louis mengangkat dengan cepat.

Namun Demian belum sempat berkata, Louis sudah mengatakan kalau dia tidak bisa ikut serta acara hari ini.

Demian menanyakan alasannya, Louis hanya bungkam.

Akhirnya ia tidak bisa menutupinya lagi, ia mengatakan kalau malam ini dia sudah berjanji untuk menemani Rosa makan bersama.

Demian mendengar ini, alisnya langsung mengkerut erat, ia melihat kearah Ellen dengan ragu.

Juga karena ada Ellen, Demian tidak enak hati untuk mengatakan apapun, setelah bicara beberapa patah kata ia pun mematikan telepon.

Kali ini Mila juga menelepon Vania.

Dan Vania sudah diperjalanan, kurang lebih setengah jam akan tiba.

Ekspresi Mila ketika mendengar kata ‘setengah jam’ langsung berubah, namun ia tidak mengatakan apapun pada Vania, langsung mematikan telepon, lalu menyuruh pelayan untuk menyajikan makanan, dia tidak berencana untuk menunggunya lagi!

Gerald mendengar Mila menyuruh pelayan menyajikan makanan, langsung mengangkat kepala dan bertanya, “Vania sudah akan tiba?”

“Masih sebentar lagi, kita makan sambil tunggu saja!” Mila berkata sambil memejamkan mata.

Ketika Gerald selesai meresapi apa maksud dari ucapan Mila, wajahnya langsung berubah serius.

Mila melihat ini, hanya mengangkat tangannya memijat pangkal hidungnya.

……

Di meja makan.

Selain Gerald, semua orang sudah duduk di depan meja.

Mila melihat kearah Gerald, “Pa.”

Gerald hanya meliriknya, berkata, “Kalian makan saja dulu, aku tunggu Vania.”

Mila hanya bisa menopang kepalanya, sudut matanya mengangkat, berkata dengan sabar, “Kita makan sambil menunggunya juga sama.”

“Aku tunggu dia!” Gerald berkata.

“Apakah Vania itu anak kecil? Waktu makan yang sudah disepakati, dia sendiri tidak datang, apakah kita semua harus menunggunya seorang?”

Hansen sudah cukup Manahan diri untuk tidak menegur Gerald.

Namun apa yang Gerald lakukan sunggu membuat orang kesal!

meskipun dalam hatinya sudah meledak-ledak, namun Hansen tetap menahan amarahnya, berusaha bicara dengan pelan.

“Kalian tidak bisa menunggu, aku juga tidak meminta kalian untuk menunggu, biar aku yang menunggunya sendiri!”

setelah beberapa detik Gerald berkata.

“Gerald!”

begitu Hansen mendengar ini, ia sungguh tidak tahan lagi, mengangkat tangannya lalu menggebrak meja, namun ketika akan menggebrak, ia melirik kearah dua bocah disamping Ellen, akhirnya ia tahan, matanya menatap Gerald dengan amarah yang tertahan, “Kamu jangan merasa sok tua! Aku adalah orang tuamu, aku lebih tua darimu! Bukankah hanya makan sambil menungu? Tidak bisakah? Bersalah padamu atau berdosa pada Vania?”

Gerald menatap Hansen, kali ini reaksinya tiba-tiba cepat, setelah Hansen selesai berkata, ia langsung menjawab, “Hari ini kita sekeluarga akan berkumpul, orang luar sudah datang, keluarga sendiri belum tiba, tidak perlukah menunggunya untuk mulai makan?”

Orang luar?

Mata Hansen hampir sama menyemburkan api karena marah, “Apakah kamu sudah pikun?”

Gerald mencerna sesaat, baru menjawab, “Aku bukan pikun, aku hanya sudah sakit parah, tidak jauh dari kematian.”

“Kau……”

“Kakek!”

kali ini Mila memegang lengan Hansen, mengkerutkan alisnya sambi menenangkannya dengan lembut, “Jarang-jarang semua bisa berkumpul seperti sekarang, jangan karena hal kecil bertengkar, kalau papa merasa kita harus menunggu Vania untuk mulai, kalau begitu kita tunggu Vania datang saja baru mulai. Aku panggilkan cemilan untuk mengganjal perut dua bocah dulu.”

“Aku saja yang pergi.”

Ellen berkata dengan pelan.

Seiring dengan ucapan Ellen, semua pandangan langsung mengarah kearahnya.

Reaksi Ellen sangat datar, ia berdiri dengan santai, lalu berjalan keluar.

Hansen yang melihat Ellen keluar, hatinya terasa begiu sedih dan perih!

Apa maksudnya ini?

Cucu saja sudah dilahirkan dua untuk Gerald, dalam hati Gerald dia masih orang luar!

Entah bagaimana perasaan Ellen sekarang.

Kalau hal ini terjadi padanya, hatinya pasti akan sangat sakit!

……

Di setiap ruang vip Ming Yue ada seorang pelayan yang menunggu dan melayani.

Ketika Ellen berjalan keluar ruangan, sedang melihat menu makanan kecil.

Tiba-tiba pintu ruang vip terbuka.

Ellen terkejut, lalu menoleh.

Ia melihat William yang menggendong dua bocah berjalan keluar dari ruangan dengan wajah yang begitu serius.

Ellen bingung.

Bibir tipis William mengetat erat dengan ekspresi yang dingin, melirik Ellen, lalu berjalan kearah koridor sambnil menggendong Tino dan Nino.

Ellen hanya menarik nafas, segera mengembalikan buku menu pada pelayan, lalu mengejar keluar.

……

Didalam lift.

Ellen menatap Wiliam sambil berkata lirih, “Kenapa tiba-tiba pergi? Ada urusan mendadak?”

“Hm.”

“…. Apa?” Ellen bertanya.

William melihat wajah Ellen yang penasaran melalui dinding cermin dalam lift, “Membawamu makan ke tempat yang tenang.”

Berkata sampai disini, William mengalihkan pandangannya, lalu menoleh dan menatapnya langsung dengan lembut, “Kita sekeluarga makan bersama.”

Hidung Ellen tiba-tiba merasa perih, matanya memerah karena tersentuh.

William menatap gadis didepannya dengan penuh kasih, kalau bukan karena kedua tangannya penuh, ia sungguh ingin merangkulnya kedalam pelukannya.

Tino dan Nino melihat Ellen, lalu melihat William, lalu ketika William mengangkat tubuh mereka keposisi yang lebih nyaman, menyandarkan kepala mereka dibahu William.

……

William menggendong Tino dan Nino berjalan keluar dari lift, sementara Ellen memegang sudut baju William.

Pemandangan ini, kalau William lebih tua lagi, William pasti akan disangka membawa tiga orang anak.

“Suamiku, kita pergi begitu saja, bagaimana dengan kakek?” Ellen merasa tidak tenang dengan Hansen.

“Nanti setelah disini selesai, Paman Sobri akan mengantar kakek kembali ke villa.” William berkata.

“Kakak pertama dan kakak kedua jarang-jarang pulang seperti ini…….”

“Masih ada besok, besok undang kakak pertama dan kakak kedua datang kerumah untuk berkumpul.” William menundukkan kepala melihat kearah Ellen, ia mengangkat alis, “Ada pertimbangan yang lainnya?”

“……”

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu