Hanya Kamu Hidupku - Bab 468 Diam, Aku Peluk Sebentar

Pani mengelus wajah sendiri, lalu berkata dengan nada segan,, “Biaya tiket sama semua akomodasi tidak termasuk dalam gaji aku kan ?”

Sumi mendengarnya hanya melotot dengan tidak berdaya, “Menurutmu ?”

“Aku tidak tahu, makanya aku tanya.” Pani sambil berbicara sambil mengeluarkan ponsel sendiri, bermaksud diam-diam merekam suara pembicaraannya.

Sumi telah melihat tingkah Pani, tiba-tiba merasa sangat lucu dan tidak berdaya, gadis ini takut sekali ditipu oleh dirinya !

“Tentu saja tidak termasuk, aku akan tanggung semua ini.” Sumi berkata.

Pani tersenyum, lalu mengedipkan mata terhadap Sumi, “Pertanyaan kedua, kamu ada bilang kalau temani main hanya sekedar temani kamu makan dan jalan-jalan, berarti tidak termasuk kontak fisik apapun kan ?”

“Kenapa ? Takut aku mengambil kesempatan dalam kesempitan, dan akhirnya balik menyerang kamu ya ?” Sumi pura-pura emosi sambil melototnya.

“Heihei, kamu tidak akan seperti itu kan ?” Pani tersenyum bagaikan rubah kecil.

Sumi menggigit gigi sendiri, dia ingin sekali menangkap Pani dan memukul pinggulnya !

“Paman Nulu, kamu masih belum menjawab pertanyaanku lagi.” Pani menginginkan jawaban yang dapat menenangkan hatinya.

Sumi menarik nafas, lalu menjawab dengan tampang serius, “Iya. Sudah puas ?”

“Jangan emosi.” Pani tertawa dan meliriknya.

Sumi menarik sudut bibir sendiri, “Masih ada pertanyaan lain ? Sekaligus saja semuanya !”

“Ada satu lagi.” Pani tersenyum.

“Bilang !” Sumi berkata dengan tidak berdaya.

“Paman Nulu, aku boleh mengambil sebagian gajiku dulu ?” Pani tersenyum polos.

“Haha.” Sumi juga menatap Pani dan tersenyum.

Pani melihat demikian, langsung menaruh harapan yang besar.

Namun pada detik selanjutnya, Sumi langsung berkata dengan tanpa segan, “Jangan berharap !”

Pani, “……”

….

Pada jam tujuh tiga puluh, Sumi dan Pani berhasil naik ke dalam pesawat.

Di dalam kelas bisnis.

Pani menatap keadaan kelas bisnis pesawat dengan tampang terharu, dan berbisikan sendiri, “Aku bahkan tidak pernah melihat kelas bisnis yang begitu mewah di dalam sinetron, pasti sangat mahal.”

“Kamu bisik apaan ?” Sumi mengulur tangannya, lalu menangkap pergelangan tangan Pani dan menarik dia ke sisinya, setelah itu Sumi menatapnya dan bertanya padanya.

Pani mengeluh nafas, lalu berkata dengan tampang iri, “Tidak apa-apa, rasanya punya uang enak sekali !”

Sumi memeluk Pani ke dalam pelukannya, lalu menopang dagunya dan berkata dengan nada sombong, “Gampang sekali kalau suka uang, banyak sekali uangku, kamu menikah saja denganku, uangku otomatis akan jadi uangmu juga, aku juga akan menjadi milikmu.”

“Haha.” Wajah Pani merona merah, dia mendorong pundak Sumi dan berkata, “Aku suka uang dengan hasil kerja sendiri, buat apa ambil uangmu ?”

Sumi tetap bersikeras memeluk Pani, dia meletakkan dagunya di atas kepala Pani, jakun yang berada di tenggorokan sedikit bergerakan karena tertawa, “Yakin tidak mau ya ? Aku selain banyak uang, juga bisa mencari uang. Kalau menikah denganku, aku akan menumpukkan semua uang ke hadapanmu, kamu bisa pakai sesuka hati !”

Pani mencoba membayangkan adegan itu, rasanya memang memuaskan sekali meskipun hanya sekedar membayangkannya.

Akan tetapi…

Pani mundur lagi dari pelukan Sumi, lalu menatapnya dengan tatapan angkuh, “Apa serunya ? Uang yang diberikan orang lain, sama uang hasil kerja sendiri, rasa menggunakannya mana mungkin bisa sama ? Harus pakai uang sendiri baru bisa merasa puas.”

“Haha.” Sumi tersenyum ringan, lalu menangkap orangnya ke dalam pelukannya lagi.

Wajah Pani merona merah, dia mendorong Sumi lagi dan berkata, “Paman Nulu, kamu lupa apa yang kamu janjikan ya ? Aku hanya temani main, kita tidak boleh ada kontak fisik apapun !”

“Kita sekarang juga sedang bermain, kontak fisik adalah aturan dasar dalam permainan, aku tidak melanggar aturan.” Sumi berkata dengan nada wajar.

“Apanya ? Konyol sekali !”

“Diam, aku peluk sebentar, lembut sekali.”

“….” Lembut apaan !

….

Pada jam Sembilan, pesawat berhasil mendarat di Provinsi Huai .

Sumi sedang menjinjing koper dengan satu tangannya, lalu berjalan di depan Pani dengan kesan gagah.

Sementara Pani hanya terus mengekor di belakangnya.

Bagaimanapun Pani sama sekali tidak pernah menginjak tempat ini, sehingga saat ini Sumi menjadi andalan dirinya yang satu-satunya, dia tentu saja harus mengikut dengan hati-hati.

Pada saat mereka berdua keluar dari bandara, ada seseorang yang berlarian menghampiri dan menyapa ‘tuan Nulu’ dengan nada sopan, setelah itu dia mengambil alih koper yang berada di tangan Sumi dan berbalik ke mobilnya, lalu dia membuka bagasi mobil dan menyimpan koper tersebut.

Setelah tangan Sumi menjadi kosong, dia langsung menarik tangan Pani yang berada di belakangnya, lalu berjalan ke dalam mobil dengan bergandengan tangan.

Pani melirik sekilas pada supir yang baru saja menyimpan koper dan membuka pintu mobil, lalu mengerutkan bibir sendiri.

Setelah itu Sumi dan Pani berjalan ke depan pintu mobil.

Sumi membiarkan Pani masuk terlebih dahulu, setelah itu dirinya juga ikut beranjak masuk ke dalam.

Supir menutup pintu mobilnya dan berjalan cepat ke arah kursi pengemudi, setelah itu dia membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi, “Tuan Nulu, nona Wu sekarang ada sedikit urusan pribadi, dia minta aku mengantar Anda ke hotel dulu, setelah dia menyelesaikan urusan pribadinya, dia akan datang bertemu denganmu di hotel.”

“Iya.” Sumi menjawab dengan datar.

Nona Wu ?

Pani melirik sekilas ke arah Sumi.

……

Dalam hotel berbintang lima, kamar presidential suite.

Pani diam-diam memperhatikan keadaan di kamar hotel, berdasarkan pengalaman kerja dirinya yang sebagai pelayan di berbagai hotel, hotel ini pastinya sudah menjadi hotel tingkat satu atau dua di Provinsi Huai .

Kelihatannya nona Wu ini lumayan ‘perhatian’ terhadap Sumi !

Pani tidak menyadari bahwa pada saat pemikiran ini muncul di benaknya, wajahnya telah bereaksi cemburu.

Sumi mengambil ponsel dan duduk di samping Pani, “Sudah lapar ?”

Pani melirik sekilas pada laptopnya, lalu mengerut alis dan bertanya, “Kamu sekarang sudah mulai sibuk ya ?”

Sumi melirik sekilas, lalu mengulur tangan dan mengelus rambut Pani, “Mau makan apa pesan saja, bisa kan ?”

Pani mengangguk.

Sumi menarik sudut bibir, tatapannya fokus pada laptop yang berada di hadapannya.

Pani duduk di atas sofa sambil memiringkan kepala dan menatap Sumi, dalam hatinya terasa sangat tenang.

Sementara rasa tenang ini, adalah keadaan nyaman yang paling sulit dirasakan oleh Pani pada saat dirinya berinteraksi dengan orang lain.

Pani bertumbuh hingga delapan belas tahun, dia hanya pernah merasa keadaan nyaman ini ketika berinteraksi bersama Ellen Nie dan Yumari .

Sumi adalah orang yang ketiga !

Lelaki satu-satunya di antara ketiga orang tersebut !

“Pani, kalau kamu terus menatap aku, aku tidak bisa konsentrasi. Pesan saja makanan, atau nonton televisi juga boleh.” Tatapan Sumi tetap fokus pada laptop di hadapannya, lalu berkata dengan nada lembut.

Telinga Pani menjadi sedikit merah, dia menatap Sumi dan bertanya, “Kamu bisa kerja ya kalau aku nonton televisi ?”

“Asalkan kamu tidak menatapku, aku bisa semuanya.” Sumi tersenyum.

:….” Pani menggigit bibir. Pria tua ini sembrono sekali, setiap harinya harus menggoda dirinya ya ? !

Pani berdiri dari sofa, lalu memesan makanan di hotel, makanan untuk porsi dua orang.

Setelah itu, dia membuka koper sendiri dan mengeluarkan dua rangkap kertas latihan, lalu dia berjalan ke menghampiri meja dan menarik sebuah bantal kecil dari sofa untuk letak di bawah lantai, akhirnya Pani duduk begitu saja di samping meja sambil mengerjakan soal latihannya.

Pada ruang tamu yang besar, hanya terdengar suara ketikan pada laptop dan suara menulis pada kertas.

Suasananya sangat tenang dan damai.

Tatapan Sumi tetap melekat pada layar laptop, namun senyuman di wajahnya semakin jelas seiring berlalunya waktu.

….

Sekitar setengah jam kemudian, pelayan hotel mengantarkan makanan pesanan Pani.

Pani meletakkan lauk pada meja makan, lalu menatap lelaki yang sedang serius bekerja, tanpa disadari nada bicaranya menjadi lembut, “Paman Nulu, ayo makan.”

Beberapa detik setelah Pani selesai berbicara, baru terdengar suara Sumi yang jernih, “Kamu makan saja, aku belum lapar.”

Pani merasa sedikit kecewa dan mencibir bibir sendiri, dia tidak berkata apapun lagi, hanya diam-diam duduk di atas kursi dan mengambil sumpit untuk makan, sepasang mata yang besar terus melirik ke arah lelaki yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

Sekitar tiga menit kemudian.

Tiba-tiba Sumi menutup laptop yang berada di pahanya dan meletakkannya pada sofa di samping, setelah itu dia langsung menatap ke arah Pani.

Dikarenakan Pani sangat penasaran dengan tindakannya, sehingga tidak sempat menyimpan kembali tatapannya, akhirnya tatapannya bertemu begitu saja dengan tatapan senyuman Sumi.

Wajah Pani merona seketika.

Pani menyadari apabila di hadapan Sumi, wajah dirinya akan merona setiap beberapa menit.

Meskipun Pani mengetahui bahwa rasa seperti ini sangat tidak baik, namun dia tetap tidak bisa menghindarinya.

Sumi berdiri dan berjalan ke ruang makan, sepasang kaki yang panjang berhenti di samping Pani dan terus menatapnya dengan posisi seperti itu.

Bulu mata Pani terus gemetaran.

Namun Sumi malah tersenyum, lalu mengulur tangan menjentik pada belakang kepala Pani, “Bukannya suruh kamu jangan menatap aku ya ?”

“… Aku mana ada ?” Pani menunduk dan berbisik.

Sumi menarik nafas dan menatap sayur di atas meja yang hampir tidak tersentuh, akhirnya tersenyum lembut dan berkata, “Kelihatannya Pani milikku juga tidak suka makan sendirian.”

Pani…milikku ?

Pani buru-buru menyimpan tangan dirinya yang berada di atas meja dan meletakkannya di atas paha sendiri, mulutnya sedikit terbuka untuk mengambil nafas.

Namun hatinya tetap merasa sedikit emosi : Siapa yang miliknya ? Berlagak dekat !

Sumi langsung duduk di kursi hadapan Pani.

Pani melirik sekilas, dalam hatinya berpikir bukannya dia tidak lapar ya ?

“Siapa bilang hanya boleh makan di saat lapar ?” Sumi seolah-olah telah memasang alat penyadap suara di dalam hati Pani, sehingga saat ini dapat langsung menjawabnya.

Pani diam-diam melototnya.

Namun Pani tetap harus mengakui bahwa, dirinya merasa sangat senang karena Sumi telah datang dan makan bersamanya.

“Pamun Nulu, ini.”

Pani dengan inisiatifnya mengambil daging ikan dan meletakkan ke dalam piring Sumi, lalu juga mengingatnya dengan perhatian, “Hati-hati duri ikan.”

Sumi melirik daging ikan yang berada di dalam piringnya, lalu menatap Pani dengan ekspresi senang, “Sudah bisa perhatian ya.”

Pani, “…” Sepertinya dia menyesal, apakah boleh dia boleh mengambil kembali daging ikan barusan ?

Setelah selesai makan, Sumi duduk kembali ke atas sofa dan mulai bekerja, Pani menunggu pelayan hotel datang membereskan piringnya, setelah itu dia kembali ke samping meja untuk mengerjakan soal latihannya.

Namun sepertinya akan mudah mengantuk apabila telah kenyang, sehingga tidak lama kemudian, Pani telah ketiduran.

Sumi melirik Pani yang telah ketiduran, dia meletakkan laptopnya dan berjalan menghampiri Pani, setelah itu dia membungkuk badan dan memeluk Pani ke kamar tidur.

Di dalam kamar tidur.

Sumi meletakkan Pani ke atas kasur dengan gerakan ringan, lalu menutupi tubuhnya dengan selimut.

Awalnya Sumi bermaksud langsung meninggalkan kamar setelah meletakkannya, namun saat ini dia malah terus menatap wajah Pani yang telah tidur nyenyak.

Sumi bahkan merasa tidak tega untuk meninggalkan pemandangan ini, sehingga dia duduk di sisi samping kasur dan terus menatap wajah kecil Pani yang kemerahan, lalu dia membungkuk badannya dan semakin mendekati Pani.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu