Hanya Kamu Hidupku - Bab 307 Apakah Kamu Tidak Tahu Malu?

Rosa lagi-lagi menarik napas dalam-dalam, lalu tiba-tiba dia menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan pria.

Disaat yang sama, timbul rasa sakit yang tajam di pundaknya, Rosa tidak bisa menahan tangisnya, tapi terus sambil berusaha untuk masuk lebih dalam kedalam pelukannya.

Dadanya selebar dan sekeras yang dia bayangkan, hatinya yang memancarkan hangat membuat aura dari tubuhnya terasa seperti panas mendidih, hormon tebal yang mendidih meresap masuk kedalam setiap pori-pori ditubuhnya, Rosa merasa sekujur tubuhnya menjadi hangat, Rosa menginginkan dia......

“William, William, tubuhmu hangat sekali, en......” Rosa mendesah dan dengan erat menempelkan tubuhnya ke dada William.

Kedua mata William merah, matanya yang hitam tiba-tiba berubah menjadi dua batu amarah yang terbakar-bakar di matanya.

Mendengar perkataan Rosa, William tidak memberikan balasan apa-apa, kelima jarinya yang ada di pundak Rosa semakin mengencang, kelima jarinya yang keras itu hampir menembus ke tulang pundaknya, tangannya yang satu lagi menarik tangan Rosa ke pinggangnya dan dengan sekuat tenaga menggenggam Rosa.

“Ah......”

Rosa merasa tulang yang ada didalam kulitnya seperti dihancurkan olehnya, rasa sakit hingga dia tidak bisa menahan teriakannya, walaupun sudah begini, dia masih saja tidak melepas tangannya dan terus memeluk William, lalu dengan suara tangisan yang lemah dia berkata, “William, aku mencintaimu, sedari aku sadar, aku tahu dikehidupan ini aku hanya bisa mencintaimu seorang. William, kamu berikan aku kesempatan ya? Aku bisa membuktikan kepadamu, aku lebih baik dari Ellen. William, maulah denganku, biarkan aku menjadi wanitamu, William, ah......”

Rosa kali ini benar-benar merasa tangannya sudah patah, rasa sakit yang tajam itu membuat dia tidak tahan lagi sehingga dia melepas tangannya.

Juga disaat dia melepas tangannya, Rosa dengan tanpa rasa ampun diusir keluar.

Terdengar suara “debak” dari lantai.

Louis yang berdiri didalam vila, mendengar suara tangisan Rosa dan suara debak-debuk dari dalam ruangan, dia menjadi tegang dan dengan buru-buru berjalan kedalam ruangan itu.

Namun.

Sebelum dia sampai ke depan ruangan, William yang terlihat seperti iblis, melangkah keluar dari pintu ruangan itu.

Louis membuka matanya lebar-lebar, dia diam terkejut.

Mata William penuh dengan amarah, wajahnya tegang seperti patung marmer, bibirnya membentuk garis lurus, tubuhnya memancarkan aura garang yang membuat orang tidak berani mendekati dia, lalu dia berjalan kearah Louis.

Walaupun sekarang Wiliiam hanya merasa semua organ didalam tubuhnya seperti terbakar api yang membuat dia merasa sakit, dari atas kepala hingga ujung kaki terasa seperti terbakar, kalau tidak redakan nantinya tidak bisa ditahan lagi.

Dia melangkah maju dengan tegap dan sehat, seperti seorang raja.

Louis melihat William yang begitu, hatinya menjadi tegang, merasa tidak percaya, dan menjadi takut.

William sampai di hadapan Louis dan menatap dia, “anda sungguh mama yang baik!”

Louis merasa sakit hati, wajahnya pucat, matanya memerah, dia pun menangis!

William mencibir dengan bibirnya, dengan sikapnya yang seperti itu, dia terlihat seperti iblis yang baru keluar dari neraka.

Dia tidak mengatakan apa-apa lagi kepada Louis, dia langsung berjalan didepan Louis melewati dia.

Louis kali ini sama sekali tidak berani untuk menghadang dia, hanya berlangkah minggir sambil menatap dia.

Hingga berjalan keluar dari pintu utama vila, langkah William sangat stabil dan tenang.

Tapi seketika dia keluar dari vila, dia langsung memegang baju yang dia kenakan dan merobek lepas beberapa kancing yang ada di kemejanya, lalu mencondongkan tubuhnya kedepan dan bergegas menuju mobil.

......

Coral Pavilion, Ellen bergegas kembali ke vila, untuk “melayani” kedua tuan muda untuk membersihkan diri dan istirahat.

Kemudian, Elllen kembali ke kamarnya, mandi, lalu keluar dari kamar mengenakan jubah tidur dan berjalan kebawah.

Sudah hampir jam sebelas dan orang itu masih belum kembali?

Ellen cemberut dan kembali ke kamarnya untuk mengambil handphone-nya, baru saja dia mau memegang handphone-nya, langsung ada panggilan masuk dari “raja”.

Ellen dengan mulutnya yang menggembung, mengangkat teleponnya, “Paman......”

“Keluar!”

Terdengar suara laki-laki dari panggilan tersebut, suara yang kasar dan tangguh.

“......”

Setelah mengangkat panggilan masuk.

Ellen keluar dari vila dengan penuh ragu belum sampai sepuluh detik, ada sebuah mobil seperti petir yang berhenti didepannya.

Ellen yang terkejut oleh kecepatan mobil itu membuat kedua kakinya melangkah mundur, lalu mengedipkan matanya untuk melihat laki-laki yang ada dibelakang kursi kemudi.

Tapi sebelum dia bisa melihat dengan jelas orangnya, pintu mobilnya sudah terbuka dan ada tangan panjang yang menjulur keluar, tangan itu dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya dan menyentak kedepan.

Ellen terkejut hingga membuat jantungnya berdetak kencang.

Tapi orang itu sama sekali tidak memberikan dia waktu untuk bereaksi, laki-laki itu menarik dia, lalu dengan paksa menekan dia ke mobilnya, laki-laki itu mengangkat jubah tidurnya dengan paksa, dengan begitu saja dia sudah bisa masuk.

Disaat itu, napas Ellen hampir habis.

Seperti membunuh dia!

Laki-laki itu melakukan semua itu untuk sesaat, lalu baru menundukkan kepala dan mulai mencium dia.

Bibirnya kering pecah-pecah, dia seperti seorang suami yang sedang bergairah meminta sesuatu dengan gegabah, tidak berapa lama bibir mereka berdua robek hingga berdarah.

“Aw.......”

Ellen yang barusan masa bodo dan sekarang merasakan rasa besi berkarat yang menyelimuti lidahnya, dia baru menyadari apa yang orang itu lakukan kepadanya, dia merasa takut hingga menangis.

Tangan hangat William menahan wajah kecil Ellen yang pucat sambil menggigiti wajah, hidung, dan bulu mata tanpa mengatakan apa-apa.

“Sakit.” Jari putih Ellen yang transparan memegang kemeja William dengan lemah sambil berbicara dan menangis.

Mata gelap William yang berwarna merah, tapi anehnya terlihat terang dan menatap langsung mata Ellen yang penuh dengan air mata, dia masih belum berhenti memperlihatkan tindakan dominannya, malahan terlihat semakin mendominasi.

Tenggorokan Ellen menjadi serak karena menangis, matanya juga menjadi kering dan dengan keras kepala menatap William.

Willian mengangkat dia, membuka pintu belakang mobilnya, masuk dan duduk kedalam mobilnya.

Mendengar suara pintu mobil yang terbanting tutup, wajah Ellen terlihat marah.

Kejadian barusan terjadi terlalu tiba-tiba, lalu terasa sangat sakit, dan juga barusan mereka berdua ada diluar mobil sekarang sudah......

Ellen merasa sangat malu, matanya yang merah kering mengeluarkan air mata lagi, dia menahan tangan William sambil menangis dan memukul William, “Kamu, kamu kenapa bisa begini? Apakah kamu tidak tahu malu?”

“Tidak, aku mau kamu!”

Ini adalah kalimat pertama yang diutarakan William kepadanya malam ini.

Ellen diposisikan olehnya menjadi dikakinya, naik turun, kepalanya beberapa kali menyentuh atap mobil, dia merasa sakit hingga terjatuh, lalu dengan suara serak menangis dia marah, “Aku sangat membencimu! Aku sudah melakukan kesalahan apa hingga hari ini kamu ingin menyiksaku seperi ini?!“

William menghela napas, tubuhnya yang tinggi besar bersandar kebelakang, membuat posisi Ellen lebih turun, dengan begini tidak akan terkena atap mobil lagi.

Tapi tindakan “peduli” William tidak mengubah perasaan hati Ellen, malah sebaliknya mmebuat dia semakin kesal, “Apakah kamu ingin aku mati?”

William mengerutkan keningnya sambil memeluk punggung Ellen membuat Ellen menekan ke tubuhnya sendiri, lalu mencium wajah kecilnya yang terlihat sedih, “Sakit untuk kali ini saja, nantinya tidak akan membuatmu sakit lagi. Kamu juga sakit......”

“Pergi!” Ellen mendorong wajahnya, sedih hingga menangis.

William memeluk dia dengan erat, matanya yang hitam menatap wajah Ellen yang penuh dengan air mata, hatinya merasa sakit, tapi bagaimanapun tidak bisa dia hentikan.

Melihat tampangnya yang sedih dan sakit hati itu, William ingin memberitahukan dia, sebenarnya dia tidak ingin menyakitinya, tapi, dia tidak bisa apa-apa.

Beberapa tahun lalu Rosa pernah memberikan dia obat, obat yang diberikan tidak terlalu kuat.

Tapi kali ini, sudah jelas berbeda.

Sepanjang perjalanan dia pulang mengemudi mobil, dia menahan rasa sakit dan gairah dihati yang terbakar-kabar.

Saat sampai di vila dan melihat Ellen mengenakan jubah tidur yang tipis berdiri manis disana, segala akan sehatnya yang kuat, disaat itu juga, hancur begitu saja, tidak tersisa sedikitpun.

Dari dalam mobil ke kamar tidur utama, di dinding kaca kamar utama, kamar mandi, akhirnya sampai ke kasur, Ellen merasa air ditubuhnya sudah kering dia tangisi, juga karena......diperas, akhirnya tidak tahu bagaimana bisa tertidur.

Dia merasa dirinya diperas, tapi William merasa dia sangat tahan membuat dia tidak bisa tahan.

Hasilnya adalah.

Keesokan harinya, Ellen tidak masuk kerja tanpa ada alasan apapun, karena saat dia terbangun keesokan harinya, hari sudah siang.

Ellen berbaring diatas kasur, wajah kecilnya pucat, matanya terlihat lemah terlihat menatap langit-langit kamar yang ada diatas kepalanya, isi pikirannya tidak ada apa-apa selain cahaya putih.

Dia begitu selama lebih dari sepuluh menit, kedua matanya yang menatap langit-langit itu mulai bergerak dengan perlahan berpindah pandangan ke kasur disebelahnya.

Dengan pemandangan yang kosong, membuat pandangan Ellen menjadi hangat, bibirnya yang tertutup rapat menjadi murung.

Tubuhnya seperti setelah dipukuli, hanya dengan bergerak sedikit, dia bisa merasakan rasa sakit dari tulangnya.

Ellen dengan susah ppapa bangun dari kasurnya, membuka selimut yang menutupinya, dan turun dari kasur.

Suara mencicit----

Terdengar suara pintu kamar yang terbuka.

Saat melihat ada orang yang datang, Ellen langsung memalingkan wajah kecilnya kesamping.

William tersenyum kecil, menutup pintu, lalu berjalan menghampiri dan duduk disebelah Ellen, sambil menatap samping wajah Ellen, “Kamu sudah lapar?”

Ellen menurunkan bulu matanya, tidak bersuara.

William duduk disebelahnya dan menatap dia dengan tatapan yang dingin, dengan suaranya yang lembut dia berkata, “Kamu ingin makan apa, aku akan masak untukmu.”

Dia masak?

Bola mata Ellen yang ada dibawah kelopak matanya bergerak, masih tidak mempedulikan dia.

Kemarin dia sudah melakukan semua hal yang kelewatan itu, dengan memasak makanan untuknya saja sudah cukup?

Memukul lalu memberikan perlakuan yang manis, apakah itu kehebatan dia?

Berpikir begitu, hati Ellen terasa berat dan lagi-lagi memalingkan kepalanya.

William melihat semua itu, dia menatap Ellen dengan tenang untuk beberapa saat, suaranya masih terdengar lembut, “Kamu tidak mengatakan apa-apa, kalau begitu aku akan memilih beberapa makanan yang kamu sukai, kalau sudah selesai aku akan datang memanggilmu.”

Ellen merasa sedih.

Dulu dia pernah membaca buku yang mengatakan laki-laki hanya akan memberikan perhatian lebih kepada istri atau pacarnya jika mereka sudah melakukan suatu kesalahan, baru akan menuruti pasangannya, berbicara juga tidak akan dengan suara yang keras, dia tadinya tidak percaya, pasti nanti akan ada pengecualian.

Sekarang dilhat-lihat memang benar!

Biasanya lebih sulit menyuruh dia untuk memasak dibandingkan dengan masuk surga!

Sedangkan sekarang? Haha!

William berkata begitu tapi tidak bergerak, kedua matanya masih terpaku kepada Ellen.

Leher Ellen yang memalingkan wajah sudah pegal, tapi dia msih tidak bergerak, dia menahan napas didalam hatinya, dia tetap harus tahan.

Berpikir begitu, bahkan kalau lehernya terkilir dia tidak akan membalikkan kepalanya!

Namun, tidak sampai satu menit setelah dia mengambil keputusan itu didalam hatinya, pinggangnya sudah dipegang oleh laki-laki dengan tenaga yang kuat, sesaat sudah terangkat, lalu ditempatkan diatas pangkuannya, panas dan kekuatan dari kaki yang keras seperti batu itu dengan mudah memutuskan keputusan yang sudah diambil Ellen.

Ellen menarik napas dan mengangkat kepalanya.

Disaat kepalanya terangkat, bibirnya yang lembut sudah tertutup.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu