Hanya Kamu Hidupku - Bab 523 Pani, Aku Mencintaimu

Pataya menarik nafas dengan kaget, tubuhnya tersandar ke belakang karena dorongan air, dia menatap ke Pani dengan wajah basah yang tidak sempat bereaksi.

Pada saat yang sama, sebuah suara menarik nafas yang lembut berdering dari arah pintu.

Pani mengangkat kepalanya dengan dingin.

Sumi dan seorang perawat berdiri di depan pintu, perawat itu terlihat sangat tercengang, sementara Sumi menatampanya dengan tatapan yang dalam.

Mungkin, Pani bisa menyadari sedikit 'tidak masuk akal' dari matanya.

"Ah...."

Sebuah teriakan yang hampir menorobos langit dinding berdering!

Pani mengerutkan alisnya dan meletakkan ember di tangannya, kemudian menghampiri Pataya, menarik lengannya dan menutupi mulutnya sambil berkata dengan mata menyipit, "Kalau kamu teriak lagi, percaya tidak aku berikan kamu seember air lagi!"

"Uhuhu..."

Pataya melihat ke Pani dengan tatapan kaget seolah-olah sedang melihat seekor monster.

Pani mengigit giginya.

Sumi berjalan kemari dengan wajah serius.

Melihat situasi ini, perawat menarik nafas dingin sebelum mengikuti Sumi.

Pada saat Sumi menarik Pani, perawat juga menahan Pataya dan segera membawa dia meninggalkan ruangan.

Melihat perawat dan Pataya meninggalkan ruangan.

Pani mengedipkan matanya beberapa kali sebelum menarik nafas dengan ringan dan berkata, "Lantai sudah basah total, aku pergi cari pel dulu"

Sumi menariknya ke dalam pelukan dan mengelus rambut panjangnya dengan lembut.

Pani memejamkan matanya, dia sama sekali tidak berkata tentang kejadian tadi, seolah-olah tidak ada apa-apa yang terjadi.

"Perawat akan datang mengurusnya nanti" Sumi memeluknya dengan erat, "Pani, kalau kamu merasa capek, santai saja dan istirahat"

"Aku tidak capek"

Pani menghela nafas, mendorong Sumi dan duduk kembali ke sisi tempat tidur.

Melihat wajah Pani dari samping, alis Sumi mengerat dengan erat.

"Oh iya" Pani menoleh kepadanya dengan penampilan tenang dan lembut, "Apa yang dikatakan dokter? Kapan dia mau menjalani operasi pada nenekku?"

Tatapan Sumi memancarkan cahaya untuk sejenak, "Dokter berkata masih harus mengamati beberapa saat"

"...Begitu ya" Pani mengerutkan alisnya, menoleh kembali ke Yumari yang tidak sadar diri sambil menjilat bibirnya, kemudian dia merendahkan suaranya dan berkata, "Apakah dokter ada berkata alasan mengapa nenekku terus tidak sadar diri?"

Sumi melihat ke Pani dengan tatapan kacau dan dalam, "Sepertinya larutan nutrisi dan ramuan yang dimasukkan mengandung bahan yang membantu tidur"

Kali ini Pani tidak berbicara lagi, dia hanya terus menatap ke Yumari.

Melihat wajah Pani, kedua tangannya yang berada di sisi tubuh mengepal lagi menjadi sebuah tinju yang erat.

............

Pada saat Linsan Dan Tanjing tiba di ruangan, perawat sedang membersihkan 'bekas perang' Pani dan Pataya, sementara Pani masih berada di sisi tempat tidur Yumari, Sumi berdiri di belakangnya dan bertindak seperti seorang penjaga.

Linsan mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.

Mendengar suara ketukan, tatapan Pani yang tertuju ke bawah juga bergerak, menoleh ke arah pintu.

Setelah melihat Linsan dan Tanjing, suasana hati Pani tetap terlihat tenang, tatapannya kemudian menyapu melewati Sumi yang berdiri di belakangnya, pada akhirnya kembali ke Yumari lagi.

Sumi menjilat bibirnya, dia melihat ke Linsan dan Tanjing dengan cahaya di dalam tatapannya terlihat sangat dalam dan sunyi.

Linsan memasuki ruangan dengan bunga segar di tangannya, dia melihat ke Yumari yang berbaring di tempat tidur dengan khawatir, kemudian meletakkan bunga di atas meja dan berkata kepada Pani, "Pani, maaf, kami baru datang menjenguk nenek kamu setelah begitu lama"

Pani tidak bersuara.

Linsan menjilat bibirnya dan terlihat sedikit kecewa.

Tanjing mengerutkan alisnya, dia membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi mulutnya tertutup lagi setelah tatapannya menyapu melewati Yumari yang berbaring di atas tempat tidur.

"Aku mengantar kalian keluar" Sumi menyapu tatapannya melewati Pani, kemudian berkata kepada Linsan dan Tanjing.

Linsan menoleh ke Sumi, ketika dia melihat kecapekan di wajah Sumi, kedua matanya segera diisi oleh kepedulian, "Baru-baru ini kamu tidak istirahat dengan baik kan, wajahmu terlihat capek"

"Tidak apa-apa, ayo" Sumi berkata.

Linsan menghela nafas dan mendekati Sumi 1 langkah, kemudian melihat ke Pani dan berkata, "Sekarang adalah masa Pani paling membutuhkan kamu, kamu harus semakin tahu menjaga diri, oke?"

Sumi, "Aku tahu"

"Aku tidak bisa membantu kalian apa, kalian hanya bisa mengandalkan diri sendiri" Linsan berkata dengan nada suara bersalah.

Sumi melihat ke Linsan, "Ayo"

Linsan mengangguk dengan wajah tidak berdaya, kemudian dia pun berkata kepada Pani lagi, "Pani, kami pulang dulu ya. Kamu ingat istirahat dengan baik"

Sesuai ekspektasi, Pani tidak bereaksi kepada Linsan.

Pada detik Sumi mengantar Linsan dan Tanjing keluar dari ruangan, bulu mata Pani yang mengarah ke bawah bergetar sejenak, dia memegang tangan Yumari dan membungkukkan tubuhnya secara perlahan untuk menyandarkan kepalanya ke tubuh Yumari,"Nenek, anda cepat sembuh ya. Tunggu anda sembuh, aku akan membawa anda meninggalkan sini, kita akan mengulangi kehidupan baru"

Kedatangan Linsan dan Tanjing terlihat lebih damai daripada Reta dan Pataya tadi, tetapi sebenarnya, suasana hati Pani terasa jauh lebih buruk ribuan kali lipat daripada waktu Reta dan Pataya datang tadi!

.........

6 Juli.

Yumari sudah berada di dalam keadaan koma selama lebih dari setengah bulan, tetapi dokter tetap tidak membuat rencana operasi yang jelas.

Kehidupan Pani yang tidur kurang dari 3 jam setiap hari juga sudah berlangsung lebih dari setengah bulan, dia sudah merasa sangat capek.

Sekarang sudah tengah malam.

Pani menyandar di atas tempat tidur Yumari, tangannya memegang tangan Yumari dengan erat, matanya tertuju kepada wajah Yumari yang lemah dan tertidur dan tidak berkedip untuk waktu yang lama.

Di dalam ruangan, hanya tersisa satu lampu tempat tidur yang redup.

Sumi sdeang duduk di atas sofa, melewati cahaya yang redup, dia menatap ke gadis kecil dan lemah yang sdang duduk di samping tempat tidur.

"Paman Nulu"

Suara gadis yang lemah berdering di keheningan yang gelap.

Tangan Sumi yang berada di atas mengerat, "Iya?"

Sumi sudah tidak mendengar Pani memanggil dia 'paman Nulu' selama lebih dari setengah bulan!

"Nenekku pasti akan sembuh kan?"

Tengorokkan Sumi bergerak naik turun, setelah beberapa detik dia baru berkata, "Iya"

"Kamu menjanji?"

"....Aku menjanji" Sumi mengepalkan tangannya.

Suara gemerisik berdering dari arah tempat tidur.

Sumi melihat Pani berdiri dari tempatnya secara perlahan, kemudian menoleh kepadanya dengan tatapan yang jernih, "Apakah aku bisa mendiskusikan satu hal dengan kamu?"

Sumi menatapnya dengan dalam, "Katakan saja"

"Apakah acara tunangan kita bisa ditunda untuk sementara? Aku menunggu nenekku sembuh dulu dan bertunangan di bawah kesaksiannya" Pani berkata dengan lembut.

Tenggorokan Pani bergerak naik turun lagi, "Pani, kita cuman bertunangan kok. Selain itu, semua undangan juga sudah terkirim"

"Jadi tidak bisa diubah lagi ya?" Pani berkata dengan perlahan.

"....Lusa kita sudah mau bertunangan, aku khawatir tidak baik kalau tiba-tiba mengubahnya" Sumi berkata.

Pani mengatakan keinginannya secara tenang, Sumi menolak untuk setuju dan dia juga menerimanya dengan tenang.

Pani mengangguk, kembali lagi ke sisi Yumari, "Aku sudah tahu"

Hati Sumi tiba-tiba terasa sangat kesusahan, dia tiba-tiba berdiri dan menghampiri Pani kemudian memeluknya dengan kuat dan berkata dengan suara serak, "Maaf Pani, aku sangat bersalah. Maaafkan aku Pani, maafkan aku"

Pani sepertinya terkejut dengan tingkah lagi Sumi yang mendadak ini, tubuhnya terasa sangat kaku.

"Hari itu, aku menerima telpon dari rumah sakit provinsi lain, mereka memberi tahu aku bahwa Linsan pingsan dan kondisinya sangat darurat. Aku tidak tahu selanjutnya akan terjadi hal seperti ini, jadi aku pun segera bergegas ke sana. Karena buru-buru, aku melupakan ponselku di kantor, makanya tidak sempat memberi tahu kamu"

Sumi memeluk Pani sangat erat, "Aku yang salah, aku salah Pani. Maafkan aku kali ini. Aku berjanji tidak ada lain kali lagi. Pani, kamu tidak boleh langsung menghukum aku mati hanya karena kali ini!"

Mata Pani bergeat sejenak, tubuhnya yang kaku juga menjadi lega secara perlahan.

"Pani, aku mencintaimu"

Pani berkata satu per satu kata di telinga Pani.

Setelah itu, alis dan wajah Pani pun mengerut dengan kesakitan.

Tubuhnya terasa kaku lagi.

Dalam waktu singkat ini, tidak hanya hatinya, tangan dan kakinya, setiap organ, setiap tulang dan setiap sel Pani terasa sakit.

Pani membuka mulutnya dan menarik nafas dengan kuat.

Meskipuyn begitu, Pani tetap merasa ketakutan dan putus asa bahwa dia akan mati lemas pada detik berikutnya.

"Aku salah Pani"

"....."

Pani menangis.

Menangis bukan dalam arti mengalirkan air mata, tetapi hatinya sedang menetes darah.

......

Tanggal 8.

Siang hari.

Siera, Samoa, Sumail beserta Lira semuanya datang ke rumah sakit.

Mata Siera langsung menjadi basah ketika dia melihat Pani yang berada di dalam ruangan.

Dalam waktu kurang dari 1 bulan, gadis ini menjadi sangat kekurusan.

Siera memegang tangan Pani dengan lembut dan menatapnya dengan penuh kasih sayang, "Sangat susah kan?"

Sangat susah?

Terlalu susah!

Kedua mata, hidung dan bahkan Pani memerah pada tingkat yang berbeda. Dia berusaha senyum kepada Siera, "Sedikit saja"

Siera tidak bisa menahan diri dan memeluk Pani, kemudian menepuknya dnegna lembut, "Kamu benar-benar terlalu membuat orang sakit hati"

Pani berdiri dengan tegak, dia tidak bereaksi apa pun terhadap pelukan Siera.

Dia benar-benar merasa sangat capek, capek sampai dia merasa tubuhnya sudah bukan milik dia sendiri lagi.

Sampai.

Sampai Pani merasa otak dia juga ikut menjadi lemah, reaksinya menjadi lambat.

"Pani, masa yang paling sulit sudah lewat. Mulai sekarang ada Sumi, ada tante dan paman, ada abang dan kakak ipar, kami semuanya akan membantu kamu" Siera berkata dengan tulus.

"Iya Pani, kamu memiliki kami" Lira menghampiri Pani dan memegang tangannya.

Melihat Lira, bulu mata Pani yang panjang dan lebat tertuju ke bawah lagi.

Masa yang paling sulit sudah lewat?

Pani juga berharap begitu!

Tetapi mengapa, Pani memiliki perasaan tuhan tidak akan membiarkan dia bahagia begitu saja?

Sudut Pani terangkat dengan sedih.

....

Pani tahu tujuan Siera mereka datang ke sini, acara tunangan akan diadakan pada malam ini, mereka datang untuk mengingatkan dia sudah saatnya siap-siap.

Jadi, setelah Siera mereka datang beberapa saat, Pani pun meninggalkan rumah sakit bersamanya.

Sumi sudah mengundang perawat khusus untuk Yumari agar Pani tidak khawatir.

Tempat acara tunangan ditetapkan di hotel British.

Berpikir tentang kesehatan dan kondisi mental Pani, Siera meminta tim stylist dan riasan untuk datang ke hotel terlebih dahulu, sehingga dia hanya perlu langsung membawa Pani ke sana, tidak perlu berlari sana sini, semuanya diselesaikan di hotel saja.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu