Hanya Kamu Hidupku - Bab 54 William Sampai Ingin Sekali Membunuh Dirinya Sendiri

Hati Ellen juga seperti tiba-tiba tertabrak oleh sesuatu, tiba-tiba terasa begitu sakit.

“Cepat sana.” Sumi mengangkat tangannya dan menepuk bahu Ellen dengan pelan sambil berkata.

“…… Aku takut.” Ellen mengkerutkan alis sambil bergumam.

Sumi tercengang sesaat lalu tersenyum, “Takut apa? Apakah paman ketigamu akan memukulmu?”

Ellen kesal, “Bagus kalau dia masih mau memukulku, yang aku takutkan dia hanya manyun tanpa mengatakan sepatah katapun, apapun yang kmau katakana tidak ia gubris.”

Sumi tersenyum dengan begitu seksinya, ia mengangkat alisnya melihat kearah William, lalu sedikit menurunkan tubuhnya dan berbisik, “Paman Sumi ajarin cara yang bagus. Kalau paman ketigamu tidak menggubrismu, kamu bicaralah dengan manja padanya. Kalau masih acuh, kamu lanjut tempeli dia terus. Tidak sampai 10 menit, paman jamin paman ketigamu akan tidak berdaya.”

“Haaa?” Ellen melihat kearah Sumi dengan wajah tidak percaya, “Benar bisa seperti itu?”

“Em, coba saja.” Sumi memegang bahunya.

Hmmm…

“Ok.” Ellen mengangguk.

……

Didalam mobil yang menuju ke Pavilion Coral.

Supir mengendarai mobil, Ellen dan William duduk di kursi belakang.

Suasana didalam mobil seketika menjadi begitu dingin, hening seperti tidak ada penumpang.

Kepala Ellen rasanya begitu tegang, matanya yang bulat dan hitam bergerak dengan begitu hati-hati, tidak hentinya melirik kearah pria yang duduk disampingnya dengan cool tanpa mengatakan apapun.

Sejak William naik ke atas mobil, wajahnya datar tidak ada ekspresi apapun, kedua bibirnya mengetat erat, matanya yang hitam dan pekat menatap lurus.

Satu kakinya yang panjang dipangku diatas kaki lainnya, satu tangannya diletakkan diatas lututnya, dan tangan lainnya diletakkan begitu saja disamping.

Sekujur tubuhnya terpancar aura yang membuat orang merasa dia sangat sulit untuk didekati dan terlihat begitu menakutkan.

Hati Ellen terasa sangat tegang, dia tidak suka bersitegang dengannya seperti ini.

Dia lebih senang bertengkar, daripada harus seperti sekarang, terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.

Supir mereka Pak Suno sudah merasa seperti ada yang tidak beres ketika melihat mereka berdua naik keatas mobil, sehingga ia mengendarai mobil dengan sangat hati-hati, dia berusaha mengendarai mobil dengan begitu stabil.

“Pam, Paman Ketiga…”

Ellen tidak kuat menahannya, dia menatap William dibawah cahaya lampu mobil yang remang, mencoba memanggil William dengan suara pelan.

William tidak bereaksi, gayanya seolah sama sekali tidak mendengar.

Ellen menatap wajah tampannya yang sempurna, lalu memanggil dengan suara pelan sekali lagi, “Paman ketiga?”

William tetap tidak bergeming.

Ellen mengkerutkan bibirnya, ia mengingat pesan yang ditinggalkan oleh Sumi sebelum pergi, ia tetap terus memanggil, “Paman Ketiga……..”

Alis William sedikit bergerak, namun tetap tidak merespon.

Ellen memiringkan kepala dan melihat kearahnya, matanya yang cantik melihat kearah wajah William yang begitu bersih, suaranya terdengar begitu manis dan lembut, sengaja dibuat penuh rauan, “Paman ketiga………….”

“………..” bibir William yang mengatup dengan dingin akhirnya tertarik, kedua alisnya yang panjang dan pekat ditujukan kearah Ellen dengan tatapan yang begitu dingin.

Ketika tatapannya mendarat ditubuhnya, punggung Ellen seketika terasa membeku, wajah kecilnya sedikit bergetar, namun matanya yang besar tetap diwajahnya, tidak bergeser, ia memanggil dengan suara yang begitu lirih, “Paman Ketiga.”

Aura dingin yang terpancar ditubuh William tiba-tiba menghilang.

Alis panjangnya tetap terangkat, namun tatapan dinginnya pada Ellen sudah berkurang.

Begitu Ellen melihat ini, diam-diam ia menghela nafas dalam hati, lalu dengan berani bergeser mendekat.

Setelah mendekat, Ellen terdiam, lalu mengulurkan tangan dan memeluk lengan William dengan cepat.

William, “………”

Ellen tetap menatap William, matanya yang hitam terlihat begitu jernih juga hati-hati, sungguh mirip seperti seekor kucing yang ingin membuat majikannya senang.

William menundukkan kepalanya melirik Ellen, ada kelembutan dalam tatapannya, namun itu hanya sesaat saja, berikutnya tatapannya kembali tertutup oleh rasa dingin dan kaku.

Matanya agak memnyipit, lalu mengalihkan pandangannya dari Ellen, lalu melihat kearah depan.

Ellen mengerjapkan mata, ia menatap William begitu lama, lalu perlahan menyandarkan kepalanya dibahunya.

Dia pikir.

Harusnya paman ketiganya sudah tidak marah lagi.

Kalau tidak, bagaimana mungkin ia membiarkannya merangkul lengannya seperti ini.

Hm.

Pasti sudah tidak marah!

Ellen berpikir demikian, hatinya merasa jauh lebih lega, perlahan rasa kantuk menyerang, kepalahnya bersandar di bahu William lalu tertidur.

Ellen yang sedang berada didalam mimpi, tiba-tiba merasa nafasnya sesak dan begitu tertekan, alisnya yang indah mengkerut dengan ketat, bibirnya yang merona perlahan membuka untuk membantunya bernafas.

Dan ketika bibirnya baru membuka, nafas pria yang begitu khas langsung menghampirinya.

Dibawah nafas yang tidak lancar, Ellen membuka mata dengan begitu kaget.

Ketika baru membuka mata, pandangannya gelap dan tidak jelas.

Hanya samar-samar merasa ada wajah yang bergerak dihadapannya.

Wajah?

Ellen menarik nafas dalam, tubuhnya menegang, bola matanya membesar, pandangannya yang buram seketika menjadi begitu jelas.

Ketika dia melihat wajah pria dihadapannya dengan jelas, Ellen ketakutan dan begitu panik, “Um, pam, paman ketiga……..”

Ellen hanya bisa memaksakan diri untuk mengatakan dua kata itu, dan setelahnya ia tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Tubuhnya tertimpa sebuah tubuh yang begitu berat dan panas bagai bara, Ellen merasa jantungnya seakan-akan hampir melompat keluar dari mulutnya.

Kulit kepalanya terasa kebas, bulu kuduknya merinding, rasa takutnya sudah sampai di puncak.

Samar-samar dia bisa merasakan hal apa yang terjadi selanjutnya…………..

Tapi, ini tidak boleh!

Ellen ketakutan sampai sekujur tubuhnya gemetar, rasa takut yang memuncak membuat dirinya tidak berdaya, seluruh tenaganya mengalir hingga titik penghabisan.

Dan tepat disaat ini, tubuhnya begitu kaget, namun sudah terlambat…….

Rasa sakit bagaikan kapak yang membelah tubuhnya langsung menjalar dari bawah tubuhnya, Ellen mengepalkan tangannya dengan begitu erat, ia kesakitan sampai hampir tidak bisa bernafas.

Air mata mengalir dengan deras, Ellen begitu tersiksa sampai terisak, urat Klaus di lehernya yang putih sampai timbul dan terlihat jelas.

Malam ini, tidak ada yang bisa membayangkan siksaan apa yang dirasakan oleh Ellen.

“Ellen, kamu adalah milikku.”

Sebelum tertidur, suara pria yang serak, perlahan terdengar di telinga Ellen, air mata tidak berdaya jatuh menyusuri lekuk wajahnya dari kedua sisi sudut matanya.

……

William menggunakan cara yang paling ringkas juga paling kejam untuk membuktikan kalau Ellen adalah miliknya.

Dan dirinya yang mengumumkan kepemilikannya dengan sikap yang tidak perduli seperti itu, malah menjadi siksaan yang paling kejam untuk Ellen.

Setelah semua berakhir, William memeluk Ellen dari belakang, ketika dagunya menempel di bahu Ellen yang indah, tiba-tiba ia merasakan hawa yang begitu panas.

William segera membuka kedua matanya, tatapannya yang dingin menjadi begitu tajam, ia membalikkan tubuh Ellen.

Ketika ia melihat keringat yang membasahi kening Ellen, Williiam begitu terperanjat.

Terutama ketika melihat wajah Ellen yang menjadi pucat, bibirnya yang merah merona juga kering sampai kulit mengelupas, kedua matanya membengkak, alisnya yang indah mengkerut karena merasa tersiksa, tubuh kecilnya yang sedikit meringkuk terus gemetar.

Wajah tampan William seketika menjadi begitu pucat dibuatnya.

Tangannya mengepal, tubuh William bagaikan macan yang bangun dengan cepatnya dari atas ranjang, ia segera masuk ke dalam ruang ganti dan mengganti pakaian, ia mengambil sebuah kemeja putih, lalu menggendong Ellen dari atas ranjang dengan begitu hati-hati, tangannya yang membantu Ellen mengenakan pakaian juga ikut gemetar.

Susah payah ia mengenakan pakaian, bibir William sudah sama pucatnya dengan bibir Ellen, tenggorokannya bergejolak, ia mengecup kening Ellen dengan begitu kuat, lalu menggendong Ellen berlari keluar dari kamar.

Lalu.

Baru melangkah satu langkah, William tiba-tiba menghentikan langkahnya, ia segera menoleh kebelakang dan melihat kearah ranjang.

Ketika matanya melihat bercak merah yang begitu jelas, mata William dipenuhi urat merah.

Saat ini, dia sungguh ingin sekali membunuh dirinya sendiri!

……

Rumah sakit Yihe, ruang VIP yang mewah.

William berdiri disamping ranjang pasien, sekelilingnya dipenuhi oleh aura suram yang begitu dingin, wajahnya menegang dan begitu dingin, bibir tipisnya mengetat erat, menatap wajah gadis yang terbaring di ranjang dengan wajah pucat pasi dan terbaring lemah.

Karena masalah status, Jery tidak langsung turun tangan memeriksa Ellen, melainkan mengaturkan seorang profesor wanita di bidang kebidanan untuk memeriksa Ellen.

Usia professor ini 60 tahun, dia bukan dokter tetap di rumah sakit Yihe, melainkan professor yang memiliki jadwal praktek hanya dua kali seminggu di rumah sakit ini.

Dan hari ini kebetulan bertemu dengan Ellen yang baru saja habis ‘disiksa’ dengan kejam.

Begitu professor ini datang, William langsung diusir keluar, hanya meninggalkan dua orang perawat untuk membantuny memeriksa Ellen.

Ketika melihat memar di kulit Ellen yang putih, lalu bekas cubitan yang begitu jelas di pinggangnya, ekspresi wajah professor dan perawat langsung begitu buruk.

Bukankah ini sama saja seperti kekerasan rumah tangga?!

Api amarah membara di kedua mata professor wanita ini.

Ia menahan amarah sambil mengoleskan obat di seluruh bagian yang terluka.

Karena sekarang Ellen sedang demam tinggi, tubuhnya panas bagaikan bara, jadi setelah mengoleskan obat, professor wanita ini langsung menyuruh perawat untuk mengiinfus Ellen.

Setelah semua selesai, ia baru membuka pintu kamar pasien dan membiarkan William dan Jery masuk.

Professor wanita itu berdiri didepan ranjang pasien dengan wajah yang dingin dan tegas, berkata pada William tanpa segan, “Ikut saya.”

Jery, “…..”

William mengkerutkan alis, mengalihkan pandangannya kearah professor itu.

Professor wanita menyipitkan mata dan berkata, “Apa lihat-lihat, yang aku maksud adalah kamu!”

Di pelipis Jery sudah mulai ada keringat dingin yang keluar, diam-diam dia memberi isyarat pada professor wanita itu.

Professor itu sedang emosi, mana mungkin memperdulikan Jery, ia menatap William dengan wajah serius, “Perawakan bagai manusia tapi kelakuan seperti binatang, lihat apa yang sudah kau perbuat! Kamu pikir gadis ini terbuat dari besi, jadi tidak bisa merasakan sakit, iya?”

Terbuat dari besi….

Kedua perawat saling bertatapan, wajahnya begitu memerah.

Jery, “…….” Ia refleks langsung berkeringat dingin.

Wajah William juga langsung berubah, alisnya juga ditekuk sampai begitu rendah, bukan hanya ekspresi wajahnya, bahkan aura yang terpancar uga sudah menjadi begitu dingin.

“Binatang!” professor itu mengumpat.

“……pr, professor Li, tiba-tiba ada hal yang lupa kukatakan padamu, datanglah ke kantorku sebentar.”

Jery menarik nafas, lalu keluar dari kamar pasien dengan terburu-buru sambil berkata pada professor Li.

“Baiklah, aku akan segera kesana.”

Meskipun professor Li berkata demikian, namun dia tidak langsung jalan, melainkan berkata pada William, “Kalian para pria sedikit rasa tanggungjawab pun tidak ada hanya tahu memuaskan diri sendiri, sedikit pun tidak memperdulikan bagaimana perasaan wanita. Kamu lihat apa yang kamu lakukan pada gadis ini? Saya bukan sedang menakutimu, tapi dirimu yang begini akan mudah sekali meninggalkan trauma pada dirinya. Dan ketika rasa trauma itu sudah benar-benar tertanam dalam dirinya, kamu pasti akan menyesal!”

Professor Li sudah mengatakan apa yang ia ingin katakan, setelahnya dia membawa kedua perawat itu keluar dari kamar pasien dengan wajah yang begitu penuh amarah.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu