Hanya Kamu Hidupku - Bab 560 Dia Adalah Seekor Rubah Jantan Tua

Sumi melihat wajah Pani yang sedikit memerah, matanya yang jernih seperti menjadi lebih terang dan menggengam erat tangan Pani yang lembut, suaranya terdengar lebih lembut lagi “ Bos Besar Yoto dan orang tuaku adalah teman lama, orang tuaku sering membantu PT Sukajaya dalam urusan hukum, karena hal itu sekarang saat aku memerlukan bantuan dia pastinya akan membantuku. Lagipula, dengan syarat yang aku berikan kepadanya, dia juga merasa tidak rela untuk menolaknya!”

Hati Pani sedikit kacau, bersikeras menarik tangannya dari genggaman Sumi , karena menggunakan tenaga yang kuat sehingga membuat wajahnya yang berwarna merah muda menjadi merah padam, dengan sedikit menghela napas ia berkata “Syarat apa yang kamu berikan kepadanya?”

Sumi menatap wajah kecil Pani yang merah, suasana hatinya menjadi sangat baik, ia berkata dengan sambil tersenyum “Aku berjanji kepadanya untuk lima tahun ke depan apabila PT Sukajaya mengalami masalah yang berhubungan dengan hukum maka aku dan Firma Law Club akan membantunya menyelesaikan tanpa syarat!”

Lima tahun?

Pani tercengang dann mengangkat kepala menatap Sumi .

Sumi kembali menggenggam tangan Pani , dengan sorotan mata lembut dan hangat menatapnya “Demi kamu, lima tahun itu bukan apa-apa, lagipula bagian hukum PT Sukajaya juga memiliki para elite yang banyak, jadi saat ada masalah belum tentu akan mencariku. Jadi, tidak masalah.”

Pani tidak mengatakan apa-apa dalam hal ini!

Dia di ikat oleh PT Sukajaya selama lima tahun, bahkan sepuluh atau dua puluh tahunpun itu juga adalah pilihannya sendiri, merupakan apa yang harus dilakukannya!

Walaupun Pani berpikir begitu namun ia masih mengerutkan alisnya dan berkata “Kamu yang meminta Direktur Yoto untuk menjalin kontrak denganku kan?”

Sumi mengangkat tinggi alisnya, sepasang matanya yang bersinar menatap Pani “Kalau bukan kamu yang menandatangani kontrak tersebut, dengan sifatmu itu, apakah kamu akan mempedulikanku?”

“ Sumi , kamu sungguh licik!”

Pani berkata dengan marah.

Sumi melihatnya “Memangnya kenapa?”

Pani dengan marah melotot kepadanya.

Mereka berdua bertatapan dalam beberapa detik kemudian Sumi mengulurkan tangan dan memijit lembut hidung Pani , dengan sedikit mengatupkan bibirnya berkata “Sudah tidur sepanjang sore, apakah sekarang masih bisa tidur?”

“Bukan urusanmu!” Pani bergumam.

Sumi memegang erat tangannya “Jika tidak bisa tidur maka temani aku berjalan-jalan diluar.”

“Sudah sangat malam siapa yang ingin pergi jalan bersamamu! Jika ingin pergi maka pergilah sendiri, aku malas untuk bergerak!” Pani berkata.

“Ayolah.” Sumi tersenyum, sambil sedikit memaksanya dengan menariknya bangkit dari sofa “Seharusnya kamu cocok untuk berolahraga, dengan begitu baik untuk dirimu dan juga baik untuk anak.”

Mendengarnya mengungkit masalah anak lagi, Pani mengangkat mata menatapnya sekilas, saat ia digiring ke pintu masuk untuk berganti sepatu, dengan tidak tahan lagi ia berkata “ Sumi , apakah kamu sungguh bersedia menerima anak ini? Maksudku adalah….apakah kamu menerimanya dengan tulus?”

Sumi sudah menukar sepatu, ia setengah menunduk di depan Pani , sebelah tangannya dengan lembut mengangkat tumitnya dan membantunya memakai sepatu satu persatu.

Pani menundukkan kepala melihatnya, dari sudut pandangnya ini membuat Sumi kelihatan sangat lembut dan perhatian.

Pani mengusap hidung dengan tangan, menatap dan berkata kepadanya “Kamu adalah orang yang hebat yang sangat dibanggakan. Bagaimana kamu bisa bertahan dengan masalah seperti ini.”

Sumi sudah selesai memakaikan sepatunya, ia berdiri dan menggandeng tangan Pani berjalan keluar “Kamu juga adalah kebanggaanku!”

Pani sedikit tercengang, lalu mengangkat kepala melihat ke arahnya, ada rasa tidak percaya yang tersirat dari matanya yang bersinar!

Sumi menggandeng Pani berjalan memasuki lift, saat pintu lift perlahan akan tertutup terdengar dia berkata “Bagaimana aku bisa bertahan dengan kehilanganmu?”

“……”

……

Sumi tidak membawa Pani pergi ke tempat yang jauh, ia hanya mengajaknya berjalan santai di area sekitar bawah gedung.

Saat ini, Sumi terus mengandengn tangan Pani dengan erat.

Tangan Pani terasa panas hingga berkeringat, ini adalah rasa hangat yang sudah lama tidak dirasakannya.

Akan tetapi Sumi tidak melepaskan tangannya dan dia juga tidak menolaknya.

Angin malam yang berhembus melewati dedaunan pohon dan meniup tubuh rasanya sangat menyegarkan.

Mereka berdua berjalan dengan perlahan dan sangat tenang.

“Istriku, sudah capekkan, sini kita duduk sejenak.”

Pani melihat tidak jauh di depan mereka terdapat kakek dan nenek tua yang sedang beristirahat dengan duduk di kursi samping.

Kakek tua sedang memegangi tali anjing kecil Bichon di tangannya, dan anjing kecil tersebut dengan tenang berada di samping kaki nenek tua, dengan kepala berbulunya yang gemuk dengan genit menggosok-gosok celana nenek tua.

Nenek tua tersenyum sambil menepuk-nepuk kakek tua untuk melihat Bichon kecil tersebut.

Kakek tua tertawa terbahak-bahak saat melihatnya, setelah itu ia mencium pipi nenek tua.

Nenek tua memukuli kakek tua, akan tetapi Pani melihat wajah nenek tua terlihat malu dan terdapat rasa bahagia yang besar.

Mereka berdua berjalan melewati sepasang suami istri yang sudah berumur tersebut.

Pani mendengar nenek tua berkata kepada kakek tua dengan suara pelan “Ingin makan ikan buatanmu.”

Apa yang dikatakan oleh kakek tua, Pani tidak mendengarnya namun dia mendengar kalau mereka berdua kembali tertawa.

Pani memakai tangannya yang satu lagi membelai perutnya dan mengangkat kepala menatap langit malam.

Dia melihat bintang-bintang di langit, kepalanya berpikir tentang hal-hal hangat dan manis yang ia temui dalam beberapa tahun ini, suasana hatinya dan orang yang pernah terbersit dalam hatinya!

Empat tahun telah berlalu.

Orang yang dipikirkannya hanya orang itu saja!

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Sumi menatapnya, sinar matanya terlihat begitu lembut bagai malam yang panjang ini.

“Tidak memikirkan apa-apa.” Pani berkata.

Sumi menatap air yang terdapat di sudut matanya, ia menggenggam erat tangannya dan menariknya lebih dekat lagi ke sampingnya, dengan kepala sedikit menunduk dan bibirnya menempel pada telinga Pani lalu berkata “Ingin makan ikan?”

Pani terkejut dan tertawa dengan tidak berdaya dan menyikunya.

Sumi tersenyum, menatap Pani dengan tatapan mendalam “Aku mengira kamu ingin makan ikan, besok aku sudah berencana untuk pergi membeli ikan segar dan membuatkanmu sup.”

Pani tersenyum dalam dia dan menatapnya “Kamu jangan berbangga hati.”

“Bangga apa?” Sumi mengangkat alisnya dengan suara kecil berkata “Kamu katakan saja langsung bahwa kamu sudah mengetahui kalau sup ayam yang kamu makan malam ini bukanlah buatanku!”

“….” Pani sedikit tercengang.

Sumi sedikit menyipitkan mata “Apakah kamu ingin bertanya bagaimana aku bisa mengetahuinya?”

Pani memegangi lehernya dan merasa canggung.

Sumi berkata “Saat aku pergi keluar untuk membeli makanan, kamu pasti sudah melihat hasil karyaku. Jadi saat aku menyuruhmu makan kamu mengatakan tidak lapar, sebenarnya kamu takut kalau aku memaksamu meminum sup buatanku, benarkan?”

Hasil karya?

Pani terbatuk, ia menegaskan kembali perkataan Sumi .

Sumi tertawa kecil, dia mencium telinga Pani yang tertutup rambut.

Pani gemetar, wajahnya memanas dan dia menundukkan kepalanya.

“Mengapa tidak membongkar kebohonganku?” Sumi bertanya kepadanya.

Bulu mata Pani berkedip dengan tidak alami, dengan suara kecil berkata “Aku tidak mempermalukanmu karena takut kamu merasa marah karena malu dan melakukan pembalasan terhadapku dengan memaksaku meminum sup ayam racun yang dibuat olehmu!”

Sup ayam racun?

Sumi sejenak merasa malu, bibir tipisnya sedikit mengerucut dan berkata “Kalau aku rela menyuruhmu untuk minum, apakah aku perlu pergi membelinya lagi?”

“Kamu membelinya lagi karena kamu takut malu! Kamu takut aku menertawaimu!” Pani berkata dengan memutar matanya.

“Kalau begitu apakah kamu ada menertawaiku dalam hati?” Sumi mendadak menyipitkan mata dengan pasti menatap ekspresi Pani dan tiba-tiba bertanya.

Wajah Pani bergetar, dengan cepat mengalihkan pandangannya “Aku, apakah aku orang yang begitu jahat? Menertawakan dan menyakiti orang lain, aku tidak akan melakukan hal seperti itu!”

Sumi menatapnya, dengan suara lembut berkata “Maaf.”

“….” Pani melihatnya dengan tidak mengerti.

“Awalnya ingin memasakkan sup untukmu, sayangnya aku harus mengakui kalau dalam hal memasak aku sungguh tidak punya kemampuan untuk itu dan malah memasak sepanci sup ayam gosong!” Sumi berkata dengan canggung.

Pani meremas tangannya yang satu lagi, matanya berkedip beberapa kali kemudian dengan tersenyum berkata “Setiap pekerjaan ada ahlinya! Apabila menyuruh seorang koki untuk melakukan pekerjaanmu sebagai pengacara, dia juga akan merasa dirinya tidak sehebat dirimu!”

“Kamu sedang menghiburku?” Sumi sedikit tercengang dan menatap Pani , kemudian berkata dengan rasa senang yang tidak terlihat.

Tangan Pani yang tadi menggenggam semakin erat, mulutnya tertutup rapat setelah itu sambil mengerutkan alis baru berkata “Aku tidak sedang menghibur siapa, apa yang aku katakan adalah kenyataan.”

Sumi berhenti dan dengan lembut menarik Pani ke dalam pelukannya, dagunya sedikit bertumpu pada rambut Pani , dalam suaranya tersembunyi rasa gembira “ Panpan , tidak peduli kamu mengakuinya atau tidak, aku menganggap kamu sedang menghiburku! Kamu tidak menolakku sebanyak yang kamu tunjukkan, tidak begitu sulit menerimaku! Aku sangat gembira.”

“Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan!” Pani mendorongnya, ia memutar badan dengan hati yang kacau berjalan ke arah pulang.

Pani berkata!

Dia berkata bahwa dirinya tidak bisa rukun dengannnya! Dia mengatakan kalau dia tidak bisa!

Sumi memang paling ahli dalam membuat hati orang menjadi bingung!

Dia adalah seekor rubah jantan tua!

Pani , kamu jangan tertipu olehnya! Jangan terus menjadi orang bodoh!

“ Panpan , menutupi dan menghindar adalah ungkapan dari rasa pedulimu terhadapku!”

“Hanya orang idiot yang peduli padamu!” Mata Pani memerah dan membalas perkataannya.

“He….”

“Apa yang kamu tertawakan!” Pani memarahinya sambil menutup mata.

Sumi mengejarnya dan memeluk pinggangnya dari belakang, menundukkan kepala dengan sedikit tertawa senang melihat wajah Pani yang gembung “ Panpan ….”

“Tutup mulut!”

“Aku mencintaimu!”

“….kamu pergi mati saja!”

“Walaupun sudah mati aku juga mencintaimu!”

“Apakah kamu tidak tahu malu!”

“Aku tidak memerlukan itu untuk mencintaimu.”

“ Sumi , apakah kamu kerasukan? Kulit mukamu begitu tebal! Sekarang apakah kamu tidak bisa melihat kalau aku tidak menyukaimu dan tidak terbiasa denganmu?”

“Aku sudah tahu!” Sumi menatap mata Pani yang memancarkan cahaya kilat dengan cepat “Aku dapat melihatnya, kamu sedang berusaha sekuat tenaga untuk menutupi perasaanmu padaku! Kamu menyembunyikan perasaanmu yang sebenarnya dengan sikap arogan dan brutalmu! Panpan , aku dapat merasakan bahwa ada aku di dalam hatimu!”

Pani berhenti di tempat, menghela napas dalam beberapa kali, memalingkan badan melihat Sumi , mengangkat kepala dan menatapnya “ Sumi , trik apa yang sedang kamu mainkan? Sejak pulang dari rumah sakit kamu seperti berubah menjadi orang lain! Apakah kamu sekarang berusaha untuk baik padaku sampai aku sudah terjebak lagi dan kemudian baru mencampakkanku dengan kejam, seperti menampar mukaku dengan keras untuk melakukan pembalasan terhadapku?”

Melihat mata Pani yang dingin dan tajam, Sumi merasa sakit hati, senyuman di wajahnya menghilang, ia menatap Pani dengan dalam dan berkata “ Panpan , aku baik kepadamu karena memang aku ingin baik padamu, ingin membuatmu berubah pikiran, juga untuk memperbaiki kesalahan yang aku lakukan dulu! Aku tidak ingin membalasmu, aku hanya ingin kamu berada di sisiku!”

“Kamu ingin, kamu ingin, semuanya hanya karena kamu ingin! Tetapi pernahkah kamu berpikir, apakah aku ingin kembali ke sisimu atau tidak?” Pani mengepal tangannya dengan erat berkata dengan geram.

Sumi melihat Pani yang sedang kesal, ia berkata “Aku tidak berani memikirkannya!”

Mata Pani terasa sedikit panas, wajahnya dingin tanpa ekspresi.

“Aku tidak berani memikirkannya!” Sumi mengulangi perkataannya.

Pani mengedipkan matanya dengan cepat, menarik napas dalam dan memutar badan untuk kembali berjalan.

Sumi menangkap lengannya, dari samping melihat sudut matanya yang basah, dengan suara serak berkata “Karena aku takut jawaban yang aku dapatkan adalah kamu sama sekali tidak ingin kembali ke sisiku! Kamu sama sekali tidak menginginkanku lagi!”

Sumi menarik Pani ke hadapannya, kedua tangannya memegangi bahunya dan langsung menatapi kedua matanya, dengan berat berkata “ Panpan , kamu pasti bisa melihat, pasti bisa melihat ketulusan hatiku padamu!”

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu