Hanya Kamu Hidupku - Bab 118 Hamil!

SMA Weiran, di kantin.

Ellen dan Pani membawa kotak makan mereka dan mencari tempat untuk makan.

Pani melihat daging ikan dalam kotak makannya, lalu melihat kotak makan Ellen yang berisi sayuran, merasa agak kacau.

Ia mengigit sumpitnya, Pani melihat Ellen dengan heran, “Ellen, belakangan ini kamu sedang diet?”

“Tidak.” Ellen menatapnya heran sambil berkata.

“Terus kenapa kamu tiap hari makan rumput.” Pani berkata sambil menunjuk sayuran di kotak makan Ellen.

Rumput?

Ellen terkekeh, “Ini tuh sayuran hijau, ok?”

“Bukankah sama saja dengan rumput?” Pani berkata.

Ellen berkeringat.

“Minggu depan aka nada ulangan bulanan, kamu makan seperti ini setiap hari, apakah cukup gizi?” Pani berkata sambil memberikan ikannya untuk Ellen, Ellen melihat ikan dalam kotak makannya, langsung mengkerutkan alisnya, agak merasa mual.

“Pani, kamu saja yang makan.” Ellen berkata sambil mengkerutkan wajahnya.

“Rasanya lumayan, kamu cicipi dulu.” Pani mengambil sedikit daging ikan dan menyodorkannya ke depan mulut Ellen, lalu berkata padanya.

Ellen menggeleng, “Tidak bisa, begitu aku mencium bau ini langsung ingin muntah.”

Ingin muntah?

Pani menatapnya, “Jangan-jangan karena belakangan ini kamu terlalu stress belajar makanya jadi menolak makanan?”

“Please deeeeh.” Ellen dibuat tertawa olehnya, “Ketika aku makan banyak kamu tidak lihat saja.”

“Banyak makan rumput maksudmu?” Pani berkata sambil menunjuk sayur di kotak makan Ellen.

“Bukan lah. Pagi hari aku bisa makan 3 bakpao sayur, dua mangkuk bubur labu kuning, ditambah sebuah apel juga sebuah pir. Malamnya juga bisa menghabiskan dua piring nasi. Hanya saja entah mengapa, sekarang jadi tidak suka makan ikan, selalu merasa baunya terlalu amis, tidak tahan dengan baunya.” Ellen berkata.

Pani dibuat terkejut oleh Ellen.

Pagi makan tiga bakpao, dua mangkuk bubur, juga makan apel dan pir….. perut kecilnya itu apa mungkin muat untuk itu semua?

“Baiklah, kamu menang.” Pani berkata.

Ellen tersenyum, lalu mengembalikan ikan di kotak makannya ke dalam kotak makan Pani, “Kamu saja yang makan.”

Pani juga tidak memaksa Ellen makan.

Setelah selesai makan dikantin, mereka kembali ke kelas.

Jam istirahat siang 3 jam, namun kebanyakan anak kelas 3 hanya tidur sebentar lalu lanjut belajar.

Pani bangun, lalu pergi ke toilet untuk mencuci wajahnya, melihat Ellen yang biasanya tidak bisa tidur kali ini malah tertidur begitu pulas.

Ia berpikir mungkin karena belakangan ini ia terlalu lelah, Pani juga tidak berpikir terlalu jauh, ia berencana menunggu sampai Ellen tidur setengah jam baru membangunkannya.

Setelah setengah jam, Pani melihat Ellen tertidur begitu pulas, sebenarnya merasa tidak tega membangunkannya, namun kalau tidak membangunkannya, nanti saat Ellen bangun dan menyadari ‘masa indahnya’ digunakan untuk tidur, kemungkinan dia akan stress berat.

Sehingga meskipun tidak tega, Pani tetap mengulurkan tangannya dan mendorong-dorong lengan Ellen, berkata dengan suara pelan, “Ellen, bangun.”

“Hm.” Ellen menjawab dengan rasa kantuk yang berat, dia mencoba untuk mengangkat kepalanya, namun sudah dia coba berkali-kali, Ellen tetap lanjut tidur sambil tengkurap diatas meja.

Pani, “….”

Ia menatap Ellen sesaat, ini sama sekali tidak seperti dirinya!

Ellen merupakan orang yang memiliki kecerdasan tinggi juga sangat berdedikasi tinggi, dia tidak mungkin membiarkan dirinya tidur dikondisi pelajaran yang begitu genting seperti ini.

Jangan-jangan dia tidak enak badan?

pani tersentak, langsung mengulurkan tangannya memegang kening Ellen, ia mengkerutkan alis, tidak demam.

“Ellen, Ellen……” Pani membangunkannya.

“Hm?” Ellen tidak kuasa membuka mata, hanya menjawab sambil memejamkan mata.

Pani tersenyum, “Sudah boleh bangun. Ini sudah hampir jam 1.30.”

“1.30?” Ellen terlihat begiu lelah, ia mengkerutkan alis sambil membuka mata, menatap Pani dengan wajah yang sangat mengantuk.

Pani mengangguk, lalu mengulurkan tangan mengelus kening Ellen, “Kamu tidak apa? Apakah kamu akhir-akhir ini belajar sampai larut malam?”

Memastikan Ellen tidak demam, Pani menarik kembali tangannya, bertanya pada Ellen yang mengangkat kepalanya dengan perlahan.

Ellen menghela, mengulurkan tangan mengelus wajah, “Tidak, aku selalu tidaur sebelum jam 11 malam.”

Pani tidak tahu harus mengatakan apa enaknya.

Ellen mengambil botol minum yang berada diatas meja dan meminum air didalamnya, bangun lalu keluar dari kelas menuju ke toilet untuk mencuci wajah.

Ketika Pani melihat Ellen berjalan keluar dari kelas, tiba-tiba ada sebuah pikiran yang muncul di benaknya.

……

Beberapa hari berikutnya, Pani memperhatikan Ellen menjadi begitu suka tidur, meskipun jam istirahat hanya tersisa 10 menit pun ia tetap tengkurap diatas meja dan tidur, kadang malah tertidur sampai begitu pulas.

Dan sekujur tubuhnya terlihat begitu lemas, terlihat seperti 3 hari tidak makan dan istirahat saja, ketika ke kantin di jam makan siang, ia memberikannya sepotong daginga angsio, dia malah tiba-tiba berlari masuk ke toilet dan muntah disana.

Pani merasa kondisi Ellen sangat tidak normal, sehingga ketika Ellen ke toilet, ia segera mengeluarkan ponsel untuk bertanya di website tanya jawab.

“Aku punya seorang teman, akhir-akhir ini suka sekali tidur, sepanjang hari lemas tidak bertenaga, ketika mencium aroma daging juga bisa muntah, apakah ini normal?”

Pani mengetik satu kalimat di kolom pencarian, lalu mengklik hasil pencarian.

Hasil pencarian yang pertama kali Pani klik adalah yang paling atas.

“Wanita yang suka tidur, tidak bersemangat, bahkan tidak tahan mencium aroma daging, sangat mungkin hamil, sebaiknya pergi ke rumah sakit untuk memastikannya.”

“Seharusnya hamil.”

“Hamil, pasti!”

“…..”

Pani membuka berbagai macam hasil yang muncul, hampir di setiap jawaban ada tulisan ‘hamil’!

punggung Pani terasa dingin, sangat shock!

Ellen dia, jangan-jangan benar hamil?!

……

Setelah Ellen selesai muntah, melihat Pani yang wajahnya menjadi pucat, duduk membatu seorang diri di tempat duduk, begitu melihatnya datang, matanya langsung menatapanya begitu lekat, bahkan bergerak pun tidak.

Ellen tersenyum, lalu mengibaskan tangannya didepan wajah Pani.

Ellen sudah seperti itu, namun bola mata Pani tetap tidak bergeming.

“…… Pani, kamu tidak apa-apa?” Ellen tercengang.

Pani menggeleng, bibirnya bergerak sedikit namun tidak ada satu kata pun yang diucapkannya.

Ellen merasa heran, “Kamu kenapa? Kenapa wajahmu terlihat begitu buruk?”

Pani menarik nafas dalam, “Aku tidak apa. Makan!”

Setelah Pani mengatakannya, ia langsung menundukkan wajahnya, lalu mulai makan.

Ellen, “…. Kesambet apa ini manusia?”

……

Setelah keduanya selesai makan siang langsung keluar, berjalan menyusuri lorong kecil disekolah, ketika melewati kios makanan kecil, tiba-tiba Pani melepaskan tangan Ellen, berkata : “Aku pergi beli sesuatu.”

“Sana, aku tunggu.” Ellen menatap Pani dengan heran, ia merasa hari ini dia tidak seperti biasanya, terlihat seperti ada beban pikiran, terkadang juga begitu aneh, apa yang terjadi pada anak ini?

pani berlari dengan cepat ke kios penjual, lalu segera membeli dua kotak susu segar, memberikan satu pada Ellen.

Ellen melirik susu, Aku tidak ingin minum, kamu simpan saja.”

“……” Pani menatap Ellen lurus, “Kamu, kamu pegang saja, ini aku beli untukmu, kalau kamu tidak terima berarti kamu tidak menganggapku.”

Ellen, “……..”

“Bukan, Pani, kamu kenapa hari ini?” Ellen menatapnya dengan khawatir, merasa sangat aneh mendengar dia berkata demikian.

Tidak menganggapnya? Bagaimana mungkin?! Dia adalah teman satu-satunya!

“Aduh, kamu pegang aja!” Pani sedikit memaksa, langsung menyodorkan susu itu ke tangan Ellen.

Ellen mengetatkan bibirnya, memegangnya.

Pani meliriknya, lalu menusukkan sedotannya lalu meminumnya, “Kamu, kamu minum dong.”

Ellen, “…”

Ia sungguh khawatir ia akan mengatakan hal yang mengatakan dia tidak menganggapnya atau semacamnya lagi, meskipun lambung Ellen terasa tidak nyaman, namun ia tetap membuka sedotan dan meminumnya.

Lalu, benar saja, baru minum satu teguk, Ellen langsung memegang dadanya dan ebrlari kearah tong sampah terdekat dan memuntahkannya.

Pani yang melihat Ellen seperti itu langsung tercengang dan membatu disana, sampai-sampai lupa untuk memapah Ellen.

Setelah sesaat, Pani mengerjapkan mata, berjalan kearah Ellen, melihatnya muntah sampai begitu menderita, membuatnya merasa begitu menyesal memaksanya meminum susu segar itu.

Ia mengkerutkan alisnya dengan penuh penyesalan, Pani mengangkat tangannya dan mengelus lembut punggung Ellen.

Setelah Ellen muntah sebentar, ia langsung bangkit, lalu menatap Pani dengan lemah, wajahnya pucat pasi, “Pani, aku sungguh tidak ingin minum.”

Mata Pani terasa perih, merasa sangat bersalah, “Maaf ya Ellen, tadi salahku.”

Ellen menarik nafas dan menggenggam tangannya, “Tidak apa, kamu adalah teman baikku, juga temanku satu-satunya.”

Pani tiba-tiba mengangkat tangannya dan menampar wajahnya sendiri.

Ellen terkejut, langsung memegang tangannya, “Kamu, kamu sedang apa? Sudah gila ya!”

“Tidak apa!”Pani mengulurkan tangan dan merangkul lengan Ellen, mengambil susu ditangannya, lalu membuangnya ke tong sampah, susunya juga ia buang.

Ellen melihat dua kotak susu yang dibuang ke dalam tong sampah, wajahnya dipenuhi rasa heran, “Pani, apakah ada sesuatu yang terjadi padamu?”

Pani menariknya berjalan kedepan, “Tidak ada apa-apa.”

“Sungguh?” Ellen menatapnya dengan kahwatir.

“Em, sungguh!” Pani berkata.

“…… Kalau ada sesuatu harus beritahu aku, meskipun aku belum tentu bisa membantumu, namun aku berharap, ketika kamu merasa sedih aku bisa menghiburmu.” Ellen agak terdiam, lalu berkata pada Pani dengan tulus sambil menatapnya.

Mata Pani berbinar, lalu mengangguk, “Em.”

Setelah melihatnya, Ellen baru tersenyum, berkata, “Kamu itu ya, seperti akan dipenggal saja tahu tidak?”

“Cih.” Pani mencibir, “Siapa yang berani menggal kepalaku? aku hancurin kepalanya!”

Ellen tertawa, “Apakah kamu adalah penyamun wanita yang melegenda itu?”

“Sana!”

“Haha…..”

Pani melihat Ellen yang tertawa sampai wajahnya memerah, hatinya malah terasa begitu berat.

Kalau melihat sikapnya, kelihatannya dia sama sekali tidak tahu kalau dia sedang ‘hamil’!

Satu bulan lagi akan ada pemeriksaan kesehatan, dan disaat itu sudah tidak mungkin bisa disembunyikan lagi.

Dia begitu mementingkan ujian nasional kali ini, kalau sampai karena hamil dia tidak boleh mengikuti ujian, itu akan menjadi pukulan yang besar untuknya.

Pani menghela nafas panjang, jauh lebih berat daripada mengetahui kalau dirinya sendiri yang hamil!

……

Beberapa hari terlehat begitu saja.

Hari ini disekolah, Pani tiba dikelas, baru bersiap mengeluarkan sarapan.

Ia sudah melihat Ellen datang dari luar dengan wajah begitu suram.

Pani melihat ini, langsung mengencangkan bibirnya dengan bingung.

Ketika Ellen duduk di tempat duduknya, Pani langsung berbalik kearahnya, baru ingin bertanya kenapa.

Tiba-tiba Ellen menatapnya, lalu mengatakan sesuatu yang membuat jantungnya berdebar begitu cepat.

Novel Terkait

Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu