Hanya Kamu Hidupku - Bab 305 Kamu Kembali Saja Sudah Cukup

Louis tertegun.

Rosa tidak melanjutkan pembicaraannya lagi dan hanya meminum buburnya.

Melihat sikapnya yang seperti itu, sepertinya ada kesedihan di dalamnya.

Louis mengerutkan bibirnya. Ketika Rosa selesai meminum buburnya dan meletakkan mangkuknya, dia memegang tangan Rosa dan berkata : “ Rosa, apakah kamu masih belum bertemu dengan William dalam dua hari ini? ”

Rosa mengerutkan keningnya, lalu menatap Louis dan menggelengkan kepalanya.

Melihat ini, Louis mengerutkan keningnya dan berkata : “ Apakah William sesibuk itu? ”

“ Bibi, Kak William tidak sibuk. ” Rosa tersenyum pahit dan berkata : “ Tetapi selalu ada Ellen di dalam hati Kak William, jadi Kak William tidak pernah menganggapku. ”

“ Tetapi Ellen sudah meninggal sejak empat tahun yang lalu. Dia tidak boleh karena Ellen yang sudah tiada menjadi tidak ingin menikah dan memiliki anak lagi. ” Louis terlihat suram, lalu dia menggelengkan kepala dan berkata : “ Beberapa tahun ini, William telah berubah karena Ellen. ”

“ Bibi, Kak William seperti ini karena dia ingin membuktikan bahwa dia adalah pria yang penuh cinta dan setia. Karena itulah aku sangat menyukainya. ” Rosa berkata sambil tersenyum.

“ Kamu sudah menderita dan masih saja membelanya. Bibi benar-benar merasa bersalah padamu. ” Louis menghela nafas dan menepuk tangan Rosa dengan lembut.

Rosa menurunkan pandangannya dan berkata : “ Semalam aku pergi berkumpul dengan teman-teman lamaku dan melihat bahwa beberapa dari mereka datang membawa keluarga mereka. Aku sangat iri pada mereka. ”

Setelah selesai berbicara, Rosa menatap Louis dengan gembira dan berkata : “ Bibi, kamu tidak melihat bahwa semua anak-anak itu sangat lucu. Ketika mereka tersenyum padaku, aku merasa sangat senang. Pada saat itu aku berpikir, jika Kak William memiliki anak, pasti akan lebih lucu daripada mereka. ”

“... ” Setelah mendengarkan perkataannya, Louis tertegun sejenak, lalu menatap Rosa dengan tatapan yang berbinar.

Rosa sepertinya tidak menyadari perbedaan Louis, lalu dia melanjutkan pembicaraannya dengan nada gembira : “ Ketika aku melihat anak-anak itu, aku ingin segera memiliki anak. ”

Louis menegakkan badannya dan menatap Rosa.

Rosa tersenyum sebentar dan kemudian baru memandang Louis.

Melihat Louis menatapnya tanpa berkedip, senyum di wajah Rosa menjadi kaku dan berkata : “ Bibi... ”

“ Kamu bisa memilikinya. ” Louis menatap Rosa dan berkata dengan lembut.

“ Ha? ” Rosa terheran. Lalu dia tersenyum kaku dan berkata : “ Bibi, apa maksudmu? Bagaimana aku bisa memilikinya? ”

Louis tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Rosa.

Melihat situasi ini, Rosa tertegun.

.....

Majalah Yuk Gosip. Sebelumnya, Ellen pernah bekerja di Majalah W selama hampir tiga tahun dan dia sangat mengerti tentang pekerjaan penyuntingan. Tetapi bagaimanapun, mereka adalah majalah yang berbeda dengan manajemen dan sistem yang berbeda.

Setelah Ellen melewati formalitas masuk kerja di pagi hari, dia pun mempelajari struktur internal dan pembuatan majalah, serta penyerahan pekerjaan dengan mantan editor.

Pada pukul lima lewat empat puluh sore, Ellen telah memahami hal-hal ini dengan baik, dan juga telah menyerahkan karya mantan editor. Karena ini adalah hari pertama dia kerja, jadi dia tidak diberikan pekerjaan khusus dan hanya duduk di posisinya untuk menelusuri situs majalah sambil menunggu waktu pulang kerja.

Lima menit sebelum jam pulang kerja, Ellen melihat staf lain sudah mulai berkemas dan bersiap untuk pulang. Mereka juga memasukkan ponsel mereka dan hal-hal lain ke dalam tas. Ketika waktu menunjukkan jam enam, mereka pun keluar.

Tetapi disaat ini, Wakil Pemimpin Editor Zaenab tiba-tiba keluar dari ruangannya, lalu berdiri di depan pintu dan memanggil Ellen untuk masuk ke ruangannya.

Ketika Zaenab memanggilnya, seluruh rekan kerja menatapnya, dan tatapan dan ekspresi mereka semua sama, yaitu kebingungan.

Ellen juga bingung, tetapi dia pun masuk ke ruangan Wakil Pemimpin Editor tanpa ragu.

Ketika dia memasuki ruangan, pintu pun belum ditutup.

Tiba-tiba terdengar suara Zaenab dari belakangnya : “ Tidak perlu tutup pintu, aku hanya akan mengatakan beberapa kalimat. ”

Ketika Ellen melihat rekan kerjanya yang berada di luar, mereka juga menatapnya kembali. Dia pun menghela nafas dan tidak menutup pintunya lagi. Lalu berjalan ke depan meja Zaenab, menatapnya dan berkata : “ Katakanlah, Wakil Pemimpin Editor. ”

Zaenab duduk di kursi putar dengan tangan melipat, memandang Ellen dengan dagu sedikit terangkat dan berkata : “ Dengar-dengar, Nona Nie pernah melakukan wawancara eksklusif dengan Sutradara Samir Moral, yang sebelumnya telah mengumumkan di depan umum bahwa dia tidak akan menerima wawancara Majalah W. Dan ini membuat orang-orang mengagumi Nona Nie. ”

Ellen memandangnya dan tidak berbicara.

Zaenab mengangkat alisnya dan berkata : “ Nona Nie baru saja datang dan masih dalam tahap adaptasi. Tetapi aku khawatir bahwa dalam beberapa hari ini Nona Nie sudah akan mulai sibuk. ”

Ellen mengerutkan keningnya dan berkata : “ Apa maksud Wakil Pemimpin Editor? ”

“ Kamu tidak perlu mengerti apa maksudku. Aku hanya ingin memberitahumu agar kamu siap. ”

Tiba-tiba, Zaenab menatap Ellen dengan tatapan dingin.

Ellen menyipitkan matanya.

Jadi sekarang, apakah dia telah menyinggung wakil pemimpin editornya pada hari pertamanya kerja? ”

“ Hanya itu yang ingin aku katakan. ” Zaenab menatap Ellen dan berkata : “ Nona Nie, jaga dirimu baik-baik. ”

“ Aku akan mengingat instruksi Wakil Pemimpin Editor. ” Ellen tersenyum, lalu berbalik dan berjalan menuju pintu.

“ Posisi Wakil Pemimpin Editor yang aku duduki sekarang adalah langkah demi langkah kerja kerasku. Harus dikatakan bahwa anak muda zaman sekarang terbiasa dengan oportunisme dan jalan yang salah, yang tidak bisa dihentikan. ”

Ellen berjalan keluar seolah-olah tidak mendengarnya.

Tetapi Ellen juga menyadari bahwa ketika dia keluar dari ruang Wakil Pemimpin Editor, para rekan kerjanya menatapnya dengan cermat dan sedikit tatapan penghinaan.

Ellen berjalan ke posisinya dan melihat jam alarm di mejanya, jam sudah menunjukkan jam enam lewat.

Teringat janji dengan Hansen, Ellen pun langsung mengambil tasnya, lalu mengangguk pada rekan-rekan kerjanya yang masih memandangnya dan membuka pintu dan kemudian langsung meninggalkan kantor majalah.

Ketika Ellen pergi, semua rekan kerjanya langsung berkumpul.

.....

Ellen berjalan keluar dari gedung kantornya, lalu melihat ke kanan kiri untuk mencari dan menghentikan taksi di pinggir jalan dan kemudian langsung pergi ke Mall Taman Bunga.

Di tengah perjalanan, Ellen menelepon ke villa dan mengetahui bahwa Tino dan Nino telah dijemput oleh Pak Suno.

Dan Darmi juga memberitahunya bahwa William belum pulang dan mungkin dia sedang ada acara makan malam.

Setelah menutup telepon, Ellen mengirimkan pesan kepada William : Ada acara makan malam?

William dengan cepat membalas : Iya.

Mata Ellen langsung berbinar, dan dia berpikir bahwa itu bagus sehingga dia tidak perlu berusaha untuk menemukan alasan untuk menyembunyikan darinya.

Ellen membalasnya “ Baiklah ”, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Dalam dua puluh menit, taksi pun tiba di Mall Taman Bunga. Ellen segera memberikan ongkos taksi yang sudah disiapkannya kepada supir taksi, lalu mengambil tasnya, turun dari mobil dan berjalan ke Mall Taman Bunga.

Pada saat ini, Mall Taman Bunga sangat ramai dan seluruh taman dipenuhi dengan suara musik.

Ellen melewati kerumunan dan langsung pergi ke bangku dimana Hansen sering duduk, tetapi dia tidak melihat Hansen disana.

Ellen sedikit kebingungan.

Apakah dia telah menunggu terlalu lama dan mengira bahwa dirinya tidak akan datang, sehingga dia pun pergi?

“ Ellen... ”

Terdengar suara seorang pria tua dari belakang.

Ellen berbalik.

Dan dia melihat Hansen sedang berdiri memegang tongkat dan menatapnya dengan tatapan berbinar dari jarak lima atau enam langkah dari posisinya.

Ellen merasa lega dan tanpa ragu langsung berjalan cepat dan memegang lengan Hansen. Pada saat itu, air mata Ellen langsung menetes.

“ Aku kira kamu sudah pergi. ” Ellen merengek.

Hansen meraih tangan Ellen yang berada di lengannya dan matanya memerah. Lalu dia melihat ke sekeliling dan berkata kepada Ellen : “ Ayo pergi ke tempat yang tenang dengan kakek. ”

Ellen meneteskan air matanya dan mengangguk.

.....

Hansen membawa Ellen ke restoran seafood, memesankannya sepiring udang dan mengupaskan untuknya.

Mata Ellen bengkak, lalu dia makan sambil tersenyum dan berkata : “ Enak. ”

“ Sejak kecil, kamu selalu menyukai udang dan seafood. Pasti kamu hidup di laut pada kehidupan lampaumu, mungkin adalah seorang putri duyung. ” Hansen tersenyum.

“ Haha. Perkataanmu membuatku tidak berani makan lagi. Jika pada kehidupan lampau aku adalah seorang putri duyung, maka sekarang aku sedang makan sesuatu yang sejenis denganku. ” Ellen mengedipkan matanya.

Hansen tertawa dan meletakkan udang yang telah dikupas di piring Ellen dan berkata : “ Makanlah lebih banyak, kamu sudah terlihat kurus. ”

Ellen menatap Hansen.

Sebenarnya bukan dirinya yang kurus, melainkan Hansen.

Dulu, Hansen memiliki perut yang besar. Jadi, ketika dia mengenakan pakaian tradisional, terlihat sangat pas.

Tetapi sekarang, pakaiannya terlihat longgar.

Dan sekarang dia tidak setinggi sebelumnya karena sudah sedikit membungkuk. Meskipun masih terlihat bersemangat, tetapi tidak dapat dibandingkan dengan sebelumnya.

Ellen tiba-tiba merasa udang yang ada di mulutnya terasa pahit.

Ellen mengerutkan bibirnya, lalu mengambil kepiting dan menaruhnya di piring. Dia menggunakan alat untuk mengeluarkan daging kepiting, lalu menaruh cangkang kepiting di meja dan kemudian meletakkan piring yang berisi kepiting itu di depan Hansen dan berkata : “ Kakek, kamu juga makan. ”

Hansen menatap Ellen dan tahu apa yang sedang dipikirkannya sekarang, tetapi dia pura-pura tidak melihatnya. Lalu dia tersenyum dan berkata : “ Kakek tidak lapar. ”

Ellen menunduk dan bertanya : “ Bagaimana mungkin tidak lapar? ”

Hansen tersenyum, lalu mengupaskan udang untuk Ellen.

Ellen melihat piringnya semakin dipenuhi dengan udang. Matanya terasa bengkak dan sakit, dan ingin menangis melihat situasi ini.

Tiba-tiba.

Ellen meletakkan sumpitnya, lalu bangkit dan berlutut pada Hansen.

Hansen terkejut, lalu dia bergegas melepaskan sarung tangannya dan meraih lengan Ellen untuk membantunya berdiri, dan kemudian berkata : “ Apa yang kamu lakukan? Dasar anak bodoh, ayo bangun, bangun! ”

Ellen menggelengkan kepalanya, lalu memegang kedua tangan Hansen, menatapnya dan berkata : “ Ellen tidak berbakti, maafkan aku kek. ”

Mata Hansen memerah dan dia menggelengkan kepalanya.

“ Ellen telah mengecewakan kakek. Ellen bukanlah anak yang baik. Ellen telah membuat kakek sedih begitu lama. Maaf kakek, aku benar-benar minta maaf. ” Ellen memegang tangan Hansen dengan erat dan menatapnya dengan mata yang dipenuhi air mata.

“ Kamu kembali saja sudah cukup! ”

Hansen gemetaran ketika dia berbicara dan air mata pun mengalir.

Novel Terkait

Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu