Hanya Kamu Hidupku - Bab 663 Kisah Manis Sumi Dan Pani 2

Pada sehari sebelum tahun baru.

Siera sedang menyiapkan hidangan malam tahun baru sejak jam dua siang. Pani, Lira dan Snow masih memiliki kesadaran dan ingin membantu Siera dan Mbok Yun, meskipun akhirnya juga diusir dari dapur.

Namun tiga tuan di keluarga Nulu, bukan, sekarang adalah empat tuan di keluarga Nulu, saat ini malahan sedang duduk di atas sofa dengan gaya santai, ada yang menonton pertandingan bola, ada yang membaca koran, ada yang bermain ponsel, tetapi sama sekali tidak ada yang berniat membantu di dapur.

Pada dulunya Pani tidak pernah menyadari hal tersebut, namun pada saat ini dia tiba-tiba sadar sendiri, sepertinya semua lelaki keturunan keluarga Nulu rata-rata memiliki cara pandang yang kuno.

Pani berpikir demikian dikarenakan tiga lelaki yang ada di keluarga Nulu tidak pernah mau memasak di dapur, dan juga sama seperti Sumi …..Baiklah, sebenarnya Sumi masih mendingan, namun Samoa dan Sumail bahkan juga tidak tahu cara memasak mie.

Sebenarnya tidak bermasalah juga meskipun tidak pandai memasak, namun sepertinya mereka telah memisahkan dapur sebagai kawasan yang berada di luar area pergerakan mereka, jelasnya merasa kejadian di dapur sama sekali tidak berhubungan dengan mereka.

Setelah berpikir demikian, Pani mengangkat alis dan mendapat ide, sehingga mengusulkan idenya secara tiba-tiba, “Sore ini kita juga tidak ada urusan, mendingan kita semua membungkus pangsit saja !”

Setelah mendengar suara Pani, tiga pria di keluarga Nulu hanya sekedar melirik Pani, setelah itu tetap duduk di sofa dan sibuk dengan urusan sendiri.

Pani sedikit geram dan tidak memedulikan keinginan mereka lagi, kemudian dia langsung ke dapur dan meluangkan tempat di atas meja, setelah itu dia berhasil menyiapkan isi pangsit meskipun Lira dan Siera terus menghalanginya, kemudian juga menyiapkan tepung dan meletakkannya ke atas meja.

“Menurutku mereka tidak akan ikut serta.” Lira melirik ke arah ruang tamu dan berkata.

Snow mengambil alat dan membuat kulit pangsit dengan gerakan lincah, “Bos Nulu mereka bukan orang yang mau masuk dapur, kak Pani, menurutku menyerah saja, kalau kamu mau makan pangsit, kita bertiga saja yang membungkusnya.”

“Apa serunya lagi kalau hanya kita yang buat.” Pani berkata, setelah itu beranjak ke arah ruang tamu.

Lira dan Snow diam-diam menatap Pani, dalam hatinya tidak percaya kalau Pani dapat menggoyahkan tiga pria tersebut.

Pani tiba di ruang tamu dan berdiri di hadapan Sumi.

Saat ini Sumi sedang menonton pertandingan bola, dikarenakan pemandangannya terhalang oleh Pani, sehingga dia sedikit mengangkat mata dan menatap Pani, “Kenapa ?”

Pani tersenyum kepadanya, lalu membungkuk pinggang dan memeluk lengan Sumi, “Paman Nulu, ayo kita bungkus pangsit bersama-sama !”

“Aku tidak pandai.” Sumi sama sekali tidak merasa ragu dan langsung menarik lengan sendiri, kemudian pindah ke tempat lain dan mengangkat kakinya, setelah itu lanjut menonton pertandingan.

Pani mengerut bibir dan menahan keinginannya untuk membalikkan bola mata, setelah itu dia berpindah lagi ke hadapan Sumi dan terus menatapnya, “Ini tahun baru yang kita rayakan bersama, kamu tega menolakku ?”

“Sumi, menurutku kamu pergi saja. Benar juga kata Pani, ini tahun baru pertama yang kita rayakan bersama dia, maknanya luar biasa. Dia meminta kamu membungkus pangsit bersamanya, tidak keterlaluan juga.” Samoa mengenakan kacamata berbingkai tipis dan terus menatap koran di tangannya, kemudian berkata dengan perlahan-lahan.

“Ayah, bukan hanya Sumi yang harus bungkus bersama kami, ayah juga harus.” Pani menatap ke arah Samoa dengan tatapan jernih, kemudian berkata.

Wajah Samoa sedikit kejang dan melambaikan tangannya, setelah itu hanya tersenyum palsu dan sama sekali tidak mau mengalah.

Pani sedikit memejamkan mata dan menatap ke arah Sumail. Sumail bahkan langsung memutarkan posisi tubuhnya dan membelakangi Pani.

Pani geram sekali.

Bukannya hanya sekedar membungkus pangsit ya ? Mereka mesti bereaksi seperti ini ya ?

Pangsitnya juga tidak bakal menerkam mereka !

Pani mengerut bibir dan menatap Sumi yang memindahkan posisinya lagi, kemudian mencibir bibir dan berkata, “Paman Nulu, hari ini malam tahun baru, tahun baru pertama yang kita rayakan bersama, kamu mau membuatku meninggalkan penyesalan di hari ini ya ?”

Sumi menatap Pani yang terus menatap dirinya, sehingga berusaha menahan senyuman dan berkata, “Kalau bungkus pangsit bersamamu, kamu tidak akan meninggalkan penyesalan ya ?”

“Iya.” Pani berkata dengan serius, “Harapan pertamaku di tahun ini adalah kita sekeluarga dapat bungkus pangsit bersama-sama.”

Kita sekeluarga ?

Sumi melirik Samoa dan Sumail yang juga sedang menatap Pani, sehingga mengangkat mata dan bertanya, “Benaran berharap kami dapat membungkus pangsit bersamamu ?”

“Kamu lihat reaksiku sekarang, mirip bercanda ya ?” Pani juga hebat melihat keadaan, ketika melihat sikap Sumi yang mulai mengalah, dia langsung menarik lengannya dan berkata dengan nada lembut.

Sudut bibir Sumi menarik sebuah lengkungan, kemudian melirik ke arah Samoa dan Sumail, setelah itu mengeluh nafas dan berkata, “Kelihatannya aku tidak akan dapat meloloskan diri lagi.”

Pani mendengar demikian langsung mengerti kalau Sumi telah menyetujui permintaannya, sehingga langsung menatap dua pria lainnya dengan mata yang berbinar dan penuh harapan, “Ayah, abang, setuju saja setuju saja, boleh ?”

Samoa dan Sumail saling bertatapan, kemudian tersenyum tidak berdaya.

Selain menyetujui permintaan Pani, mereka masih ada pilihan lain ? !

……

“Ayah, ayah barusan masih bilang tidak pandai membungkus pangsit, ayah lihat saja, ini bagus sekali hasilnya, hampir saja sebanding pangsit yang dibungkus ibu.” Pani duduk di atas kursi, lalu mengulur leher dan melirik pangsit yang dibungkus oleh Samoa.

Jelas sekali, dia berkata demikian hanya ingin menyemangati Samoa.

Sumail dan Sumi yang mendengar demikian, langsung melirik ke hasil kerja Samoa dan Siera, setelah itu abang beradik ini sama-sama memberikan sebuah tatapan ‘kamu serius ?’ kepada Pani.

Pani tersenyum dan menatap hasil Sumail, kemudian juga berkata, “Abang juga hebat membungkus.”

“Apanya yang bagus ? Di mana ? Isinya saja hampir mengoyak kulit pangsitnya !” Lira mengambil pangsit yang dibungkus oleh Sumail dengan reaksi meremehkan dan langsung menyindir dengan tanpa ampun.

“Haha.” Samoa tertawa terbahak-bahak, lalu menunjuk pangsit yang dipuji oleh Pani pada barusan dan berkata dengan gaya sombong, “Sumail, kamu harus banyak belajar dengan ayah.”

Sumail menatap Lira dengan tampang kasihan, “Kamu berani bilang hasil kerjaku lebih jelek dari ayah ?”

“Dasar, kamu bilang apa ? Sikapmu sekarang sudah terlalu percaya diri ! “ Samoa hanya beranggapan bahwa Sumail sedang iri dengan dirinya, sehingga bahkan menggelengkan kepala ketika berbicara.

Sumail berusaha menahan keinginannya untuk meletakkan pangsit yang dibungkus oleh Siera ke samping pangsit Samoa, agar Samoa dapat melihat sendiri bagaimana hasil perbandingannya dan mengakui kenyataan yang ada !

Lira melihat suaminya yang sudah tidak senang, sehingga langsung meletakkan kulit pangsit yang baru ke dalam telapak tangan Sumail, “Sayang, kamu bungkus model botol saja, hasilnya pasti bagus.”

“Model botol ?” Sumail menatap Lira dengan tatapan aneh, “Pangsit juga boleh berbentuk botol ?”

“Tentu saja boleh, pangsit mempunyai banyak cara bungkusnya. Ini, aku mengajari kamu.” Lira duduk di samping Sumail dan mengajari dengan tampang serius.

Sumail melirik satu sisi wajah Lira dengan tatapan lembut, kemudian menarik sudut bibir dan belajar bersamanya.

Sejenak kemudian Lira meletakkan pangsit dirinya dan Sumail ke piring yang sama, awalnya dia sudah bertekad hati, tidak peduli bagaimana hasil pangsit yang dibungkus oleh Sumail, dia tetap saja akan memujinya.

Namun setelah melihat hasilnya, Lira menyadari bahwa dirinya benar-benar tidak sanggup melontarkan kata pujian.

Oleh sebab itu Lira menarik nafas dan berkata, “Sudahlah. Aku mengajari kamu cara yang lain lagi. Mungkin saja itulah keahlianmu.”

Sumail, “….”

Samoa tertawa terbahak-bahak setelah mendengar demikian, kemudian memperlihatkan pangsit dirinya kepada Siera bagaikan sedang meminta pujian.

Siera hampir saja tertawa terbahak-bahak setelah melihatnya.

Setelah melihat Pani yang telah memuji Samoa dan Sumail, Sumi merasa selanjutnya Pani akan memuji dirinya, sehingga membungkus sebuah pangsit dengan serius dan menatap Pani, jelasnya sedang menanti pujian dari Pani !

Namun Pani hanya sekedar tersenyum kepadanya, kemudian langsung meletakkan pangsit tersebut ke dalam keranjang, setelah itu tidak ada sambungannya lagi.

Sumi mengerut bibir dan berkata dengan nada rendah, “Bagaimana pangsit yang aku bungkus ?”

“Pertama kalinya bisa membungkus seperti ini, sudah sangat lumayan.” Pani mengkritik dengan serius.

Sumi, “…..”

“Yiayia …..”

Saat ini Lian sedang berada di dalam kereta bayi dan terus menangkap baju Pani, reaksi wajahnya seolah-olah juga ingin mencoba.

Pani memiringkan kepala dan menatap anaknya, tangannya yang sudah mengoles tepung sedang menyentuh ringan pada dahi Lian, sehingga meninggalkan bekas berbentuk bulat yang berwarna putih.

Lian mengerut alis, matanya yang bulat dan indah terus melotot Pani, “Papa ….”

Suara Lian sangat ringan, sehingga Pani tidak mendengarnya, setelah melihat tepung yang berada di dahi Lian, Pani tiba-tiba berniat bermain dan langsung menggambarkan sebaris titik bulat pada dahi Lian.

“Aduh, hahaha ….” Siera yang melihatnya juga merasa seru, sehingga melotot Lian dan terus tertawa.

Sementara Samoa dan lainnya juga melihat hasil kerja Pani, sehingga juga ikut tertawa terbahak-bahak.

Pada waktu seketika, seluruh ruang makan penuh dengan suara kegembiraan, kesannya sangat senang dan harmonis.

Sedangkan Sumi yang tidak mendapatkan pujian dari Pani juga berniat balas dendam, pada saat mengalihkan perhatian dari wajah Lian, dia langsung berdiri dari tempatnya, kemudian membuka telapak tangan dan langsung mengecap ke dahi Pani.

Suara kegembiraan di ruang makan berhenti seketika, semua orang terus menatap Sumi dan juga Pani yang sudah kaku terbengong.

Tepung terus bertebaran dari telapak tangan Sumi yang sedang menempel di dahi Pani …..

“Sumi Nulu, habislah kamu !”

Pani meledak seketika, dia mengambil tepung dan langsung menghambur ke wajah Sumi.

Sumi tertawa gembira, pada saat ini, lelaki tua berumur tiga puluhan malahan seperti pria muda yang ceria, setelah itu Sumi membalikkan badan dan langsung berlari.

Pani sangat geram dan mengambil tepung, kemudian terus mengejar di belakang Sumi !

“Pani, tenang, tenang ….”

“Aku tidak bisa tenang. Kecuali kamu membiarkan aku mengoleskan tepung di wajahmu !”

“Haha ….Tidak mungkin !”

“Kalau begitu siap-siap saja !”

“Haha ….”

Samoa dan beberapa orang lainnya berdiri di ruang makan dan menatap pasangan kecil yang saling berkejaran, mata masing-masing terpenuhi dengan tatapan gembira.

Sepertinya mereka sudah mengerti, mengapa Pani begitu nekat dalam masalah membungkus pangsit bersama-sama.

Mungkin saja, seperti inilah kebahagiaan dari sekeluarga yang berkumpul bersama !

“Papa, Papa, Papa …..”

Pada saat ini Sumi dan Pani masih saling mengejar.

Sepertinya suasana kesenangan ini juga memancing keinginan Lian untuk ikut serta, sehingga Lian tiba-tiba bangun dari kereta bayi, kedua tangannya yang gendut terus menepuk kereta bayi dengan gerakan kuat, kedua matanya yang bulat dan hitam terus menatap ke arah ruang tamu, mulutnya terus mengucapkan kata 'papa'.

Suara budak kecil tersebut semakin kuat, dan juga semakin jernih.

Oleh sebab itu Samoa dan beberapa orang lainnya juga mendengar kata tersebut.

Semua orang langsung mengalihkan perhatiannya dari tubuh Sumi dan Pani, kemudian melekat pada tubuh budak kecil, wajah semua orang sama-sama memperlihatkan reaksi kaget.

“Papa, papa, papa …..”

Budak kecil terus mengulangi kata tersebut dengan semangat.

Siera sangat kaget dan menutup mulut sendiri, kemudian menoleh ke arah Sumi dan Pani yang masih sedang bermain, “Sumi, Pani, kalian cepat kemari !”

Setelah mendengar demikian, Pani yang sudah lelah berlari membuat isyarat tangan berhenti sementara kepada Sumi, setelah itu mereka berdua berjalan ke ruang makan.

“Ibu, kenapa ?” Pani bertanya.

“Barusan Lian memanggil papa.” Siera menatap Sumi dengan tampang antusias, “Budak kecil sudah bisa memanggil papa !”

“……”

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu